X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Kisah Dokter Salah Amputasi Kaki Pasien, Bagaimana Kronologinya?

Bacaan 4 menit

Lantaran satu dan lain hal, ada saja kasus seseorang harus menjalani proses amputasi demi keberlangsungan hidupnya. Namun, apa jadinya kalau justru dokter salah amputasi?

Kisah Dokter Salah Amputasi

Entah apa yang ada dalam pikiran dokter satu ini, ia terpaksa didenda karena salah melakukan amputasi pada pasiennya. Sejatinya seorang pasien diamputasi kaki kirinya.

Kisah Dokter Salah Amputasi

Nahas, dua hari setelah operasi dilakukan, pasien baru sadar bahwa yang diamputasi adalah kaki kanannya. Akibatnya pada Rabu (1/12), pengadilan di Kota Linz memvonis dokter bedah berusia 43 tahun itu melakukan kelalaian besar.

Tak hanya itu, pengadilan menjatuhkan denda sebesar €2.700 (Rp44 juta). Sementara istri pasien juga mendapat ganti rugi sebesar €5.000 (Rp81,3 juta). Adapun sang pasien telah meninggal dunia sebelum kasus ini bergulir ke pengadilan.

Cerita bermula ketika pasien ini mendatangi sebuah klinik di kota Freistadt, Mei lalu. Kaki sang pasien harus diamputasi, tetapi belakangan terungkap dokter bedah menandai kaki yang keliru.

Kesalahan baru disadari ketika prosedur operasi usai. Selanjutnya, pihak rumah sakit baru memberi tahu bahwa kaki kirinya juga harus diamputasi. Mengetahui kejadian tersebut, direktur rumah sakit menyampaikan permohonan maaf kepada publik.

Artikel terkait: Surat Ibu Anak Tunarungu untuk Menteri Risma: “Saya Merasa Sedih dan Terluka..”

Dokter Salah Amputasi karena Ada Kekeliruan

Dalam sidang di pengadilan, dokter bedah mengaku ada kekeliruan pada rantai komando di ruang operasi. Ketika ditanya mengapa dia menandai kaki kanan alih-alih-alih kaki kiri, dia mengatakan: “Saya benar-benar tidak tahu.”

Sejak insiden itu, dokter tersebut telah dipindah ke klinik lalin. Setengah dari jumlah dendanya ditangguhkan. Setelah kejadian ini, pihak rumah sakit mengaku segera melakukan penyelidikan dan meninjau standarnya. Selain itu, pasien juga ditawarkan adanya pendampingan psikologis atas peristiwa ini.

Nyatanya kasus ini pernah terjadi di masa lalu. Pada 1995, seorang dokter di AS baru menyadari dia salah mengamputasi kaki seorang pasien diabetes saat operasi masih berlangsung. Dia terpaksa melanjutkan proses amputasi karena sudah terlanjur memotong otot, tendon, dan ligamen kaki sang pasien.

Artikel terkait: Dokter Ali Sungkar Meninggal Dunia, Sempat Viral di Medsos Saat Gendong Bayi

Mengapa Seseorang Harus Diamputasi?

Kisah Dokter Salah Amputasi

Amputasi merupakan hilang atau putusnya salah satu anggota tubuh akibat kecelakaan atau prosedur untuk mengatasi kondisi medis tertentu. Prosedur ini bisa berlangsung secara parsial maupun total.

Amputasi parsial artinya masih ada sebagian atau beberapa jaringan lunak yang tersambung sehingga anggota tubuh penderita tidak terputus sepenuhnya. Sedangkan pada amputasi total, organ tubuh penderita terputus seluruhnya.

Apakah kedua jenis amputasi ini bisa disambung lagi atau tidak bergantung keparahan anggota tubuh itu sendiri. Jika tidak memungkinkan, pasien biasanya dianjurkan menggunakan organ tubuh palsu.

Amputasi dapat terjadi akibat cedera parah yang tidak disengaja, atau bisa juga sebagai jalan terakhir dokter untuk menangani sejumlah penyakit.

Amputasi Akibat Cedera

  • Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa
  • Serangan binatang buas
  • Kecelakaan kendaraan bermotor
  • Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat
  • Luka tembak atau ledakan akibat perang atau serangan teroris
  • Luka bakar parah

Artikel terkait: Dokter Berbagi Pengalaman Menggunakan Ivermectin untuk Obat COVID-19

Amputasi Akibat Penyakit

Kisah Dokter Salah Amputasi

Kondisi medis berupa penyakit juga bisa membuat seseorang harus menjalani prosedur amputasi, antara lain:

  • Penebalan pada jaringan saraf (neuroma)
  • Frostbite, atau cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem
  • Infeksi yang tidak bisa diobati lagi, misalnya kasus osteomielitis atau necrotising fasciitis yang parah
  • Kanker yang sudah menyebar ke tulang, otot, saraf atau pembuluh darah
  • Kematian jaringan (gangren), misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati diabetik

Amputasi sejatinya menjadi pilihan terbaik agar kehidupan seseorang bisa berlanjut lebih mumpuni. Namun, bukan berarti amputasi tidak bisa menimbulkan komplikasi antara lain:

  • Nyeri
  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Sulit menggerakkan sendi di dekat organ tubuh yang hilang
  • Phantom limb yaitu sensasi nyeri yang muncul di organ tubuh yang hilang
  • Gangguan mental seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), mudah marah, depresi, dan ingin bunuh diri
  • Deep vein thrombosis (DVT)

Mengingat amputasi bukanlah prosedur yang sederhana, pertimbangkan keharusan melakukannya dengan dokter terpercaya. Jika terpaksa harus dilakukan, selalu konsultasikan kondisi Anda dengan dokter.

Hubungi dokter jika merasakan keluhan di jahitan anggota tubuh yang diamputasi, ada rasa sakit di area amputasi atau sekitarnya, demam atau menggigil, merasa bengkak atau kemerahan di area amputasi, perdarahan, atau ada cairan berupa darah bahkan nanah yang keluar dari area amputasi.

Baca juga:

Oknum Dokter Lakukan Pelecehan Seksual, Campurkan Sperma ke Makanan Perempuan

Kisah Dokter Willyarto, Orang Pertama yang Membawa Teknologi USG ke Indonesia

Terpapar COVID-19 Seorang Dokter Tetap Layani Pasien: "Demi Kemanusiaan"

Cerita mitra kami
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Erinintyani Shabrina Ramadhini

Diedit oleh:

Finna Prima Handayani

  • Halaman Depan
  • /
  • Berita Terkini
  • /
  • Kisah Dokter Salah Amputasi Kaki Pasien, Bagaimana Kronologinya?
Bagikan:
  • BPOM Nyatakan Sirop Obat Aman untuk Anak, IDAI Minta Masyarakat Tak Khawatir

    BPOM Nyatakan Sirop Obat Aman untuk Anak, IDAI Minta Masyarakat Tak Khawatir

  • Jadwal Libur Puasa Anak Sekolah 2023 dan Libur Hari Raya Idulfitri

    Jadwal Libur Puasa Anak Sekolah 2023 dan Libur Hari Raya Idulfitri

  • Atlet Bulu Tangkis Berbakat Syabda Perkasa Belawa Meninggal Dunia

    Atlet Bulu Tangkis Berbakat Syabda Perkasa Belawa Meninggal Dunia

  • BPOM Nyatakan Sirop Obat Aman untuk Anak, IDAI Minta Masyarakat Tak Khawatir

    BPOM Nyatakan Sirop Obat Aman untuk Anak, IDAI Minta Masyarakat Tak Khawatir

  • Jadwal Libur Puasa Anak Sekolah 2023 dan Libur Hari Raya Idulfitri

    Jadwal Libur Puasa Anak Sekolah 2023 dan Libur Hari Raya Idulfitri

  • Atlet Bulu Tangkis Berbakat Syabda Perkasa Belawa Meninggal Dunia

    Atlet Bulu Tangkis Berbakat Syabda Perkasa Belawa Meninggal Dunia

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.