Baru-baru ini nama Adhiguna Sosiawan dan istrinya Sabrina kerap menjadi perbincangan warganet. Pasalnya, pasangan suami istri ini menuai kritikan lantaran telah melakukan glorifikasi dan romantisasi perkawinan dini. Padahal, ada begitu banyak dampak pernikahan dini yang bisa muncul.
Sosok pasangan muda, Adhiguna dan Sabrina memang cukuo terkenal di media sosial Instagram, istilahnya selebgram (selebriti Instagram). Belum lama ini keduanya membagikan kisah serta alasan pernikahan mereka berdua yang dilakukan pada usia yang terbilang masih sangat belia.
Gambaran ini pun bisa terlihat dari beberapa seri video yang diunggah di kanal Youtube milik Adhiguna dan Sabrina. Semuanya sudah mendapatkan jumlah views yang cukup fantastis dan ribuan komentar, baik yang pro maupun yang kontra.
Pernikahan Adhiguna dan Sabrina dianggap meromantisasi pernikahan dini
Saat menikah, sang istri Sabrina baru berusia 16 tahun dan masih duduk di bangku SMA. Sementara sang suami, Adhiguna berumur 25 tahun. Jarak 9 tahun di antara mereka memang tidak lantas membuat Adhiguna ragu untuk meminang Sabrina.
Kedua orangtua pasangan selebgram itu ternyata kenal dekat sehingga proses pernikahan keduanya bisa dibilang lancar dan sangat kilat. Keduanya bahkan baru bertemu 36 hari sebelum menikah. Sebelumnya, Sabrina tidak menyangka akan menikahi Adhiguna karena ia menganggap Adhiguna merupakan kerabat dekatnya.
Pesta pernikahan mereka digelar mewah di hotel bintang lima di Jakarta pada 26 Agustus 2019. Keduanya berbulan madu mengunjungi beberapa negara di Eropa. Selang beberapa tahun, kini Sabrina tengah mengandung anak pertamanya. Beredar kabar pula bahwa Sabrina masih melanjutkan pendidikannya lewat homeschooling.
Mengingat usia Sabrina masih begitu muda saat sahmenjabat sebagai istri, tak mengherakan jika pernikahan pasangan menuai pro kontra. Salah satunya dari relawan perlindungan anak, Pritta Damanik. Perempuan ini melayangkan protes kepada pasangan selebgram tersebut karena dinilai sudah menyebarkan nilai yang tidak benar, yaitu perkawinan anak.
“Please kalian jangan sampai keracunan konten negatif dari pasangan toxic bernama Adhiguna dan Sabrina. Siapa pun mereka, PERKAWINAN ANAK tidak dibenarkan untuk terjadi. Negara sedang PERANG untuk itu, tolong bantu report akun youtubenya,” tulis Pritta.
Ia mengaku sudah mengingatkan pasangan itu lewat komen di akun Instagram Adhiguna dan menyatakan bahwa Negara Indonesia sedang berupaya untuk memberantas pernikahan anak. Namun, komen tersebut justru telah dihapus.
Menurut Pritta, perkawinan anak merupakan pintu masuk menuju lingkaran kemiskinan. Tak hanya itu saja, perempuan yang menikah pada usia dini rentan mengalami KDRT, gangguan kesehatan, serta diskriminasi.
Cuitan dari Prita tersebut juga telah banyak dibagikan. Hal ini menandakan bahwa tidak sedikit warganet yang juga memiliki pandangan serupa dengan Pritta.
Menuai kontroversi lewat video yang dinilai mengkampanyekan nikah usia anak
Tak hanya Pritta, Lia Anggie selaku Koordinator dari Koalisi untuk Menghentikan Pernikahan dini (Koalisi 18+) juga mengungkapkan kekhawatirannya. Seperti yang telah diberitakan The Jakarta Post, pasangan Adhiguna dan Sabrina telah menyalahgunakan channel Youtube mereka untuk menyebarkan narasi romatis mengenai pernikahan usia dini.
“Pernikahan bukan hanya soal ’cinta’. Ada banyak variabel lain yang harus dipertimbangkan,” ujarnya.
Koalisi 18+ dikabarkan akan meminta pihak Youtube untuk menghapus video penuh kontroversi tersebut untuk mencegah penyebaran lebih luas di kalangan anak dan remaja yang cenderung belum memiliki emosi yang stabil.
Pernikahan dini bukanlah hal yang baru di Indonesia. Nyatanya praktik pernikahan dini ini sering berhubungan dengan faktor sosioekonomi dan kepercayaan.
Badan Pusat Statistik di Indonesia menemukan bahwa pada tahun 2015, terdapat 23 persen dari anak Indonesia, khususnya perempuan yang menikah sebelum berusia 18 tahun.
Pada sebuah laporan di tahun 2018, anak-anak perempuan dari keluarga ekonomi rendah tiga kali lipat lebih berisiko untuk menikah usia dini dengan keluarga yang ekonominya lebih tinggi dari mereka.
Perlu diketahui, batas usia untuk pernikahan yang semula bisa dilakukan pada usia 16 tahun bagi perempuan, kemudian direvisi menjadi 19 tahun. Hal ini dituliskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.1Tahun 1974 pasal 6 yang mengatur batas minimal usia untuk menikah.
Apa dampak dari pernikahan dini?
Jika dilihat lewat sosial media, pernikahan dini kedua selebgram ini terlihat berjalan mulus penuh kemewahan karena keduanya berasal dari kalangan mampu. Meskipun begitu, hal yang dikhawatirkan jika banyak anak dari keluarga ekonomi dan status sosial yang tidak seperti Adhiguna dan Sabrina meniru pernikahan dini.
Pasalnya, pernikahan dini dapat berdampak buruk baik pada kesehatan fisik maupun mental. Peraturan mengenai batas usia pernikahan dibuat tentu saja bukan tanpa alasan yang mendasar. Dari sisi medis maupun psikologis, anak dengan usia dini dinilai belum mampu untuk menghadapi masalah yang timbul dalam pernikahan.
Dikutip dari Alodokter, pernikahan dini di usia remaja lebih berisiko untuk berujung pada perceraian. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh pernikahan dini.
1. Berdampak pada kesehatan seksual perempuan
Perempuan yang menikah di bawah usia 20 tahun akan lebih berisiko untuk terkena kanker leher rahim. Pada usia dini, sel-sel leher rahim masih belum matang dengan benar sehingga jika terpapar Human Papiloma Virus (HPV), pertumbuhan sel akan menyimpang dan menjadi sel kanker.
Sebuah penelitian di tahun 2007 juga menunjukkan bahwa pernikahan usia anak dapat meningkatkan risiko penyakit kelamin dan HIV. Pengetahuan anak mengenai seks yang sehat dan aman sesungguhnya masih terbilang minim.
2. Risiko pada kehamilan di usia dini
Kehamilan di usia anak cenderung berisiko. Bahkan dapat membahayakan ibu serta janinnya. Risiko tersebut antara lain adalah bayi lahir prematur, bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan gangguan tumbuh kembang bayi.
Ibu usia remaja rentan mengalami anemia dan preeklamsia. Kondisi ini akan berpengaruh pada kesehatan janin. Jika preeklamsia berkembang menjadi eklamsia, dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.
3. Dapat mengalami masalah psikologis yang serius
Studi menunjukkan bahwa semakin muda usia perempuan saat menikah, semakin tinggi risiko terkena gangguan mental seperti kecemasan berlebih, gangguan mood, dan depresi.
Remaja dinilai belum bisa menemukan cara yang sehat dan baik untuk meluapkan emosi dalam psikologi atau mencari distraksi saat sedang mengalami stress. Kontrol diri juga masih belum kuat karena usia remaja adalah masa untuk mencari jati diri dan mengeksplorasi.
4. Pernikahan dini merampas hak masa remaja
Masa remaja seharusnya diisi dengan bermain dan belajar untuk mempersiapkan masa depan. Akan sangat disayangkan jika masa remaja harus dipenuhi dengan beban pernikahan dan mengurus anak.
Perempuan cenderung mengalami putus sekolah saat menikah karena harus memenuhi tanggung jawabnya. Remaja laki-laki juga secara psikologis belum bisa berperan dengan baik sebagai suami dan ayah.
5. Kekerasan dalam rumah tangga
Sebuah penelitian dari UNICEF pada tahun 2005 membuktikan bahwa angka kekerasan dalam pernikahan dini sangat tinggi yaitu sebesar 67%. Tingginya angka ini dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan remaja untuk menentukan sikap dan bernegosiasi. Tidak jarang juga terjadi kekerasan seksual dalam pernikahan usia anak.
Sejatinya perlu kematangan fisik, psikologis, dan emosional yang baik untuk menjadi landasan dari suatu pernikahan. Kedewasaan baik fisik maupun mental sangat dibutuhkan Inilah alasan mengapa pernikahan usia anak tidak disarankan dan angkanya harus ditekan. Bagaimana menurut Parents mengenai dampak pernikahan dini ini?
Sumber: Twitter, The Jakarta Post, Alodokter, Dosen Psikologi
Baca juga:
Menikah di usia dini, gadis malang ini tewas di tangan suaminya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.