Pandemi Virus Corona memang menjadi momok yang menakutkan bagi orang-orang di seluruh dunia. Ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir pun kian memperburuk dan membuat masyarakat makin khawatir. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan kesehatan anak. Menurut UNICEF Indonesia, 80 juta anak Indonesia berisiko terkena dampak dari COVID-19 ini.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (UNICEF) menilai situasi saat ini dapat berdampak jangka panjang terhadap kesejahteraan dan masa depan anak-anak di Indonesia.
New Normal atau aturan hidup baru di tengah pandemia ini harus diikuti dengan berbagai pertimbangan, khususnya untuk kelompok usia anak, yaitu di bawah usia 18 tahun.
Artikel terkait: UNICEF: Inisiasi Menyusui Dini Adalah Vaksin Pertama Bayi
COVID-19 Berdampak Kepada 80 Juta Anak Indonesia
Dikutip dari CNN Indonesia, UNICEF Indonesia mengungkapkan bahwa pihaknya akan turut memastikan agar anak-anak Indonesia bisa mendapatkan haknya di tengah pandemi Virus Corona.
“Kami sebagai lembaga PBB hak anak ingin memastikan hak-hak anak untuk kesehatan, pendidikan, perlindungan terpenuhi di dalam wabah ini, ataupun nanti memasuki fase new normal.” Rizky Syafitri, perwakilan dari UNICEF Indonesia menyampaikan dalam konferensi pers BNPB, Selasa, 2 Juni lalu.
Menurut Rizky, ada 80 juta anak di Indonesia. Di situasi pandemi seperti sekarang ini kelompok usia anak termasuk golongan yang rentan terdampak pada sosial ekonomi baik jangka panjang maupun pendek.
Setelah melakukan studi dengan data dan informasi dari kementerian dan berbagai lembaga pada awal bulan Mei lalu, hasilnya UNICEF Indonesia mengelompokkan dampak COVID-19 kepada anak dalam empat kategori.
“Dampak dikelompokkan 4 kategori, pertama tentang kemiskinan, berdampak tidak hanya keluarga tapi kemiskinan anak, kemudian akses pendidikan anak berkualitas, kesehatan pemenuhan gizi anak, ada akses imunisasi,” katanya.
Wabah Virus Corona memang menyebabkan pelayanan imunisasi di berbagai tempat terhambat, oleh karena itu penyakit-penyakit seperti polio, difteri, atau campak dikhawatirkan bisa kembali menjangkiti anak-anak Indonesia.
Pandemi Berakibat pada Akses Pendidikan dan Gizi Buruk Anak Indonesia
Nugroho Indera Warman dari UNICEF Indonesia mengungkapkan bahwa dampak COVID-19 pada anak lainnya adalah soal akses pendidikan.
“Hampir semua sekolah di Indonesia tutup, hampir seluruh 60 juta (anak) tidak sekolah. Saat ini sudah mencapai level emergency, dari beberapa survei maupun monitor banyak siswa tidak bisa melakukan pembelajaran jarak jauh, akses internet, listrik terbatas,” jelasnya.
Pihak UNICEF Indonesia pun mendukung keputusan Kemendikbud untuk menutup sekolah. Untuk menanggulangi dampak ini, Mendikbud menggratiskan 23 digital platform untuk belajar. Sedangkan untuk pembelajaran offline digunakan saluran TVRI dan juga radio.
Sementara terkait dengan nutrisi anak, Nutrition Specialist UNICEF, Sri Sukotjo menjelaskan bahwa sebelum pandemi status gizi balita di Indonesia memang belum optimal.
“Satu dari tiga anak dari total balita di Indonesia mengalami stunting. Kemudian jumlah anak sangat kurus sekitar 2 juta balita. Jadi, status gizinya belum optimal,” paparnya pada Republika.
Angka masalah anak stunting dan sangat kurus tersebut berisiko akan meningkat saat kondisi wabah seperti sekarang ini. Kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menurun saat pandemi sehingga kondisi ini rentan status gizi balita dan anak yang juga ikut menurun.
UNICEF Indonesia akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk membuat pedoman gizi pada masa pandemi dan new normal. Upaya ini dilakukan agar anak-anak di daerah mendapatkan gizi dan nutrisi yang terbaik.
Sesuai rekomendasi Kemenkes, orangtua dihimbau untuk memberikan makanan dengan gizi seimbang secara rutin kepada anak.
Dalam satu piring ada makanan pokok, buah dan sayur, serta lauk. Asupan buah dan sayur harus diperbanyak pada masa pandemi karena mengandung banyak vitamin yang berpengaruh untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Bantuan teknis ke daerah-daerah akan diberikan langsung oleh Kemenkes, diiringi dengan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan pedoman. Untuk pengganti Posyandu, diterapkan konseling berjarak minimal satu meter atau bisa dilakukan secara virtual.
Artikel terkait: Seberapa Besar Dampak Social Distancing Bagi Perkembangan Anak?
Rekomendasi UNICEF untuk Keluarga dan Anak Indonesia
UNICEF memberikan rekomendasi agar pandemi tidak menyebabkan kerugian jangka panjang terhadap masa depan anak-anak Indonesia.
Berikut adalah rekomendasinya yang dikutip dari Kompas.
- Dukung keluarga memenuhi kebutuhan dan mengasuh anak
- Dukung keluarga memenuhi kebutuhan gizi anak
- Beri dukungan anak agar tetap belajar
- Lindungi anak dari kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan
- Sediakan pendanaan publik untuk anak
UNICEF menilai bahwa COVID-19 berpotensi mengganggu kestabilan pendapatan keluarga di Indonesia. Sebagian besar dari mereka adalah kelas menengah ke bawah yang tidak mendapatkan jaminan sosial. Pasalnya, bantuan hanya ditargetkan untuk masyarakat dalam kemiskinan tingkat ekstrem.
Kurangnya gizi, pendidikan dan perlindungan anak dapat memperparah kesenjangan sosial yang sudah terjadi di Indonesia. Kelompok anak dengna disabilitas juga berada di posisi yang rentan.
“Jika kita tidak bertindak dari sekarang untuk menanggulangi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi, krisis kesehatan bisa menjadi krisis yang lebih luas.
Sehingga menghambat bahkan menimbulkan kemunduran, dari kemajuan yang sudah dicapai oleh Indonesia melalui kerja keras selama bertahun-tahun.” Debora Comini, perwakilan dari UNICEF menjelaskan.