Ada alasan mengapa saya membuat edu-project bareng anak, yakni semangat belajar anak yang turun gara-gara pandemi. Sudah lebih dari setahun anak-anak belajar dari rumah. Awal pandemi, karena belajar dari rumah, tugas bebas dikerjakan jam berapa saja, gurunya pun tidak terlalu mempermasalahkan karena memang saat itu sedang masa adaptasi. Semua orang mengalami masa transisi rutinitas yang luar biasa.
Kebetulan anak saya, Phoenix (8 tahun) masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar. Terkadang Phoenix melewatkan satu dua tugasnya. Saya pun memakluminya karena ada kalanya saya tidak bisa menemani Phoenix belajar. Lama-kelamaan Phoenix mulai kehilangan disiplin belajar, semangat belajar turun.
Menurunnya Semangat Belajar Anak
Setelah kenaikan kelas tiba, baru saya sadari selama satu tahun kemarin Phoenix tidak ada peningkatan apa-apa, pelajaran kelas 3 SD dirasakan semakin sulit, akhirnya semangat belajar turun dari hari ke hari semakin menurun.
Jujur saya pun terkejut ketika mengamati pelajaran Sekolah Dasar saat ini sudah begitu berkembang. Zaman saya SD dulu, Bahasa Indonesia hanya menghafal “Ini Ibu Budi”.
Sekarang, pelajaran SD sudah setara dengan pelajaran ketika saya masuk SMP dulu. Contohnya saja, bacaan Bahasa Indonesia sekarang topiknya tentang sifat dan perubahan zat cair, padat dan gas. Tapi saya tetap berpikir positif. Kurikulum era sekarang tentunya harus mengikuti perkembangan zaman, dan pasti sudah sesuai kemampuan anak pada usianya.
Saya pikir, pada dasarnya anak-anak mampu menerima pelajaran apapun, selama cara penyampaiannya bisa diterima oleh mereka. Apalagi usia 8 tahun, kemampuan kognitif anak sudah lebih berkembang dan mampu untuk memahami logika.
Artikel terkait: 6 Tips Meningkatkan Semangat Belajar Anak
Strategi Belajar Sambil Praktik Langsung dengan Edu-Project
Setelah banyak membaca referensi tentang cara meningkatkan minat belajar anak, menyesuaikan gaya belajar sesuai tipenya (visual, auditori, kinestetik), cara memotivasi anak, dan banyak referensi lain, akhirnya terpikir sebuah strategi untuk membuat edu-project bersama Phoenix. Awalnya hanya sebagai sarana bermain sambil belajar, mengenalkan pengalaman belajar sambil praktik langsung.
Percobaan pertama sangat sederhana, mengenalkan sifat air dengan memindahkan air dari botol ke gelas dan wadah-wadah lain. Kemudian mencampurkannya dengan susu, pewarna, dan gula sampai larut. Ternyata Phoenix antusias, banyak komentar takjub dan pertanyaan yang terlontar. Misalnya, “Mami, kenapa gulanya hilang setelah diaduk?” Saya jawab, “Bukan hilang, kak, itu karena gulanya larut dalam air, karena air punya sifat melarutkan. Sekarang airnya jadi manis karena gulanya larut, coba deh”.
Saat itu, tidak semua pertanyaan Phoenix dapat saya jawab, lalu kami sama-sama browsing di internet. Saya pun mendokumentasikan dengan video untuk evaluasi. Pengalaman tersebut membuatnya ketagihan. “Besok bikin percobaan lagi yuk, mami!” katanya antusias.
Akhirnya untuk setiap pelajaran yang menurutnya sulit, kami jadikan edu-project sesuai nama pelajarannya. Misal Project Geometri, kami membuat bentuk-bentuk yang dia sukai seperti roket, mobil-mobilan, dan lain-lain, sambil memperkenalkan bidang datar apa saja yang digunakan untuk membuat roket atau mobil tersebut. Saya menggunakan alat peraga seadanya yang ada di rumah. Yang penting konsepnya bisa dipahami.
Artikel terkait: Cegah Bosan, Ini 7 Tips Tingkatkan Semangat Anak Belajar di Rumah
Belajar untuk Ulangan Jadi Super Mudah!
Bonusnya, setiap kali Phoenix akan ulangan, dia tidak perlu menghafal semua informasi dalam buku pelajaran, hanya seperlunya saja.
Saya cukup mengajaknya mengobrol saat senggang. Misalnya, “Phoenix, kamu masih ingat nggak, apa saja sifat air? Itu lho yang waktu kita buat percobaan tuang air dari botol dan pakai pewarna”. Karena sudah pernah dipraktikkan dalam edu-project kami, dia lebih mudah mengingat pengalamannya, dibanding harus menghafal.
Kalau ada poin tambahan, cukup disisipkan sedikit dalam obrolan, yang penting anak sudah punya benchmark-nya. Contohnya, “Selain bisa mengikuti bentuk wadahnya, air juga punya sifat selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah lho, Phoenix pernah lihat air terjun? Dia turun ke bawah kan, nggak pernah ke atas?”
Tips Membuat Edu-Project Bersama Anak
Supaya kegiatan edu-project bersama anak bisa berjalan lancar, ada beberapa tips yang bisa Parents ikuti. Simak yuk satu persatu.
- Pastikan mood anak sedang baik. Atau, lakukan pada waktu yang ideal untuk belajar (biasanya pagi-pagi anak masih segar dan bersemangat)
- Pastikan Parents siap dengan bahan yang akan diajarkan. Bisa mengambil dari buku paket pelajaran sekolah. Jika perlu, cari referensi tambahan dari Google atau YouTube tentang materi tersebut.
- Siapkan alat peraga jika memungkinkan. Tujuannya adalah agar anak bisa mendapat pengalaman praktik langsung, dengan menggunakan seluruh inderanya (melihat, mendengar, merasakan). Jika tidak tersedia, beri ilustrasi yang menarik, bisa dengan foto atau video. Yang penting ada visualisasinya, supaya anak lebih mudah memahami.
- Beri motif (alasan) agar anak tertarik. Misalnya, dengan mengaitkan materi dengan tokoh idolanya. Contoh: “Kalau kakak belajar ini nanti bisa sehebat (nama idolanya) lho!”, atau “Mau nggak dapat nilai bagus di sekolah?”.
- Jika perlu, beri semangat dengan insentif. Misalnya saja dengan makanan kesukaannya, atau kegiatan favoritnya. “Kakak hebat mau belajar sama bunda, setelah ini, kakak boleh main game satu jam atau kita beli es krim”.
- Buat durasi seefektif mungkin. Untuk usia Sekolah Dasar sekitar 30 menit – 1 jam. Pastikan anak tidak bosan dan tertarik untuk melakukannya lagi.
- Jika project-nya eksperimen, biarkan anak mencobanya sendiri. Kita cukup beri dia panduan. Ini penting untuk membangun kepercayaan dirinya. Izinkan anak berpendapat, berkomentar atau mengajukan pertanyaan dengan bebas.
- Jika ada pertanyaan yang Parents tidak tahu jawabnya, jangan berikan jawaban salah atau seadanya. tetapi carilah bersama-sama di internet. Bonusnya, Parents dapat wawasan tambahan.
- Buat suasana sesantai dan seceria mungkin. Walaupun tujuannya belajar, anak tetap harus merasa ini adalah waktu bermain.
Semoga bermanfaat dan menginsrpirasi Parents. Strategi ini sudah saya praktikkan dan terbukti berhasil. Semangat belajar Phoenix jauh lebih meningkat dan prestasinya juga membaik.
Ditulis oleh Frederika Astrid, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
Pengalamanku Jalani Musim Panas di Jepang, Mewaspadai Heat-Stroke sampai Kriminalitas
4 Jenis Jurnal Harian yang Perlu Dibuat Ibu dan Manfaatnya
Frekuensi Bercinta Menurun bahkan Hilang saat Hamil, Ada Apa?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.