Mengenal Ekstraksi Vakum untuk Membantu Proses Kelahiran Normal

Apa itu proses kelahiran dengan ekstraksi vakum? Kapan harus dilakukan dan apa saja efek sampingnya? Berikut penjelasannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pernahkah Parents mendengar tentang metode melahirkan dengan ekstraksi vakum? Ekstraksi ini biasanya digunakan selama proses melahirkan normal dengan tujuan tertentu. Dokter biasanya akan menganjurkan penggunaan alat ekstraksi vakum persalinan bayi untuk mempercepat kelahiran, khususnya jika persalinan tidak mengalami perkembangan.

Apa Itu Ekstraksi Vakum?

Alat ekstraksi vakum (Foto: supply.unicef.org)

Melansir laman Alodokter, ekstraksi vakum adalah alat yang digunakan untuk mempermudah bayi keluar dalam proses persalinan normal. Ketika persalinan normal sedang berlangsung, dokter bisa menyarankan penggunaan vakum jika bayi sulit dilahirkan dengan kontraksi saja. Alat ini bertugas mempermudah keluarnya bayi melalui vagina sembari ibu berusaha untuk mengejan.

Kalau persalinan mengalami hambatan serta berisiko buruk untuk bayi jika tidak segera dilahirkan maka penggunaan alat seperti ekstraksi vakum ataupun forceps menjadi pilihan. Penggunaan vakum biasanya baru dilakukan setelah masuk ke dalam tahap melahirkan normal atau ibu sedang mengalami kontraksi dan mengejan.

Cara kerja alat ekstraksi vakum persalinan yaitu seperti menghisap. Jadi, alat vakum ditempelkan pada tengkorak bayi tetapi bukan pada ubun-ubun atau titik lunak. Kemudian, alat ekstraksi vakum ini seolah-olah menyedot dan memandu bayi supaya lebih mudah keluar dari rahim sembari ibu mendorongnya dengan cara mengejan.

Sebelum Hari Perkiraan Lahir (HPL) tiba, sebaiknya persiapkan persalinan dan perlengkapan yang nanti dibutuhkan oleh Bunda dan bayi. Penggunaan alat ekstraksi vakum mempermudah bayi untuk lahir secara normal. Ini hanya berlaku ketika seorang ibu melahirkan di rumah sakit.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Pengalaman Anemia Saat Melahirkan, Mendadak Tidak Bisa Melihat hingga Pingsan

Penggunaan Vakum Ekstraktor dalam Persalinan

Foto: Science Source

Vakum ekstraktor terdiri dari dua jenis yaitu yang menggunakan tenaga manusia dan yang menggunakan tenaga mesin. Cara penggunaannya juga kurang lebih sama. Alat ini digunakan dengan cara menempelkan vakum ekstraktor ke permukaan kepala bayi ketika mulai terlihat keluar dari vagina.

Kalau perlu, dokter kemungkinan akan melakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir sehingga bayi bisa keluar dengan mudah. Ketika vakum sudah berada di kepala bayi, maka dokter akan meminta sang ibu untuk mengejan ketika merasakan kontraksi.

Jika ibu mendapatkan suntik epidural serta tidak merasakan kontraksi, maka dokter yang akan memberikan isyarat. Selanjutnya, dokter akan menggunakan pompa vakum serta menarik bagian vakum sehingga kepala bayi akan tertarik keluar.

Jika dalam 3 kali usaha penarikan dengan ekstraksi vakum bayi belum bisa dikeluarkan, maka dokter kemungkinan akan mempertimbangkan alat bantu lainnya seperti forceps atau justru mulai caesar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kapan Ekstraksi Vakum Dilakukan?

Dokter biasanya memutuskan menggunakan vakum ketika melahirkan dengan kondisi tertentu. Berikut ini beberapa kondisi yang disarankan menggunakan alat ekstraksi vakum ketika melahirkan:

1. Tidak Mengalami Kemajuan Kontraksi

Ekstraksi vakum biasanya digunakan ketika ibu sudah mengalami kontraksi melahirkan namun persalinan tidak juga mengalami kemajuan. Proses persalinan dianggap membutuhkan waktu yang terlalu lama jika tidak mengalami perkembangan dalam kurun waktu tertentu serta kondisi ibu sudah sangat kelelahan.

2. Ada Masalah pada Detak Jantung Bayi

Permasalahan pada denyut jantung bayi juga menjadi pertimbangan metode vakum ekstraktor digunakan. Kalau dokter dan tim medis khawatir jika detak jantung bayi mengalami permasalahan, maka persalinan harus segera dilakukan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melahirkan normal dalam hal ini bisa dibantu dipercepat dengan alat vakum. Tetapi prosedur ini hanya bisa dilakukan kalau bayi tidak sedang dalam kondisi gawat janin.

3. Ibu Mengalami Masalah Kesehatan Tertentu

Ketika ibu memiliki masalah kesehatan tertentu seperti penyempitan pada katup aorta atau masalah lainnya, metode vakum mungkin dianjurkan. Dokter dan tim medis mungkin membatasi usaha anda ketika melakukan kontraksi sehingga proses melahirkan dipermudah dengan menggunakan alat vakum.

Sebelum mempertimbangkan beberapa kondisi, beberapa syarat penggunaan alat vakum ekstraktor pada persalinan bayi yaitu:

  • Janin sudah cukup bulan
  • Sudah terjadi tanda-tanda melahirkan berupa pembukaan lengkap
  • Bagian janin dekat dengan panggul ibu adalah kepala
  • Kepala sudah turun mendekati liang vagina
  • Ibu tampak kelelahan
  • Kehamilan bayi tunggal

Artikel terkait: Viral Konsumsi Rumput Fatimah Menyebabkan Janin Meninggal, Ini 3 Faktanya!

Tahapan Prosedur Melahirkan dengan Vakum

Foto: aafp.org

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Berikut ini beberapa tahapan proses melahirkan dengan menggunakan vakum:

1. Sebelum Prosedur Ekstraksi Vakum

Sebelum dilakukan prosedur vakum, dokter akan melakukan beberapa langkah untuk membantu proses persalinan agar berlangsung dengan lancar dan cepat misalnya dengan induksi persalinan menggunakan obat-obatan atau dengan prosedur episiotomi.

Jika semua upaya tersebut sudah dilakukan tetapi bayi masih sulit dilahirkan maka dokter akan berusaha melakukan ekstraksi vakum. Sebelum melakukannya, dokter akan menjelaskan manfaat serta risiko dari tindakan tersebut dan meminta persetujuan ibu serta keluarga.

2. Selama Prosedur Ekstraksi Vakum

Setelah mendapatkan persetujuan dari ibu, maka dokter akan mulai melakukan prosedur ekstraksi vakum. Sama seperti ketika melahirkan secara normal, maka ibu akan diminta berbaring dengan posisi kedua kaki yang terbuka lebar. Supaya lebih kuat dan bertenaga ketika  kontraksi, ibu bisa memegang kedua sisi tempat tidur/tempat lain yang dirasa lebih nyaman.

Setelah kepala bayi sudah tampak pada jalan lahir, dokter akan memasukkan vakum ekstraktor ke dalam vagina dan menempelkannya pada kepala bayi. Selanjutnya, pompa vakum akan diaktifkan agar penarikan bisa dilakukan dan bayi bisa segera keluar lewat vagina.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah kepala bayi berhasil dikeluarkan maka dokter akan melepaskan alat vakum ekstraktor dari kepala bayi dan menarik tubuh bayi keluar dari vagina. Jika usaha ini tidak berhasil juga maka dokter  akan mempertimbangkan caesar.

3. Setelah Penggunaan Vakum

Setelah ibu melahirkan, dokter dan bidan atau perawat akan memeriksa kemungkinan cedera pada ibu atau bayi akibat penggunaan vakum. Jika dokter sebelumnya melakukan prosedur episiotomi dengan membuat sayatan pada vagina untuk mempermudah persalinan, maka bagian ini akan dijahit setelah persalinan. 

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui tanda-tanda komplikasi akibat ekstraksi vakum pada bayi misalnya cedera pada kepala bayi. 

Artikel terkait: 7 Peran Suami Mendukung Istri Menghadapi Baby Blues

Risiko Menggunakan Bantuan Vakum

Kepala bayi memanjang dengan perdarahan subgaleal masif akibat ekstraksi vakum (Foto: ispub.com)

1. Risiko bagi Bayi

Bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum berisiko tinggi mengalami cedera atau lebam di kepalanya tetapi kondisi ini biasanya akan membaik dalam waktu beberapa hari.

Bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum bisa mengalami cedera yang lebih berat misalnya lebam otak. Kondisi ini harus segera ditangani oleh dokter spesialis anak. Pada kasus tertentu, proses kelahiran dengan bantuan alat ini juga bisa meningkatkan risiko bayi mengalami penyakit kuning dan perdarahan di retina mata.

Melahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum umumnya dilakukan ketika proses persalinan mengalami kendala. Meskipun penting dilakukan untuk membantu proses persalinan maka teknikini juga punya beberapa risiko yang sudah disebutkan di atas.

2. Risiko bagi Ibu

Ibu yang melahirkan dengan alat bantuan persalinan berisiko mengalami pembekuan atau penggumpalan pada pembuluh darah kaki atau panggul.

Ibu bisa mencoba tetap bergerak setelah melahirkan, menggunakan stoking khusus, atau mendapatkan suntikan heparin dari dokter.

Kadang ibu juga bisa mengalami robekan perineum berat, memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia urin/feses yaitu kondisi sulit menahan buang air kecil/buang air besar.

Baca juga:

Bumil, Kenali 5 Risiko Melahirkan dengan Mengangkang atau Posisi Litotomi

5 Perlengkapan Ibu Setelah Melahirkan di 2023, Bunda Sudah Punya yang Mana?

Bunda Alami Perdarahan Dubur Pasca Melahirkan? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya