Gempa berkekuatan 6,6 skala Richter telah mengguncang Banten, Jawa Barat, pada Jumat (14/1) sekitar pukul 16.05 WIB. Tidak hanya masyarakat Banten, masyarakat yang berada di sekitar Banten, seperti Jabodetabek, Tasikmalaya, hingga Cimanggis, turut merasakan gempa tersebut. Dampak gempa Banten ini pun sudah didata oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang.
Artikel terkait: Foto-Foto Rumah Warga yang Rusak Pascagempa Magnitudo 6,7 di Banten
Dampak Gempa Banten
Melansir dari Detik, BPBD Pandeglang menyatakan bahwa jumlah rumah rusak di Kabupaten Pandeglang, Banten, sudah mencapai 738 rumah. Dari data tersebut, sebanyak 164 rumah mengalami rusak berat, 413 rumah mengalami rusak ringan, dan 170 rumah mengalami rusak sedang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, Girgi Jantoro, pun memperkirakan bahwa jumlah tersebut kemungkinan akan terus bertambah.
“Kemungkinan data bangunan rumah rusak itu terus bertambah,” kata Girgi, seperti melansir dari Antara.
Bangunan rumah yang rusak karena dampak gempa Banten ini tersebar di 27 kecamatan dan 113 desa. Meski demikian, daerah terparah terletak di Kecamatan Sumur, Cibaliung, Panimbang, Cimanggu, dan Cikeusik.
Beberapa sarana pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan tempat ibadah pun terkena dampak gempa bumi Banten. Melansir dari CNN Indonesia, ada 13 bangunan sekolah, 14 puskesmas, 3 kantor desa, 4 masjid, dan 1 tempat usaha yang mengalami kerusakan. Meski demikian, Girgi menegaskan bahwa pihaknya masih terus melakukan pendataan.
“Kami hingga kini masih melakukan pendataan jumlah kerusakan bangunan dan belum mendata jiwa terdampak bencana,” ucapnya.
Artikel terkait: Ini cara melatih si kecil menghadapi gempa bumi, catat Parents!
Para Korban Ditempatkan di Hunian Sementara
Lebih lanjut Girgi menjelaskan, menurut pengalaman bencana tsunami yang terjadi beberapa tahun lalu di Kabupaten Pandeglang, para korban yang terkena dampak gempa Banten akan ditempatkan di hunian sementara atau huntara. Mereka akan ditempatkan di huntara sampai para korban memiliki hunian tetap atau huntap.
Di samping itu, ia juga memastikan bahwa para korban akan mendapatkan jaminan kehidupan dengan suplai beberapa bahan kebutuhan pokok, lauk pauk, dan kebutuhan lainnya.
“Kami akan memberikan pelayanan terbaik kepada korban bencana agar mereka hidup layak. Kita yakin mereka bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya karena berdasarkan pengalaman,” imbuhnya.
Artikel terkait: Berkaca Gempa Larantuka, Ini 7 Tips Persiapan Hadapi Bencana untuk Keluarga
Ada Warga yang Memilih Mengungsi di Hunian Tetap
Melansir dari Liputan6.com, beberapa warga pun sudah mengungsi ke huntap karena rumah mereka sudah tidak bisa ditempati. Misalnya, warga Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang yang berdekatan dengan pusat gempa, sudah diungsikan ke huntap yang pernah mereka tempati usai tsunami Selat Sunda pada 2018 lalu.
Sementara itu, warga yang masih muda di desa tersebut memilih untuk tetap berada di sekitar rumah mereka. Mereka melakukan ronda untuk menjaga rumah warga dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Setelah saya survei dari Kampung Paniis sampai Kampung Tamanjaya, itu rata-rata pada ngungsi. Hanya beberapa saja (yang bertahan), itu juga yang berjaga di tiap kampung biar rumah enggak sampai kosong,” kata Kepala Desa Tamanjaya, Ade Sutoni, mengutip dari Liputan6.com.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa warga mengungsi atas inisiatif mereka sendiri. Jika ada gempa besar yang dirasakan, para warga memang biasanya langsung mengungsi ke huntap yang lokasinya ada di dataran tinggi. Rencananya, warga yang mengungsi ini pun akan berada di huntap hingga Sabtu (15/1).
“Direncanakan ngungsi sampai besok, tapi tergantung situasi besok pagi. Karena kekhawatiran ada gempa susulan. Alasan warga mengungsi, sih, karena di sini dulu pernah terjadi tsunami, jadi mereka pada trauma,” kata Ade.
Demikian kabar tentang dampak gempa Banten yang terjadi Jumat (14/1). Stay safe!
Baca juga:
Sentuhan Ibu, Pulihkan Trauma Ibu dan Anak Korban Gempa di Lombok
Terpisah akibat tsunami di Palu, anak-anak malang ini mencari keluarganya
Kilas Balik Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh, Masyarakat Gelar Doa Bersama