Cuci Darah, Kapan Harus Dilakukan dan Berapa Lama Berlangsung?

Kapan cuci darah perlu dilakukan? Ketahui penyebab, prosedur dan risikonya berikut ini, Parents.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cuci darah atau istilah medisnya hemodialisis adalah prosedur untuk membuang limbah metabolisme dan kelebihan cairan di dalam darah ketika ginjal tak mampu lagi bekerja dengan efektif (gagal ginjal).

Darah dari dalam tubuh akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk dibersihkan oleh filter khusus (dialiser) yang berperan sebagai ginjal buatan. 

Prosedur ini dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan menjaga keseimbangan mineral penting di dalam darah seperti kalium, natrium, dan kalsium pada individu dengan gagal ginjal.

Meski dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang umur penggunanya, namun bukan berarti prosedur ini bisa menyembuhkan gagal ginjal yang sudah terjadi.

Artikel terkait: 20 Gejala Awal Penyakit Ginjal pada Anak, Salah Satunya Sering Ngompol

Kapan Prosedur Ini Diperlukan?

Kapan dan bagaimana seseorang harus melakukannya ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • status kesehatan secara umum
  • fungsi ginjal
  • gejala penyakit
  • kualitas hidup
  • pilihan pribadi

Pada umumnya, cuci darah diperuntukkan bagi penderita yang mengalami gagal ginjal akibat berbagai penyebab.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengapa penderita gagal ginjal perlu melakukan prosedur ini?

Alasannya karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan urea dari dalam darah sehingga muncul uremia, yakni kadar urea darah yang tinggi.

Bila tidak dilakukan, uremia dapat menimbulkan koma uremikum yang mengancam nyawa.

Gejala uremia antara lain mual, muntah, pembengkakan pada anggota tubuh, atau rasa lemas/lelah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab Gagal Ginjal

Gagal ginjal itu sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi
  • Peradangan ginjal (glomerulonefritis)
  • Kista ginjal
  • Penyakit ginjal bawaan
  • Penggunaan jangka panjang obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) maupun obat-obatan lain yang membahayakan ginjal

Semua penyebab di atas menyebabkan gagal ginjal yang bersifat kronis dan progresif, yakni yang berlangsung dalam waktu lama dan kian memburuk seiring dengan waktu.

Di sisi lain, ginjal juga bisa tiba-tiba berhenti berfungsi atau mengalami gagal ginjal akut setelah mengalami penyakit berat, dehidrasi berat, operasi dengan komplikasi, serangan jantung maupun masalah serius lainnya.

Untuk menentukan kapan individu sudah perlu cuci darah, dokter akan menghitung terlebih dulu laju filtrasi glomerulus (LFG).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ini diartikan sebagai jumlah darah yang mampu disaring ginjal dalam waktu tertentu.

LFG dihitung dari kadar kreatinin di dalam darah dengan mempertimbangkan jenis kelamin, usia, dan faktor lainnya.

Pada umumnya, nilai LFG <60 menunjukkan seseorang telah mengalami gagal ginjal kronis.

Individu akan memerlukan cuci darah ketika mencapai tahap gagal ginjal stadium akhir, di mana sudah kehilangan 85-90 persen fungsi ginjal dengan LFG <15.

Cuci darah pada kondisi gagal ginjal stadium akhir perlu dilakukan seumur hidup oleh karena prosedur ini berfungsi sebagai pengganti ginjal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kecuali, penderita kemudian menjalani transplantasi ginjal.

Sedangkan pada kasus gagal ginjal akut, cuci darah hanya dilakukan hingga kondisi ginjal membaik dan penyebabnya telah dikoreksi.

Artikel terkait: Pahami Pengertian hingga Penanganan Gagal Ginjal Kronis

Di Mana Melakukan Cuci Darah?

Prosedur ini bisa dilakukan di rumah sakit, atau di pusat-pusat cuci darah khusus yang bukan bagian dari rumah sakit.

Pada kasus tertentu, cuci darah dapat dilakukan di rumah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dokter akan membantu menentukan tempat terbaik, tergantung kondisi penyakit dan pilihan pasien. 

Persiapan Cuci Darah yang Perlu Dilakukan

Persiapan dimulai beberapa minggu hingga bulan sebelum prosedur pertama dilakukan.

Proses awal mencakup pembuatan akses alat terhadap pembuluh darah.

Dokter akan membuat akses vaskular (pembuluh darah) melalui prosedur operasi.

Melalui akses ini, darah dapat dikeluarkan dari sirkulasi tubuh untuk disaring di dalam mesin cuci darah dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh.

Cuci darah baru akan dimulai setelah luka operasi di situs akses menyembuh.

Ada tiga jenis akses yang bisa digunakan:

  • Fistula arteriovena (AV). Ini adalah akses yang paling banyak dipakai sebab efektif dan aman. Pada akses ini, terdapat koneksi atau hubungan antara pembuluh arteri dengan vena. Akses dibuat di lengan yang lebih jarang digunakan. 
  • Graft AV. Bila pembuluh darah terlalu kecil untuk dibuatkan akses fistula AV, maka dibuat jalur antara arteri dan vena menggunakan selang sintetis yang disebut dengan graft.
  • Kateter vena sentral. Ini merupakan akses sementara menggunakan selang plastik yang dimasukkan ke dalam vena besar leher bila diperlukan cuci darah yang bersifat emergensi.

Situs akses cuci darah harus dirawat dengan baik untuk menurunkan peluang infeksi dan komplikasi lainnya.

Proses Cuci Darah

Sebelum dimulai, individu akan menjalani persiapan yang mencakup pemeriksaan berat badan, tekanan darah, detak jantung, dan suhu tubuh.

Setelah itu, individu dipersilakan duduk atau berbaring untuk memulai prosedur. 

Pertama-tama, kulit di sekitar situs akses dibersihkan menggunakan antiseptik.

Kemudian, dimasukkan dua buah jarum ke dalam lengan melalui situs akses.

Setiap jarum terhubung dengan selang plastik fleksibel yang terkoneksi dengan dialyzer.

Melalui satu selang, dialyzer menyaring sejumlah darah dalam satu waktu, memungkinkan limbah dan sisa metabolisme bercampur dengan cairan pembersih yang disebut dialisat.

Darah yang telah disaring akan kembali ke dalam tubuh melalui selang kedua.

Selama prosedur berlangsung individu dapat mengalami mual dan kram perut kala cairan dikeluarkan dari dalam tubuh.

Selama proses  ini dilakukan, tekanan darah dan laju jantung perlu dimonitor karena dapat berfluktuasi.

Setelah proses selesai dilakukan, kedua jarum akan dikeluarkan dari situs akses. Situs akses lalu diplester untuk mencegah perdarahan.

Berat badan akan ditimbang kembali untuk mengukur jumlah cairan yang dikeluarkan.

Pascacuci darah, individu dapat langsung kembali bekerja dan beraktivitas seperti biasa.

Artikel terkait: Waspada Parents! Ini 8 Obat Pemicu Gagal Ginjal yang Ditarik BPOM

Risiko dan Efek Samping yang Perlu Diperhatikan 

Meski aman, Prosedur ini tetap memiliki sejumlah risiko yang menyertainya.

Beberapa risiko atau efek samping yang tersering, yaitu:

    • Hipotensi atau tekanan darah rendah. Ini merupakan efek samping yang umum. Hipotensi dapat disertai dengan sesak napas, kram perut, mual atau muntah.
    • Kram otot. Meski penyebabnya belum jelas, kram akibat cuci darah dapat dikurangi dengan menyesuaikan konsumsi cairan dan natrium di antara dua sesi cuci darah. 
    • Gatal-gatal, yang umumnya memburuk saat atau setelah prosedur.
    • Gangguan tidur yang dapat berupa henti nafas saat tidur atau sulit tidur karena tungkai bawah terasa pegal atau tidak nyaman.
    • Kelebihan cairan. Oleh karena cairan dikeluarkan dari dalam tubuh selama cuci darah, asupan cairan yang lebih dari seharusnya di antara dua sesi cuci darah dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung atau edema paru.
    • Hipokalemia atau kadar kalium yang rendah. Cuci darah mengeluarkan kalium yang berlebihan, yang normalnya juga dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh. Bila kalium terlalu banyak atau terlalu sedikit dikeluarkan, dapat terjadi gangguan irama jantung hingga henti jantung.
    • Infeksi, penyempitan, pelebaran hingga sumbatan pada pembuluh darah di situs akses cuci darah. 

Artikel terkait: Luruhkan Batu Ginjal dengan Konsumsi 3 Ramuan Alami Ini 

Hal yang Perlu Diperhatikan Jika Menjalani Cuci Darah

Bila individu memerlukannya, maka yang bersangkutan harus:

  • Mengikuti jadwal rutin secara ketat. Prosedur ini biasanya dilakukan 3 kali seminggu selama 3-5 jam per sesi. Cuci darah di rumah dilakukan lebih sering, yakni 6-7 kali per minggu selama 2 jam per sesi. Pastikan tidak melewatkan sesi cuci darah yang sudah dijadwalkan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.
  • Rutin mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan dan hindari menghentikan, mengurangi atau menambahkan dosis tanpa seizin dokter. 
  • Melakukan penyesuaian diet dengan meningkatkan asupan protein dan membatasi konsumsi kalium, fosfat, natrium, dan cairan. Diet juga disesuaikan dengan kondisi mendasar yang dialami seperti hipertensi atau diabetes.

Cuci darah tentu memakan biaya yang tidak sedikit. Namun, prosedur ini memang harus dijalani bila fungsi ginjal telah sangat menurun.

Tanpa cuci darah, individu dengan gagal ginjal stadium akhir tak akan berumur panjang, kecuali menjalani prosedur transplantasi ginjal

 

Baca Juga:

Gagal Ginjal Akut pada Anak, Apakah Masih Perlu Diwaspadai?

9 Artis Hollywood Punya Penyakit Ginjal, Harus Terima Donor dari Orang yang Disayangi