Tidak selamanya anak-anak akan terus hidup bergantung di bawah ketiak orang tua. Ada masanya mereka akan menjalani hidup sebagai insan dewasa dan mulai meninggalkan rumah, entah untuk bekerja, menikah, atau menempuh pendidikan tingkat lanjut. Situasi semacam ini bisa membuat orang tua merasakan suatu kondisi yang disebut empty nest syndrome.
Istilah ini mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, kondisi ini sangat umum dialami orang tua saat anak-anak mereka beranjak dewasa.
Apa Itu Empty Nest Syndrome?
![old person Empty Nest Syndrome: Gejala, Dampak, dan Cara Mengatasinya](https://static.cdntap.com/tap-assets-prod/wp-content/uploads/sites/24/2022/02/2-9.jpg?width=450&quality=10)
Tentu saja, semua orang tua berharap anaknya bisa tumbuh menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Namun, tak dapat dimungkiri, ada rasa kehilangan yang menyergap tatkala mereka mulai meninggalkan rumah dan belajar menata hidup sendiri.
Bagi orang tua, pengalaman melepaskan anak sering kali terasa pahit sekaligus menantang secara emosional. Jangankan melepas dalam arti sungguhan, membayangkan anak tumbuh dewasa saja seringkali membuat mellow, ya, Parents.
Empty nest syndrome atau sindrom sangkar kosong adalah rasa sedih, kehilangan, dan emosi rumit lainnya yang sering dialami orang tua ketika anak-anak meninggalkan rumah setelah dewasa. Perasaan ini kadang terasa membingungkan, karena seolah bertentangan dengan perasaan bangga atas pencapaian anak.
Hanya saja perlu dicatat, sindrom sangkar kosong bukanlah suatu kelainan atau diagnosis klinis. Ini adalah perasaan yang sangat alamiah, di mana orang tua merasa rindu menjadi bagian dari hari-hari anaknya. Di sisi lain, orang tua mungkin juga khawatir tentang keselamatan anak: apakah mereka mampu mengurus diri mereka sendiri?
Artikel terkait: 5 Kesalahan Orang Tua yang Sering Kita Lakukan
Gejala
![Empty Nest Syndrome: Gejala, Dampak, dan Cara Mengatasinya](https://static.cdntap.com/tap-assets-prod/wp-content/uploads/sites/24/2022/02/3-6.jpg?width=450&quality=10)
Seseorang yang mengalami sindrom sangkar kosong akan merasakan sejumlah gejala, seperti:
- Kesedihan
- Rasa kehilangan
- Kesepian dan kesendirian
- Kekhawatiran atau kecemasan atas kesejahteraan anak
- Kehilangan tujuan dan makna dalam hidup
- Meningkatnya ketegangan pernikahan
- Stres dan depresi
Dianjurkan segera menemui tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater jika orang tua menangis berlebihan dan dalam waktu lama, terutama jika aktivitas sehari-hari dan pekerjaan jadi terhambat.
Dampak
![Kenali Empty Nest Syndrome, Rentan Dialami Orang Tua Saat Anak Beranjak Dewasa](https://static.cdntap.com/tap-assets-prod/wp-content/uploads/sites/24/2022/02/1-9.jpg?width=450&quality=10)
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa orang tua yang berurusan dengan sindrom sarang kosong mengalami rasa kehilangan yang mendalam. Kondisi ini mungkin membuat mereka rentan terhadap depresi, alkoholisme, krisis identitas, dan konflik perkawinan.
Akan tetapi studi terbaru menunjukkan, sindrom ini dapat mengurangi konflik pekerjaan dan keluarga, serta dapat memberikan banyak manfaat lain bagi orang tua. Ketika anak meninggalkan rumah, orang tua memiliki kesempatan untuk membangun kembali hubungan dengan pasangan, meningkatkan kualitas pernikahan, dan menghidupkan kembali minat yang sebelumnya mungkin tidak sempat mereka miliki.
Artikel terkait: Jadi Orang Tua Keren di Mata Anak Remaja, Ini Kuncinya!
Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome
![Kenali Empty Nest Syndrome, Rentan Dialami Orang Tua Saat Anak Beranjak Dewasa](https://static.cdntap.com/tap-assets-prod/wp-content/uploads/sites/24/2022/02/4-4.jpg?width=450&quality=10)
Strategi koping diperlukan saat menghadapi sindrom sangkar kosong. Beberapa tindakan atau sikap yang bisa diambil, antara lain:
- Menerima perubahan, kebersamaan dengan anak adalah situasi yang dinamis. Pasti akan datang waktunya mereka beranjak dewasa dan memulai kehidupan sendiri.
- Akui perasaan, sedih dan kehilangan saat anak meninggalkan rumah tentunya sangat normal. Namun, yakinkan diri bahwa fase transisi ini pasti bisa dilalui.
- Tekuni hobi dan passion yang sempat tertunda karena terhalang kesibukan mengurus rumah tangga.
- Pertimbangkan untuk memulai karier baru atau ambil pekerjaan paruh waktu jika memungkinkan.
- Ikut kelas dan belajar hal baru, karena tak ada kata tua untuk belajar.
- Bergabung dengan komunitas atau jadi relawan untuk kegiatan sosial.
- Manfaatkan teknologi agar tetap bisa menjalin hubungan dengan anak-anak.
- Sadari bahwa seiring berjalannya waktu peran Anda sebagai orang tua berubah, tetapi bukan berakhir.
- Jangan beralih ke alkohol atau hal negatif lainnya untuk mengatasi gejolak emosi.
Penutup
![Empty Nest Syndrome: Gejala, Dampak, dan Cara Mengatasinya](https://static.cdntap.com/tap-assets-prod/wp-content/uploads/sites/24/2022/02/5-4.jpg?width=450&quality=10)
Sindrom sangkar kosong umumnya tidak seburuk yang ditakutkan, selama orang tua telah membangun ikatan yang stabil dan sehat dengan anak. Sering kali orang tua berfokus pada aspek emosi negatif. Padahal sebenarnya, fase transisi ini bisa, lo, Parents, dimanfaatkan untuk membuka berbagai kesempatan baru.
Tanpa dituntut banyak kewajiban untuk merawat dan membesarkan anak, orang tua dapat mengambil kesempatan untuk mendefinisikan kembali siapa dirinya, memutuskan apa yang diinginkan selama sisa hidupnya, mendedikasikan kembali energi untuk passion, dan menghidupkan kembali hubungan dengan pasangan. Orang tua juga dapat menikmati membangun ikatan yang lebih dewasa dengan anak-anak. Jadi, tidak perlu takut dengan empty nest syndrome.
Baca juga:
Punya Anak Itu Tidak Mudah, Ini 5 Alasan Mengapa Menjadi Orang Tua Ternyata Melelahkan
Cara Mendeteksi Perasaan Merasa Bersalah Sebagai Orang Tua dan Solusinya
4 Manfaat Kebiasaan Salim atau Mencium Tangan Orang Tua
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.