Efek samping vaksin COVID-19 yang kerap dirasakan bisa beragam, tergantung dari kondisi kesehatan si penerima vaksin. Namun, meskipun Anda mengalami efek samping, hal itu normal. Biasanya efek samping bersifat ringan, sementara, dan hanya berlangsung sekitar 12-48 jam.
“Semakin besar respons kekebalan tubuh, semakin besar kemungkinan Anda akan merasa seperti menderita penyakit seperti flu,” kata Kathleen Mullane, DO, PharmD, profesor kedokteran dan direktur uji klinis penyakit menular di Universitas Chicago.
Berikut ini beberapa efek samping dan gejala umum yang dirasakan pascavaksin COVID-19:
14 Efek Samping Vaksin COVID-19, Bersifat Ringan dan Sementara
1. Nyeri Bekas Suntikan
Setiap orang pasti berharap, kalaupun ada gejala, efek samping yang dirasakan pascavaksin sangatlah ringan. Seperti misalnya, rasa nyeri di area bekas suntikan.
Rasa nyeri mungkin bisa disertai dengan kulit kemerahan dan sedikit bengkak. Namun itu normal dan dialami oleh sekitar 70 hingga 80 persen penerima vaksin.
Biasanya nyeri akan hilang beberapa jam di hari yang sama. Coba bantu redakan nyeri dengan mengompres luka menggunakan waslap dingin.
Artikel terkait: Kegagalan suntikan epidural akibatkan ibu ini lumpuh
2. Nyeri di Sekujur Lengan
Nyeri yang Anda rasakan terasa pada seluruh lengan yang disuntik. Rasa nyeri itu berkepanjangan selama 5 hingga 7 hari, serta terdapat lesi merah berukuran sekitar 1-5 inci persegi.
“Kami tidak yakin reaksi apakah itu. Tapi kami pikir, mungkin vaksin bergerak ke luar otot dan masuk ke jaringan lunak,” kata Kathleen.
Teori lain menyebutkan, itu merupakan reaksi alergi pada kulit. Hal ini tidak umum, dan hanya terjadi pada sebagian kecil orang. Coba atasi dengan mengonsumsi antihistamin atau oleskan kortison topikal untuk redakan gatal.
3. Kelenjar Getah Bening Bengkak
William A Petri, MD, PhD, kepala divisi penyakit menular dan kesehatan internasional di UVA Health di Charlottesville, Virginia, mengatakan, satu dari 10 orang yang mendapat vaksin Moderna akan mengalami pembengkakan pada kelenjar getah beningnya.
Tepatnya di area ketiak atau di dekat tulang selangka. Pembengkakan ini terjadi karena kelenjar getah bening bekerja keras memproduksi antibodi untuk melawan infeksi. Namun, Anda tak perlu khawatir soal ini.
4. Sakit Kepala
Setelah penyuntikan vaksin dosis pertama atau kedua dari vaksin Pfizer atau Moderna, 30 persen penerima vaksin mengalami sakit kepala. Jika efek samping ini menyerang Anda, coba redakan dengan obat penghilang rasa sakit ibuprofen yang dijual bebas, atau obat penghilang rasa sakit seperti acetaminophen (Tylenol).
Biasanya demam, nyeri pada otot, serta ruam muncul di sekitar bekas suntikan. Meski perlu dipantau secara mandiri, tetapi dampak ini dianggap normal dan wajar, serta tidak perlu penanganan serius.
5. Kelelahan
Sekitar 39 persen dari penerima vaksin berusia 18 hingga 64 tahun melaporkan merasa kelelahan setelah menerima dosis pertama Moderna. Dan kelelahan itu dirasakannya lagi oleh 68 persen penerima vaksin di dosis yang kedua.
Dalam uji coba Pfizer pada penerima vaksin berusia di bawah 55 tahun, kelelahan dilaporkan pada 47 persen di dosis pertama dan 59 persen di dosis kedua. Sedangkan penerima vaksin COVID-19 dari Johnson & Johnson, 38 persen penerima vaksin mengatakan mereka mengalami kelelahan.
Jika Anda mengalaminya, istirahatkanlah tubuh Anda.
6. Demam dan/atau Kedinginan
Sekitar 11 persen penerima vaksin Pfizer dan Moderna melaporkan merasakan demam atau badan menggigil setelah menerima vaksin dosis pertama dan kedua. Sedangkan 9 persen penerima vaksin Johnson & Johnson mengalami efek samping demam.
Jika Anda merasa demam atau menggigil pascavaksin, minumlah banyak cairan dan buat diri Anda merasa nyaman. Konsultasikan ke dokter, apakah Anda dapat meredakan demam dengan mengonsumsi aspirin atau acetaminophen.
7. Mual
Perasaan ingin muntah atau mual juga merupakan gejala umum dari efek samping vaksin COVID-19. Untuk meredakannya, lakukan istirahat yang cukup, konsumsilah makanan ringan yang tidak memiliki rasa terlalu kuat (terlalu asin, manis, pedas, atau asam).
Sekitar 20 persen orang dalam uji klinis pemberian vaksin Moderna melaporkan merasakan mual setelah menerima dosis kedua. Rasa mual itu meningkat dua kali lipat pada dosis yang kedua. Dan 14 persen penerima vaksin Johnson & Johnson juga melaporkan mengalami mual.
8. Nyeri Otot
Vaksin COVID-19 juga bisa berefek pada nyeri otot. Sekitar 20-40 persen orang dalam uji klinis Pfizer dan 20-60 persen dalam uji klinis Moderna mengalami nyeri otot pascavaksin. Pada pemberian vaksin Johnson & Johnson, ada 33 persen penerima vaksin yang mengalami nyeri otot.
9. Pembengkakan Wajah
Efek samping ini terbilang sangat jarang terjadi. Pada uji klinis vaksin Moderna hanya 3 orang yang mengalami pembengkakan wajah atau bibir sementara. Ketiganya ternyata memiliki riwayat kesehatan yang sama, di mana dalam kurun waktu dua minggu hingga 6 bulan sebelum vaksin baru melakukan wajah atau suntikan bibir.
Perusahaan farmasi Moderna mengatakan, pembengkakan wajah pascavaksin mungkin disebabkan oleh interaksi antara respons kekebalan tubuh dan bahan filler. Untuk efek samping vaksin COVID-19 yang sifatnya sementara ini Anda bisa mengonsumsi antihistamin untuk mengurangi pembengkakan.
Artikel terkait: Jadi Korban Filler Payudara Ilegal, Ini Cerita Selebgram Monica Indah
10. Pusing
Sekitar 17 persen penerima vaksin mengindikasikan mengalami pusing setelah suntikan. Pusing adalah efek samping ketiga yang paling umum dialami penerima vaksin (Moderna atau Pfizer).
11. Vax Fog
Ada istilah yang beredar yang disebut vax fog, yaitu kondisi yang mengacu pada kabut otak setelah menerima vaksin. Soal efek samping ini memang belum ada data resmi yang mengulasnya. Namun, dugaannya kondisi ini terkait dengan nyeri pada salah satu jenis sakit kepala.
12. Bermimpi Aneh
Sejak vaksin mulai diberikan, salah satu efek samping yang paling sering dibicarakan di media sosial pengalaman mimpi aneh yang dirasakan penerima vaksin. Hanya saja, efek samping ini sepertinya tidak dilaporkan dalam uji klinis.
13. Bell’s Palsy
Bell’s palsy terjadi karena adanya kerusakan saraf pada wajah, di mana otot wajah melemah sementara atau mengalami kelumpuhan.
“Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri,” jelas Jason D. Hinman, MD, PhD, asisten profesor neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA.
Bell’s palsy juga dialami oleh 4 orang dalam uji klinis Pfizer dan tiga orang dalam uji klinis Moderna. Namun, hingga kini para ahli belum bisa mengatakan bahwa kelemahan wajah terkait dengan vaksin.
Artikel terkait: Arti Mimpi Buruk Secara Medis Biologis, Begini Penjelasan Pakar
14. Anafilaksis
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berpotensi mengancam jiwa yang merupakan efek samping paling langka pascavaksin COVID-19. Hanya ada 4,7 dan 2,5 kasus yang diketahui per satu juta dosis vaksin Pfizer dan Moderna.
Reaksi berbahaya dari anafilaksis biasanya terjadi dalam 30 menit setelah vaksinasi. Gejala anafilaksis termasuk kesulitan bernapas, gatal-gatal atau bengkak, tenggorokan sesak, pusing, dan pingsan.
Siapa pun yang mengalami gejala ini memerlukan perawatan medis darurat dan atau pemberian EpiPen, dan tidak diperbolehkan mendapatkan dosis kedua vaksin.
Jika Efek Samping Tak Kunjung Hilang
Efek samping di atas merupakan dampak dari pengaktifan sistem kekebalan tubuh Anda. Meski merasa tak nyaman, hal itu normal Anda alami. Rasa sakit biasanya bersifat ringan dan sementara saja. Hanya menyerang sekitar 12-24 jam setelah suntikan diberikan.
Jika efek samping tak kunjung hilang setelah beberapa hari, bahkan hingga membuat khawatir, Anda bisa berkonsultasi ke dokter.
Pada umumnya, efek samping vaksin COVID-19 yang berat jarang ditemukan. Ini karena, vaksin dibuat melalui tahapan pengembangan dan pengujian yang lengkap.
Saat tahap pengujian, efek samping COVID-19 berat sudah terlebih dahulu terdeteksi dan mendapat evaluasi lanjutan. Dan biasanya, dalam kasus efek samping berat, si penerima vaksin juga memiliki penyakit penyerta tertentu yang tidak disarankan untuk menerima vaksin.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Bantu Masyarakat, Pemerintah Atur Tarif Rapid Test Antigen-SWAB
Apakah Vaksinasi COVID-19 Bisa Batalkan Puasa? Yuk, Cek Faktanya!