Ingin tetap bekerja dan berdaya tetapi dilema memikirkan siapa yang akan mengasuh sang buah hati merupakan salah satu persoalan klasik perempuan bekerja. Hal inilah yang disadari betul oleh Lina Rosita Dewi, Human Resources Director P&G Indonesia. Hal ini pula yang kemudian menggerakan ia menginisiasikan berdirinya baby daycare di pabrik P&G Indonesia yang ada di Karawang.
Ia yakin, dengan pembangunan daycare di pabrik bisa membantu para karyawan khususnya para ibu untuk bisa bekerja lebih maksimal. Tanpa perlu khawatir memikirkan siapa yang akan mengasuh dan menjaga anak-anaknya di rumah. Terlebih lagi, daycare tersebut bisa dimanfaatkan tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Belakangan ini, sudah banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri memberikan fasilitas tempat penitipan anak di tempat kerja karyawannya.
Salah satu perusahaan yang memberikan fasilitas daycare di pabrik secara gratis ialah P&G Jakarta Plant di Karawang. Perusahaan yang bergerak di bidang kebutuhan rumah tangga seperti sampo, alat cukur, hingga popok bayi ini membangun daycare di pabrik secara gratis untuk karyawan yang bekerja di sana.
Program ini bahkan mendapat pengakuan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di tahun 2019. Belum lama ini, theAsianparent Indonesia berkesempatan mewawancarai Lina Rosita Dewi, Human Resources Director P&G Indonesia. Lina merupakan sosok di balik berdirinya baby daycare di pabrik P&G Indonesia yang ada di Karawang.
Artikel terkait: Mengasuh Anak Sambil Kuliah, Bahagia dan Bersyukur Saya Bisa Melakukannya
Bagaimana Awal Mula Tercetus Ide Membangun Baby Daycare di Pabrik?
“Sekitar tahun 2015-2016, banyak karyawan kami yang statusnya telah menikah dan punya anak. Dan saat itu Karawang belum semaju sekarang, support system untuk para pekerja terutama yang punya anak seperti tempat penitipan anak masih jarang. Sementara para karyawan kebanyakan adalah perantau sehingga mereka tidak punya keluarga yang bisa membantu mengurus anak saat mereka pergi bekerja.”
“Di perusahaan kami, karyawan perempuan mencapai 35%, dan itu angka yang cukup besar. Namun, para karyawan perempuan ini tidak mendapatkan bantuan yang memadai saat mereka punya anak. Mencari pengasuh susah, tempat penitipan anak jarang ada, sedangkan keluarga mereka ada di kampung halaman. Sehingga akhirnya banyak dari mereka memutuskan untuk berhenti bekerja agar bisa mengurus anak.”
“Akhirnya kita berpikir, bagaimana caranya bisa membantu mereka. Terutama karyawan yang secara individu sebenarnya masih ingin bekerja. Nah, salah satu hasilnya ialah dengan pembangunan daycare di pabrik ini. Kami bekerjasama dengan pihak ketiga yang berpengalaman mengelola daycare sedangkan perusahaan P&G menyediakan fasilitasnya.”
Bagaimana Mekanisme Baby Daycare di Pabrik P&G ini Dijalankan?
“Jadi di baby daycare ini ini ada dua kelas. Dengan kuota 30-40 anak per kelas. Kelas pertama untuk usia 0-1 tahun, kelas yang kedua 1-3 tahun. Jadi daycare ini memang diperuntukkan bagi anak-anak yang masih berada dalam usia susah untuk ditinggal sendiri dan harus tetap diawasi.”
“Untuk mekanismenya sendiri, karyawan P&G bisa mendaftar lebih dulu. Jika bisa memenuhi kriteria kami seperti usia anaknya sesuai, tidak punya support system untuk membantu mengurus anak, dan lain sebagainya.”
Artikel terkait: Butuh Daycare di Bandung? Ini 10 Referensi Tempatnya yang Bisa Parents Pilih
Apakah Karyawan Dipungut Bayaran untuk Menitipkan Anaknya di Daycare?
“Untuk saat ini kami tidak memungut bayaran sama sekali kepada karyawan yang menitipkan anaknya di daycare.”
Lebih lanjut, perempuan yang telah bekerja di P&G selama 8 tahun ini mengatakan bahwa semua staff dan pengajar di daycare tersebut adalah pakar dan profesional di bidangnya masing-masing. Artinya, para orangtua yang menitipkan anaknya di daycare tidak perlu lagi merasa was-was karena sudah dijaga oleh tenaga yang tepat.
Juga kesehatan anak-anak dijaga agar jangan sampai sakit dan menulari anak lainnya.
Semua fasilitas dan layanan di daycare disediakan oleh P&G sebagai perusahaan yang menaungi karyawannya.
Seperti Apa Tanggapan Para Karyawan dengan Adanya Daycare di Pabrik?
“Tentunya mereka merasa sangat terbantu. Apalagi, kan, di P&G kami membolehkan sesama karyawan untuk menikah. Sehingga di sini, tidak hanya karyawan perempuan tapi juga para suami yang bekerja di pabrik merasa terbantu.”
Mengenal Pribadi Lina Rosita Dewi Lebih Jauh, Seperti Apa Peran Keluarga di Hidup Anda?
“Saya merasa, selalu mendapatkan dukungan dari keluarga. Suami dan saya memiliki values yang sama tentang membangun keluarga dan membesarkan anak. Apa yang saya inginkan dalam karier dan keluarga selalu mendapat dukungan penuh dari pasangan sehingga saya merasa lebih mudah menjalani peran sebagai wanita karir juga istri dan ibu.”
“Dalam hal profesi, saya memiliki background sarjana ekonomi. Awalnya bekerja di bidang keuangan di perusahaan lain, tetapi kemudian pindah ke P&G sebagai HR karena saya butuh berkoneksi dengan orang lain. Berinteraksi dengan beragam karakter dan sifat orang merupakan hal yang menyenangkan bagi saya. Hal ini membantu saya tetap terus belajar memahami orang lain, menolong orang lain, hingga membuat saya enjoy dalam pekerjaan.”
Seperti Apa sosok Ibu di Mata Mba Lina?
“Ibu saya adalah teladan bagi saya sampai sekarang. Beliau juga merupakan seorang wanita karier yang sukses dalam pekerjaan dan mengurus keluarga. Sehingga saya bisa melihat bahwa perempuan bisa sukses di mana pun ia berada kalau memang mau dan berusaha keras untuk mewujudkannya.”
Bagaimana Anda Membagi Waktu Antara Pekerjaan dan Mengurus Keluarga?
“Bagi saya, yang penting disiplin dalam mengatur waktu dan membagi fokus saya dalam pekerjaan dan mengurus keluarga. Misalnya di sini saya punya pengasuh yang bisa saya titipkan anak saya selama saya dan suami bekerja di ruangan kami masing-masing.
Saya mengatur agar dalam sehari saya bisa menghabiskan waktu bersama anak walau cuma setengah jam. Misalnya di pagi hari sebelum bekerja, saat jam makan siang, dan sore hari menjelang makan malam.
Selain itu, kita juga harus bisa delegate pekerjaan yang bisa dikerjakan orang lain. Misalnya saya meminta pengasuh saya menyiapkan bahan makanan untuk kemudian saya masak sebagai menu makan malam setelah saya selesai bekerja. Bagi saya, jangan takut untuk meminta bantuan orang lain di sekitar kita agar bisa melakukan semua peran itu dengan baik.”
Sebagai Working Mom, Pernahkah Dihinggapi Rasa Bersalah kepada Anak?
“Bagi saya itu hal yang manusiawi, ya. Namun ada kalanya kita memang harus mengutamakan pekerjaan, contohnya di masa kritis seperti saat awal pandemi. Saya tetap bekerja di akhir pekan demi hajat hidup orang banyak. Tapi kemudian saya berusaha menggantinya dengan quality time full bersama anak. Jadi ketika saya selesai bekerja, saya akan menghabiskan waktu dengan anak saya, ponsel saya taruh di laci agar tidak tergoda untuk memeriksa pekerjaan atau buka media sosial.
So far buat saya ini efektif. Jadi bonding dengan anak. Saya juga enggak merasa bahwa menjadi istri dan ibu adalah hambatan bagi karir saya. Karena suami dan keluarga mendukung saya secara penuh.”
Artikel terkait: “Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar,” Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy
Apa Definisi Perempuan Hebat di Mata Anda?
“Perempuan hebat itu, tidak takut meraih apa yang dia inginkan, baik secara personal maupun profesional. Perempuan hebat akan tahu kapan dia butuh bantuan. Banyak orang yang cenderung ingin mengerjakan semuanya sendirian, sampai akhirnya mereka mengalami breakdown, udah hancur lebur baru minta bantuan.
Bagi saya, perempuan hebat itu tahu kapan ia butuh bantuan, dan di mana ia bisa mendapatkan bantuan. Sehingga bisa perform lebih baik dalam kehidupannya.
Selain itu, perempuan hebat adalah orang yang bisa empower perempuan lain agar bisa sukses juga. Kalau kita punya support system yang baik, kita bisa mendukung orang-orang di sekitar kita agar bisa sukses tanpa perlu takut kesuksesan kita sendiri direbut oleh orang lain.”
Pesan untuk Para Perempuan Khususnya Working Mom di Luar Sana?
“Do what matters to you as a person. Profesional maupun personal, kita harus tahu apa yang kita mau, lalu fight for it. Ketika butuh bantuan, harus proaktif mencari bantuan, jangan diam saja.
“Selain itu, janganlah jadi orang yang perfeksionis. Kita harus belajar bahwa ada beberapa hal yang memang harus dilepaskan. Enggak ada yang benar-benar ideal. Delegasikan pekerjaan yang memang tidak bisa kita kerjakan sendiri, sehingga kita bisa fokus melakukan apa yang membuat kita happy dan bermanfaat bagi orang lain.”
***
Itulah Parents cerita tentang pembangunan daycare di pabrik dan sosok di balik ide cemerlang untuk membantu para ibu bekerja tersebut. Semoga informasi ini menginspirasi, ya.
Baca juga:
Perlu daycare? Inilah 12 pilihan tempat penitipan anak di Jakarta
Menitipkan anak di daycare berpotensi melindunginya dari kanker