Sabtu, 25 Februari lalu, sebanyak 300 orang pelajar berkampanye di depan Istana Presiden. Mereka berasal dari 30 sekolah di Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang. Kampanye anti rokok ini bertema #TolakJadiTarget dan ingin memberikan bukti iklan rokok yang ditempatkan di sekitar sekolah.
Ratusan pelajar melakukan kampanye di depan istana presiden
Selain berkampanye, para pelajar tersebut juga menampilkan aksi teatrikal dengan tema Upacara Inisiasi Pengikut Serigala Berbulu Domba. Aksi ini dibuat sebagai sindiran pada perusahaan rokok yang menempatkan iklan produk mereka di sekitar sekolah, dengan menargetkan anak sekolah sebagai konsumen mereka.
Aksi teatrikal Upacara Inisiasi Pengikut Serigala Berbulu Domba
Sejak Desember 2016 lalu, pelajar dari 90 sekolah di 5 kota (Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor) berhasil menurunkan ratusan spanduk, poster dan iklan rokok yang ada di sekitar sekolah mereka.
Ini adalah cara para pelajar tersebut menolak dijadikan target pemasaran perusahaan rokok. Mereka bergerak bersama dalam kampanye #TolakJadiTarget.
Spanduk iklan rokok di sekitar sekolah yang dicopot para pelajar untuk bukti
Hasil studi Komnas PA dan UHAMKA tahun 2007 menyatakan sebanyak 46,3% anak mengaku terpengaruh merokok karena melihat iklan rokok dan 86,7% anak mengaku melihat rokok di media luar ruang.
Lima perusahaan rokok terbesar di Indonesia yakni HM Sampoerna, PT Djarum, Gudang Garam, BAT dan Nojorono terbukti meletakkan iklannya di sekitar sekolah.
Selama kampanye ini berlangsung sejak Desember tahun lalu, ditemukan sebanyak 61 merek rokok yang beriklan di sekitar sekolah di 5 kota ini.
kumpulan spanduk iklan rokok yang berhasil dikumpulkan para pelajar
Selain kampanye, dilakukan juga penyelidikan mengenai keberadaan iklan rokok di sekitar sekolah. Hasilnya cukup mengejutkan.
Pemilik warung yang memajang spanduk iklan rokok di dekat sekolah mengaku, mereka diberi uang dalam jumlah yang beragam, mulai dari hanya 3 bungkus rokok, Rp. 50.000 per bulan, Rp. 300.000 per 3 bulan, Rp. 800.000 per tahun, Rp. 2.000.000 per tahun hingga Rp. 4.000.000 per tahun.
Spanduk yang diletakkan di warung sekitar sekolah tersebut diduga tidak berizin dan tidak membayar pajak reklame pada pemerintah.
Kampanye #TolakJadiTarget yang dilakukan pelajar mendapat dukungan dari pihak sekolah, orang tua siswa, masyarakat sekitar sekolah, rt/rw, lurah, camat hingga Walikota. Hingga saat ini, pelajar di 5 kota yang melakukan kampanye, sudah berhasil menurunkan sekitar 120 iklan rokok di sekitar sekolahnya.
Selain kampanye di sekitar sekolah, mereka juga melakukan kampanye secara online #TolakJadiTarget dan melakukan petisi online melalui Change.org.
Kampanye anti rokok dari 300 pelajar.
Tentunya kita semua berharap bahwa hal ini segera mendapat tanggapan dari pemerintah, tunas bangsa yang memegang masa depan negara seharusnya tidak dirusak oleh rokok.
Tindakan para perusahaan rokok dengan meletakkan iklan rokok di sekitar sekolah berpotensi merusak generasi penerus bangsa.
Baca juga:
Anak Sekolah di 5 Kota Melakukan Kampanye Anti Rokok
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.