Alasan Bayi Demam Setelah Vaksin Beserta Cara Mengatasinya

Begini penjelasan secara ilmiah mengenai demam setelah vaksin dan cara mengatasinya yang perlu Bunda ketahui.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Demam merupakan salah satu efek samping yang paling umum dari vaksinasi. Umumnya para orang tua pun sudah paham bahwa itu adalah bagian normal dari respons imun yang menunjukkan sistem kekebalan tubuh anak merespons vaksin, dan sebagai hasilnya, membangun kekebalan terhadap virus atau bakteri yang menjadi target vaksin. Begini penjelasan secara ilmiah mengenai demam setelah vaksin, Bunda.

Apa Itu Demam?

Demam adalah suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya. Normalnya orang memiliki suhu tubuh sekitar 98,6ᴼF (37ᴼC) –suhu tubuh tiap orang bervariasi sepanjang hari. Dikatakan demam jika suhu tubuhnya berada diatas 38 derajat celcius.

Banyak orang masih mengaitkan demam dengan penyakit atau sesuatu hal yang buruk. Padahal demam, bahkan demam tinggi, adalah normal dan penting dari respons imun.

Pertama, dengan menaikkan suhu dalam tubuh, demam membuat tubuh menjadi tuan rumah yang kurang ramah bagi kuman, sehingga kuman tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh.

Kedua, suhu yang lebih tinggi juga berfungsi untuk mengaktifkan beberapa bahan kimia pensinyalan yang memandu respons imun.

Artikel terkait: Bayi Demam Naik Turun, Haruskah Orangtua Panik?

Mengapa Banyak Balita Demam Setelah Vaksin?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bahan dalam vaksin terdiri dari organisme (virus/bakteri) yang menyebabkan infeksi. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit yang menginfeksi tubuh dengan mempersiapkan sistem kekebalan tubuh untuk melindungi dirinya dari potensi virus atau bakteri.

Itu adalah cara untuk ‘memperkenalkan’ komponen kuman yang diketahui dapat mengaktifkan respons imun. Atau dengan kata lain, kemampuan organisme ini difungsikan menjadi lemah ketika penyakit masuk pada tubuh seseorang.

Akan tetapi, vaksin tidak secara signifikan dapat menghalau orang yang divaksin menderita kejadian yang tidak diinginkan, seperti yang dapat terjadi selama infeksi alami. Itulah mengapa dalam beberapa kasus, vaksinasi menyebabkan gejala yang dapat dideteksi, seperti demam ringan –tidak semua balita juga mengalaminya. Dan ini normal.

Hal itu menandakan sistem kekebalan anak merespons vaksinasi. Oleh karena itu, Bunda tidak perlu khawatir jika bayi Anda mengalami demam ringan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengetahui vaksin dapat menyebabkan demam, terkadang ada beberapa orang tua yang justru menganggap bila tidak mengalami demam maka vaksin tidak berfungsi di tubuh bayinya.  

Terkadang, Bunda, kenaikan suhu anak yang cepat, bukanlah ketinggian suhu tubuhnya yang sebenarnya, akan menyebabkan kejang yang disebabkan oleh demam (demam). Sementara kejang demam menakutkan, mereka tidak menghasilkan efek permanen atau tahan lama.

Setiap pertanyaan atau kekhawatiran tentang demam, atau episode kejang demam, harus didiskusikan dengan penyedia layanan kesehatan.

Jadi kapan biasanya demam terjadi setelah vaksinasi? Oleh karena vaksin menyebabkan kekebalan dengan cara yang berbeda pada tiap anak serta tergantung pada cara pembuatan vaksin, maka ada beberapa variasi mengenai kapan tepatnya demam setelah vaksinasi paling mungkin terjadi.

Selain itu, karena ada beberapa vaksin yang perlu diberikan lebih dari satu dosis, demam biasanya lebih mungkin terjadi setelah dosis berikutnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Demam pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Tepat Menanganinya

Jenis Vaksin terhadap Patogen Individu dan Ganda

Haemophilus Influenzae Tipe B (Hib)

  • ActHIB®, 2 hari setelah vaksinas, terjadi pada sekitar 2 dari 100 penerima vaksin.
  • Hiberix™, 4 hari setelah vaksinasi, terjadi pada 14-19 dari 100 penerima vaksin (setelah dosis 2 dan 3).
  • PedvaxHIB®, 6-48 jam setelah vaksinasi, terjadi pada 1-18 dari 100 penerima vaksin.

Hepatitis B

  • Heplisav-B®, 0-7 hari setelah vaksinasi, terjadi pada 1-2 dari 100 penerima vaksin.
  • Engerix B™, 1-17 hari setelah vaksinasi, terjadi pada 2 dari 100 penerima vaksin.
  • Recombivax®, 1-10 pada sekitar 100 penerima vaksin

Hepatitis A

  • Havrix™, 0-4 hari setelah vaksinasi pada 3 dari 100 penerima vaksin.
  • Vaqta®, 1-5 hari setelah vaksinasi pada 10 dari 100 penerima vaksin.

Human Papillomavirus (HPV)

Gardasil 9®, 0-5 hari setelah vaksinasi terjadi pada 6-7 dari 100 penerima vaksin.

Meningitis ACWY

  • Menactra®, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 5-12 dari 100 penerima vaksin (lebih sering terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun).
  • Menveo™, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 3-9 dari 100 penerima vaksin (lebih sering terjadi setelah dosis 3 dan 4).
  • Menquadfi™, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 1-2 dari 100 penerima vaksin.

Meningitis B

  • Trumenba®, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 2-6 dari 100 penerima vaksin (terjadi setelah dosis 1).
  • Bexsero™, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 1-4 dari 100 penerima vaksin (lebih sering setelah dosis 2).

Pneumokokus

  • Prevenar 13® (versi konjugasi), 0-7 hari setelah vaksinasi pada 24-35 dari 100 bayi penerima vaksin, dan kurang dari 10 dari 100 anak yang lebih tua.
  • Pneumovax® 23 (versi polisakarida), 1-2 dari 100 penerima vaksin akan mengalami demam.

Rotavirus

  • RotaTeq®, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 17-20 dari 100 penerima vaksin.
  • Rotarix™, 0-7 hari setelah vaksinasi pada 25-28 dari 100 penerima vaksin.

Varisela (Cacar Air)

Varivax®, 0-42 hari setelah vaksinasi pada 10 dari 100 penerima vaksin (kebanyakan terjadi 14-27 hari setelah vaksinasi).

Measles, Mumps, and Rubella (MMR)

MMR II®, 0-14 hari setelah vaksinasi pada 2 dari 100 penerima vaksin.

DTaP

  • Daptacel®, 0- hari setelah vaksinasi pada 11-20 dari 100 penerima vaksin.
  • Infanrix®, 0-4 hari setelah vaksinasi pada 8-12 dari 100 penerima vaksin (lebih sering terjadi setelah dosis 2).

Tdap

  • Boostrix™, 0-15 hari setelah vaksinasi pada 19 dari 100 penerima vaksin.
  • Adacel®, 0-15 hari setelah vaksinasi pada 1-5 dari 100 penerima vaksin (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).

Hepatitis A dan Hepatitis B

Twinrix™, 0-4 hari setelah vaksinasi pada 2-4 dari 100 penerima vaksin.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

MMR dan Varicella (Cacar Air)

ProQuad®, 0-5 hari setelah vaksinasi pada 8-20 dari 100 penerima vaksin (sering terjadi setelah dosis 1).

Artikel terkait: 6 Rekomendasi Obat Demam untuk Bayi, Mana Pilihan Parents?

Gejala Demam Setelah Vaksin yang Harus Diwaspadai

Bila bayi demam, Bunda harus tetap menjaga tubuh bayi tetap terhidrasi dengan baik.

Suhu tubuh bayi di atas 99°F atau 37,2°C sudah bisa harus diwaspadai, terutama jika bayi mengalami tanda-tanda lain sebagai berikut:

  • 101°F atau sekitar 38,3°C atau lebih tinggi pada bayi di bawah 3 bulan
  • 102°F atau 38,9°C atau lebih tinggi pada bayi berusia antara 3-6 bulan
  • Bayi mengalami kelelahan ekstrem
  • Sakit di perut, anggota badan, dan telinga
  • Kesulitan menelan cairan
  • Muntah atau diare
  • Demam yang berlangsung lebih dari 3 hari
  • Kantuk terus-menerus
  • Rewel atau lebih sering menangis

Cara Mengatasi Demam Setelah Vaksin

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meskipun demam setelah vaksin adalah normal, Bunda pasti ingin memastikan bayi tetap merasa lebih nyaman dan rileks. Inilah yang bisa Anda lakukan:

1. Obat untuk Mengatasi Demam Setelah Vaksin

Haruskah orang tua memberikan obat kepada bayinya sebelum kunjungan vaksin untuk mencegah demam setelah vaksinasi? Tidak perlu, ya, Bunda. Pemberian obat sebelum kunjungan vaksin tidak dianjurkan karena dapat menurunkan respons imun anak terhadap vaksin.

Studi pasien yang mendapat obat penurun demam sebelum vaksinasi justru memiliki respons antibodi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima obat –menunjukkan respons imun anak terhadap vaksin lebih rendah sebagai akibat dari penurunan demam.

Lantas, bagaiman bila obat penurun demam diberikan setelah vaksin?

Dalam kebanyakan kasus, seorang anak tidak perlu diberi obat demam kecuali jika mereka merasa sangat-sangat tidak nyaman.

Bila Anda merasa tidak yakin apakah anak harus minum obat untuk mengatasi demam atau gejala lainnya, coba konsultasikan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan.

Biasanya dokter akan memerikan resep obat OTC (over the conter) seperti parasetamol atau ibuprofen bila bayi demam. Obat jenis ini aman dan efektif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.

2. Mengatasi Bayi Demam Setelah Vaksin dengan Tetap Terhidrasi

Hal terpenting yang harus dilakukan ketika anak demam adalah memastikan mereka tetap terhidrasi dengan minum banyak cairan.

3. Berada di Dekat Bayi   

Tidak ada yang lebih menenangkan selain cinta dan perhatian Bunda kepadanya. Jadi usahakan Anda tetap berada di dekat bayi setidaknya 3-4 jam setelah di menerima vaksin.

4. Pakaian yang Nyaman  

Pakaikan bayi Anda pakaian yang ringan dan nyaman. Bunda juga bisa menutupinya dengan selimut lembut.

5. Buat Ruangannya Nyaman untuk Mengatasi Bayi Demam Setelah Vaksin

Tempatkan bayi di ruangan yang bersih, nyaman, dan berventilasi baik. Pastikan sirkulasi udara berjalan baik dengan membuka jendela. Suhu ideal ruangan adalah 18°C.

Dalam kebanyakan kasus, demam setelah vaksin akan sembuh dengan sendirinya. Namun, bila bayi demam, dalam perawatannya selalu ikuti insting Anda. Dan segera hubungi dokter anak jika Bunda merasa ada yang tidak beres.

Baca juga:

13 Jenis Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir dan Manfaatnya, Jangan Diabaikan!

Daftar Lengkap Vaksinasi Anak Usia 0-12 Bulan Sesuai Anjuran IDAI