Setelah kemarin warganet dihebohkan oleh kasus fetish kain jarik, baru-baru ini terjadi pelecehan seksual dengan modus penelitian. Kali ini dosen lakukan pelecehan seksual swinger.
Fakta dosen lakukan pelecehan seksual swinger ini tentu saja membuat geger sekaligus menimbulkan rasa was-was bagi kalangan orangtua. Kejadian ini sendiri terjadi di Universitas Gajah Mada. Pelaku berinisial BA, mengaku sebagai salah satu dosen di sana.
Serupa dengan Gilang yang mulai menjebak dan melakukan aksi kejahatan pelaku yang diawali oleh percakapan di aplikasi media sosial, BA pun demikian. Awalnya, calon korban diminta untuk melakukan diskusi terkait praktik swinger.
Praktik swinging ini sendiri merupakan kegiatan tukar pasangan. Swinger adalah julukan kepada orang yang membebaskan pasangannya untuk melakukan hubungan intim dengan orang lain.
Biasanya, swinger akan merasa kepuasan seksualnya meningkat setelah melakukan tukar pasangan dengan orang lain.
Sampai saat ini, korban pelecehan seksual berkedok penelitian swinger oleh BA sudah mencapai 50 orang.
Modus Dosen Lakukan Pelecehan Seksual Swinger
Pada awalnya, ajakan diskusi dari BA berjalan normal. Namun, lama-kelamaan topik diskusi BA mulai menyimpang dan menjurus ke arah pornografi. BA juga pernah mengatakan pada salah satu korbannya bahwa ia berminat melakukan praktik tukar pasangan.
Korbannya yang berinisial ID lantas menyanggah niat BA dengan mengatakan bahwa penelitian tidak mengharuskan penelitinya melakukan tindakan seperti tema observasinya. Misalnya, peneliti yang melakukan penelitian terkait pembunuhan tidak perlu membunuh terlebih dahulu.
Pria berinisial BA ini juga kerap menyamar sebagai tokoh istrinya sendiri lalu curhat pada korbannya tentang keburukan BA. Dengan memakai akun media sosial milik istrinya, BA pun pura-pura mengeluhkan tentang beban mental karena dipaksa melakukan tukar pasangan.
BA juga sering mengirimkan foto dan video berbau pornografi pada para korbannya. Aksi BA biasanya dilakukan melalui Facebook, WhatsApp, dan telepon.
BA berusaha menjaring para korbannya dengan cara menarik empati mereka terlebih dahulu, lalu melakukan tindakan pelecehan seksual dengan obrolan vulgar dan media pornografi.
Para korban BA akhirnya memutuskan untuk mendatanginya. Pertemuan itu berbuntut adanya video permintaan maaf yang diunggah BA di akun Twitter. Video itu kini tersedia di berbagai platform media sosial, seperti YouTube.
Di dalam video itu, BA mengakui bahwa korban dari pelecehan seksual berkedok penelitian swinger sudah sangat banyak. Bahkan, BA juga pernah melakukan pelecehan seksual secara fisik di tahun 2004-2005.
Tindakan Kampus Terhadap Dosen Lakukan Pelecehan Seksual Swinger
Korban BA rata-rata adalah alumni UGM dengan latar belakang jurusan dan fakultas yang berbeda-beda. Sekarang, pihak UGM sedang berusaha melakukan pendampingan pada korban pelecehan BA.
Pihak dari UGM juga mengatakan bahwa siapa saja yang merasa pernah menjadi korban BA bisa melapor langsung ke bagian layanan pencegahan kekerasan seksual milik kampus.
Pihak Universitas Gajah Mada jelas menyatakan kekecewaannya karena BA sering menggunakan nama kampus untuk memancing korban-korbannya. UGM mengecam segala bentuk kekerasan seksual dan akan melakukan tindakan tegas terhadap BA sesuai regulasi yang berlaku.
Kasus Pelecehan Seksual di Indonesia
Pelecehan seksual berkedok penelitian memang patut Parents waspadai. Pasalnya, kasus seperti ini susah diendus dan wujudnya sangat samar, sehingga korban rata-rata terlambat untuk bisa mengantisipasi modusnya.
Bahkan, saking samarnya, tidak ada lembaga yang bisa memastikan berapa jumlah pasti terkait kasus pelecehan seksual di ranah universitas. Kasus yang terlihat sekarang hanyalah puncak gunung es dari tumpukan tersembunyi pelecehan seksual yang tak terungkap.
Korban pelecehan biasanya akan memiliki keberanian untuk membuka diri ketika ada orang lain yang bernasib serupa, seperti pada kasus BA. Uluran tangan dan jaminan keamanan menjadi hal yang sangat penting supaya korban berani melaporkan perbuatan pelaku pada pihak yang berwajib.
Baca juga:
Tindakan yang dilakukan pihak kampus UGM sangatlah tepat. Ketika ada kasus pelecehan seksual, mereka segera melakukan pendampingan, membuka layanan laporan secara terbuka, dan menindak tegas pelaku kejahatan.
Dengan adanya kejadian pelecehan seksual berturut-turut, termasuk Dosen lakukan pelecehan seksual swinger, tenjtu saja membuat hati was-was. Apalagi, jika buah hati kini sedang menuntut ilmu di Universitas yang lokasinya jauh dari rumah.
Salah satu hal yang mungkin bisa dilakukan untuk membuat rasa khawatir di dalam hati Parents berkurang adalah menawarkan kedekatan dengan anak tercinta. Sehingga, sekalipun jarak menjadi pembatas, Parents tetap bisa menjaga buah hati dari segala risiko pelecehan seksual.
Kasus pelecehan seksual berkedok penelitian swinger yang dilakukan oleh dosen seperti ini menjadi pelajaran berharga bahwa segala kejahatan bisa datang dengan berbagai cara dan bentuk.
Pilihan artikel editor :
Anak dilecehkan guru selama dua tahun, ini saran psikolog untuk Parents