Menurut sebuah studi terbaru, COVID-19 tingkatkan komplikasi kehamilan dan masalah lainnya yang bisa menyertainya. Penyakit ini juga dapat menempatkan anak-anak mereka pada risiko yang cukup serius.
Melansir dari CNN, studi pertama menunjukkan bahwa wanita hamil dengan gejala COVID-19 memiliki persentase komplikasi darurat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang dites positif tetapi tidak memiliki gejala. Penelitian ini merupakan bagian dari presentasi yang diberikan pada pertemuan Tahunan Anestesiologi 2021.
Dari 100 ibu positif COVID-19 yang melahirkan bayi antara Maret hingga September tahun lalu di salah satu rumah sakit di Texas, 58 persennya ternyata alami infeksi simtomatik melahirkan dalam keadaan darurat. Data ini merujuk pada penelitian yang belum ditinjau oleh peer reviewer tersebut.
Hal ini lebih rendah 46 persen daripada mereka yang tidak bergejala. Ibu dengan gejala lebih mungkin mengalami komplikasi darurat yang berbahaya bagi bayi. Mulai dari semakin banyak bayi lahir sungsang, semakin besar kemungkinan gerakan janin menurun, dan beberapa kasus mungkin dapat menyebabkan terlalu sedikit cairan ketuban.
Artikel terkait: Penyintas COVID-19, Ini Aturan Terbaru Vaksinasi yang Perlu Diketahui
Studi ini juga menemukan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang bergejala lebih mungkin membutuhkan dukungan oksigen dan lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif. Hal ini dikatakan Kristine Lane, mahasiswa kedokteran di University of Texas Medical Branch, di Galveston, Texas, yang membantu penelitian tersebut.
“COVID-19 memiliki efek sistemik yang parah pada tubuh, terutama pasien yang bergejala,” katanya.
“Ada kemungkinan bahwa efek ini diperkuat pada ibu hamil, yang telah meningkatkan kebutuhan oksigen janin dan ibu,” lanjutnya.
Ada juga kemungkinan bahwa para dokter yang merawat pasien yang bergejala berhati-hati dan biasanya secara proaktif akan merekomendasikan kelahiran sesar. Dr. Gil Mor, seorang ahli imunologi reproduksi yang tidak mengerjakan penelitian tersebut tetapi meninjau penelitian tersebut, mengatakan mungkin juga masalahnya terkait dengan peradangan kronis yang disebabkan oleh COVID-19.
“Peradangan sangat berbahaya bagi ibu dan perkembangan janin. Peradangan kronis sekarang merupakan perjuangan untuk kelangsungan hidup ibu dan janin,” kata Mor, yang memimpin laboratorium penelitian di Wayne State University, tempat ia mempelajari sistem kekebalan selama kehamilan dan dampak patogen.
“Kita perlu melakukan segalanya dengan tangan kita untuk mencegah peradangan kronis,” lanjutnya.
Artikel terkait: Bunda, Begini Perbedaan Gejala Flu Biasa vs Gejala Covid-19 pada Anak
Studi lainnya adalah peer-review dan diterbitkan di The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine. Penelitian ini melihat dampak COVID-19 pada perempuan di trimester ketiga kehamilan mereka.
Para ilmuwan melihat catatan lebih dari 2.400 perempuan di satu rumah sakit di Israel antara Maret dan September tahun lalu. Mereka pun melihat perbedaan kesehatan yang signifikan antara yang memiliki COVID-19 dengan mereka yang tidak. Dari pasien positif COVID-19, 67 persen tidak menunjukkan gejala.
Para perempuan yang memiliki gejala COVID-19 paling banyak mengalami masalah, kata Dr. Elior Eliasi dari Mayanei Hayeshua Medical Center dan rekan-rekannya. Mereka memiliki tingkat diabetes gestasional yang lebih tinggi, jumlah sel darah putih yang lebih rendah, dan mengalami pendarahan yang lebih berat selama persalinan.
Bahkan, tak hanya pada ini, bayi mereka juga mengalami lebih banyak masalah pernapasan. Peningkatan risiko masalah hampir 20 persen lebih tinggi untuk perempuan yang memiliki gejala COVID-19, dan 14 persen lebih tinggi untuk orang dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Berbeda dengan penelitian lain, penelitian ini tidak menemukan perempuan bergejala secara signifikan lebih mungkin untuk melahirkan lebih awal atau prematur. Namun, sayangnya penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya mengamati di satu rumah sakit saja sehingga temuannya mungkin masih perlu penelitian lebih lanjut lagi.
Artikel terkait: 4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih ‘Kebal’ Vaksin COVID-19!
Di samping itu, studi baru-baru ini juga menambah semakin banyak bukti bahwa COVID-19, khususnya yang bergejala, adalah ancaman nyata bagi orang-orang yang sedang hamil. Namun, banyak ibu hamil yang belum juga menerima vaksinasi. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat bahwa sejauh ini hanya sepertiga orang hamil yang divaksinasi penuh terhadap COVID-19.
Vaksin dapat melindungi perempuan hamil dari tertular COVID-19 dan jika mereka terinfeksi setelah mendapatkan vaksin, orang yang divaksinasi lebih mungkin memiliki gejala ringan. Perlindungan yang berasal dari vaksin juga diteruskan ke bayi baru lahir. Dengan demikian, risiko COVID-19 tingkatkan komplikasi kehamilan pun bisa ditekan.
Baca juga:
4 Negara Ini Sudah Lakukan Vaksinasi COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun
Covid Nails Tanda Infeksi Virus Corona pada Kuku, Ini Cirinya
Positif COVID-19 Saat Hamil Membuatku Alami Kekurangan Energi Kronis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.