Akhir-akhir ini Parents mungkin sering mendengar diet plant-based atau diet nabati. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan plant-based?
Plant-based atau diet nambati merupakan pola makan yang mengandalkan tumbuh-tumbuhan atau makanan nabati. Namun, plant-based berbeda dengan vegan atau vegetarian. Pola makan plant-based bukan berarti sama sekali tidak bersentuhan dengan daging, telur, atau protein hewani lainnya.
Plant-based lebih cocok digunakan untuk menggambarkan pola diet sehat, dimana yang menerapkannya perlu makan lebih banyak makanan sehat, seperti sayuran, lemak baik, dan serat.
Pola makan plant-based atau diet nabati ini bisa membawa banyak manfaat, tidak terkecuali untuk anak-anak. Utamanya pola makan plant-based dapat membantu menurunkan dan mengontrol berat badan. Berat badan yang stabil dan ideal tentunya juga akan mengurangi risiko berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, dan lain sebagainya.
Meski tertarik untuk menerapkan pola plant-based untuk keluarga, Parents mungkin merasa sedikit ragu karena berpikir bahwa pola makan plant-based memiliki kekurangan dalam memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Asumsi tersebut sebenarnya kurang tepat.
Pola makan plant-based tentu bisa memenuhi kebutuhan nutrisi apabila menu makanan tetap mengandung asupan yang diperlukan tubuh seperti lemak esensial, protein, vitamin, mineral dan serat. Beberapa nutrisi yang memerlukan perhatian lebih, terutama ketika menjalankan plant-based adalah vitamin B12, vitamin D, iodin, omega 3 dari ikan, zat besi, zink, dan kalsium. Contohnya, lemak nabati yang terdapat di margarin dapat memenuhi omega 3 nabati.
Pola Plant-Based atau Diet Nabati
Jika ingin memulai menerapkan pola plant-based pada anak, Parents bisa menerapkan tips berikut ini:
1. Tanamkan pada anak kebiasaan makan sayur semenjak dini
Beberapa anak mungkin tidak suka sayur dan tidak mau makan sayur. Namun, seringkali hal ini tidak terjadi dengan sendiri. Ini terjadi karena anak tidak terbiasa makan sayur. Jika Parents mempunyai anak yang baru menjalani MPASI atau masih balita, segera mulai perkenalkan ia dengan sayur-sayuran. Jika anak terlanjur tidak menyukai sayuran, Parents bisa menyiasatinya dengan mencampur sayuran dengan makanan lainnya yang disukai anak. Misalnya dengan telur, nasi goreng, dan lain sebagainya.
2. Transisi perlahan-lahan
Bagi anak dan untuk Parents yang sebelumnya tidak menerapkan pola plant-based atau pola hidup sehat maupun pola diet nabati proses transisi bisa menjadi hal yang berat. Tips untuk memulai adalah dengan bertransisi perlahan-lahan. Jangan langsung menghilangkan daging atau protein hewani lainnya pada menu makanan.
Bertransisi langsung justru bisa membuat Parents dan anak lebih menginginkan daging atau makanan-makanan yang dilarang. Pada akhirnya, Parents dan anak justru melanggar pola makan plant-based dengan makan lebih banyak. Mulailah dengan makan sayur-sayuran lebih banyak. Jadikan daging atau makanan hewani sebagai garnish atau pelengkap saja dengan porsi yang lebih sedikit ketimbang sayuran.
3. Berikan pilihan menu yang lezat
Sebagian anak mungkin berpikir bahwa sayuran adalah makanan yang tidak enak. Dengan pola makan plant based, Parents bisa mengenalkan juga pada menu-menu sehat yang lezat. Misalnya oat atau sereal dengan susu kedelai, yoghurt dengan berbagai varian rasa, roti dengan selai kacang dan buah-buahan. Dengan begitu, anak bisa merasa lebih senang untuk makan dan menerapkan pola hidup plant-based.
Untuk inspirasi menu plant-based, Parents bisa mengunduh e-book ’21 Hari Rutinitas Sarapan Bergizi’. Gunakan juga margarin Blue Band yang mengandung 6 vitamin esensial yaitu A, B1, B2, B3, D, dan E serta lemak baik omega 3 & 6 Margarin Blue Band terbuat dari bahan nabati sehingga dapat digunakan untuk mendukung pola makan plant-based.
4. Ajak anak terlibat secara aktif
Libatkan anak untuk mempersiapkan makanan, berikan juga ia kesempatan untuk memilih makanan yang ia mau. Hal ini dilakukan supaya anak tidak merasa tertekan dalam menjalani pola makan plant-based.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.