Munculnya Virus Corona varian Lambda menambah daftar panjang mutasi varian baru COVID-19. Telah menyebar ke banyak negara di dunia, varian satu ini bahkan disebut kebal terhadap vaksinasi COVID-19 yang sudah didapat seseorang.
Berikut deretan faktanya mengutip berbagai sumber.
4 Fakta Corona Lambda
1. Ditemukan di Peru
Varian Lambda yang dinamakan strain C37 ini pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah mengklasifikasikan varian Lambda sebagai variant of interest (VoI) di tingkat global pada 15 Juni 2021.
Artinya, varian ini memiliki mutasi yang memengaruhi sifat penularan, kepekaan alat tes, keparahan gejala, hingga kemampuan menghindari sistem imunitas. Hanya saja, masih sedikit bukti sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Pimpinan teknis WHO Dr Maria Van Kerkhove mengatakan pihaknya tengah melacak varian ini untuk melihat apakah harus mengklasifikasikannya sebagai variant of concern (VoC). Menurut Maria, ini akan terjadi jika strain tersebut menunjukkan ‘sifat penularan yang meningkat’ atau gejalanya lebih parah.
Artikel terkait: Parents, Kenali Perbedaan Batuk Biasa dengan Batuk karena Terinfeksi COVID-19
2. Corona Varian Lambda Lebih Menular
Kendati masih membutuhkan penelitian lanjutan, para ilmuwan menemukan bahwa varian ini membawa mutasi yang lebih menular. Mutasi berpotensi meningkatkan resistensi terhadap antibodi seseorang, baik oleh vaksinasi maupun infeksi yang pernah dialami sebelumnya.
Seorang ahli virologi di Universitas Cayetano Heredia Lima telah melacak evolusi varian Lambda di Peru selama berbulan-bulan. Pablo Tsukayama mengatakan varian ini lebih cepat menyebar daripada strain yang dianggap lebih berbahaya bahkan mengalahkan Gamma yang telah merajalela di Brasil.
Ia pun menekankan varian Lambda lebih mudah menular dan menyebar begitu cepat di Peru.
“Dengan 187 ribu kematian dan tingkat kematian tertinggi di dunia, kami (Peru) adalah negara yang paling berjuang dalam hal virus corona. Oleh karena itu, mungkin tidak heran bahwa varian baru telah dimulai di sini,” tuturnya, mengutip Deutsche Welle.
Sejauh ini, varian Lambda ini telah terdeteksi di 29 negara. Dari jumlah itu, tujuh di antaranya di Amerika Latin seperti Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, Meksiko, dan Chili. Di Chili 32 persen kasus varian Lambda terdeteksi dalam 60 hari terakhir.
Mengutip Detik, hingga kini Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan belum ada laporan varian Lambda di Indonesia.
Lambda menambah daftar varian virus yang tadinya menjadi pantauan WHO yaitu Alpha, Beta, Gamma dan Delta. Kini, keempatnya sudah berubah menjadi varian yang diwaspadai (variants of concern).
Artikel terkait: Benarkah GERD Komorbid Covid-19? Ini Penjelasan dr Tirta
3. Efektivitas Vaksin
WHO memaparkan bahwa vaksin COVID-19 yang ada saat ini masih mampu membentuk respons imunitas tubuh terhadap varian virus SARS-CoV-2. Termasuk varian Lambda.
Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang membahas mengenai efektivitas vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazeneca dan vaksin mRNA terhadap COVID-19 varian Lambda. Riset ini menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 dalam dosis lengkap tetap bisa memberi perlindungan terhadap COVID-19 varian terbaru dan yang sudah ada.
Senada, peneliti di NYU Grossman School of Medicine telah menguji efektivitas vaksin dengan platform mRNA, seperti vaksin Pfizer dan Moderna terhadap varian Lambda. Hasilnya, terdapat ‘resensi parsial terhadap netralisasi’, tetapi tidak menyebabkan hilangnya perlindungan signifikan terhadap infeksi pada individu yang sudah divaksinasi dosis lengkap.
Akan tetapi, dalam makalah lain disebutkan bahwa varian Lambda memiliki mutasi yang mampu melarikan diri dari antibodi penetral yang muncul dari vaksin CoronaVac. Kendati begitu, para peneliti menekankan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi efektivitas vaksin terhadap varian satu ini.
4. Gejala
Saat ini, belum ada penelitian spesifik yang menunjukkan bahwa gejala varian Lambda ini berbeda dengan gejala dari varian yang lain. Dengan begitu, gejalanya tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya yaitu demam, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan gangguan indra penciuman (anosmia).
Mengingat varian virus ini sangat mungkin naik tingkat menjadi varian yang diwaspadai, manusia sangat dianjurkan menerapkan protokol kesehatan ketat yang telah disarankan. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker saat akan beraktivitas di tempat umum, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas kecuali jika mendesak.
Parents, semoga informasi tentang Virus Corona varian Lambda membuat kita jadi lebih waspada. Selalu jaga kesehatan, ya.
Baca juga:
id.theasianparent.com/covid-19-delta-plus
Wajib Tahu! Perbandingan Varian COVID-19, Manakah yang Paling Berbahaya?
Mungkinkah Manusia Terinfeksi Dua Varian COVID-19 Sekaligus? Ini Risetnya