Parents, pernahkah mendengar tentang istilah toilet training? Toilet training atau potty training merupakan metode memperkenalkan atau melatih bayi untuk buang air kecil atau buang air besar di kamar mandi. Cara toilet training untuk bayi terbilang cukup bervariatif.
Beberapa orangtua terkadang sudah menerapkan cara toilet training untuk bayi sejak mereka berusia kurang dari 1 tahun. Ada pula yang memperkenalkan metode buang air di kamar mandi saat bayi menginjak usia lebih dari satu tahun. Beberapa bayi dilaporkan telah “lulus” toilet training di usia 18 bulan.
Metode toilet training awalnya diperkenalkan oleh seorang dokter anak Benjamin Spock dan ahli lainnya pada tahun 1950-an. Spock menganjurkan pendekatan yang lebih santai untuk pelatihan toilet tersebut.
Sebelum tahun 1950, sebagian besar anak-anak di Amerika Serikat dilatih toilet pada usia 18 bulan. Kemudian, pada tahun 1960-an, dokter anak dan pakar pengasuhan anak T. Berry Brazelton menganjurkan filosofi yang lebih lembut dan lebih berpusat pada anak: Dia mendorong orang tua untuk mengizinkan anak-anak mengikuti jadwal toilet training mereka sendiri, seperti kapan mereka harus melepaskan popok.
Pandangan Brazelton tertangkap pada waktu yang hampir bersamaan dengan popok sekali pakai, yang cenderung lebih nyaman untuk bayi dan lebih mudah ditangani orang tua. Dengan latar belakang ini, tidak mengherankan bahwa usia rata-rata toilet training merangkak naik.
Atrikel Terkait: 7 Tips Efektif Toilet Training untuk Anak Beserta Persiapannya
Daftar isi
Apa Itu Toilet Training untuk Bayi?
Secara harfiah, toilet training atau pelatihan toilet adalah proses melatih anak untuk mengontrol buang air kecil dan buang air besar dan menggunakan toilet. Ini juga berarti mengajari bayi menggunakan kursi toilet atau toilet jongkok dengan benar dan pada waktu yang tepat.
Metode toilet training ini meniru praktik ibu di beberapa bagian Afrika dan Asia, di mana para ibu sering membawa bayi mereka yang tidak memakai popok ke kamar mandi atau toilet. Para ibu ini berhasil mengajarkan untuk mengantisipasi kebutuhan eliminasi mereka. Ketika seorang ibu melihat sinyal atau pola yang menunjukkan bahwa anaknya ingin buang air besar, dia menjauhkan anaknya dari tubuhnya.
Kapan Bisa Memulai Toilet Training untuk Bayi?
Melansir laman Baby Center, pada awalnya, cara toilet training untuk bayi dilakukan antara usia kelahiran hingga usia 4 bulan. Kendati demikian, banyak ahli yang tidak menyarankan hal tersebut lantaran cukup menyulitkan bagi para orangtua baru dengan tugas baru yang sangat menumpuk.
Sementara berdasarkan laman Stanford Children’s Health, pelatihan toilet harus dimulai ketika anak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia siap. Tidak ada usia yang tepat untuk memulai.
Jika Parents mencoba melatih toilet training sebelum anak siap, itu bisa menjadi hal yang sulit bagi orangtua dan anak. Kemampuan untuk mengontrol otot usus dan kandung kemih datang seiring pertumbuhan dan perkembangan yang tepat.
Beberapa ahli menyebutkan bahwa toilet training dapat berjalan dengan baik, jika sang anak sudah memiliki perkembangan kemampuan verbal yang baik. Anak yang memiliki kemampuan verbal sudah dapat diajak berinteraksi dan memahami perintah atau larangan yang diucapkan orangtuanya.
Anak-anak berkembang pada tingkat yang berbeda. Seorang anak di bawah 12 bulan tidak memiliki kendali atas buang air kecil atau buang air besar. Ada sangat sedikit kontrol antara 12 sampai 18 bulan. Kebanyakan anak tidak memiliki kontrol usus dan kandung kemih sampai 24 hingga 30 bulan. Rata-rata usia toilet training adalah 27 bulan atau saat anak menginjak usia 2 tahun lebih.
Manfaat Cara Toilet Training untuk Bayi
Ada beberapa penelitian yang mengklaim bahwa cara toilet training untuk bayi memiliki keuntungan atau manfaat baik, di antaranya adalah:
Meningkatkan Ikatan Orangtua dan Bayi
Penelitian menegaskan bahwa toilet training membawa orangtua lebih dekat dengan bayi . Karena orangtua harus terus-menerus mengawasi bayi untuk melihat tanda-tanda akan buang air besar. Orangtua yang menggunakan teknik ini juga cenderung menganut pola asuh dengan keterikatan (attachment) atau pendekatan pengasuhan anak yang mendorong praktik seperti tidur bersama, menyusui dalam waktu lama, dan menggendong bayi dalam gendongan.
“Hal terbaiknya adalah Anda lebih terhubung dengan anak Anda. Ada ‘percakapan’ yang Anda lakukan dengan anak Anda yang berusia 3 bulan,” kata Jennifer Lynch, ibu dari dua anak.
Meningkatkan Kemandirian Anak
Toilet training memungkinkan bayi untuk mengerahkan kemandiriannya yang sedang tumbuh. Saat ia lebih banyak bergerak (aktif) dan mulai ingin melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, akan lebih mudah untuk mendorong ia dengan melatihnya ke kamar mandi untuk buang air kecil atau buang air besar sendiri.
Lebih Nyaman untuk Bayi
Terkadang, pelatihan toilet ini membuat bayi lebih nyaman. Pasalnya, ia akan lebih jarang menangis dan rewel karena ketidaknyamanan popok. Seperti diketahui, sebagian bayi terkadang ada yang mengalami ruam popok saat menggunakan popok sekali pakai (diaper).
Mengurangi Limbah Popok
Salah satu manfaat toilet training bagi lingkungan adalah membuat limbah popok berkurang. Popok sekali pakai bertahan selama berabad-abad di tempat pembuangan sampah. Bahkan, limbah tersebut butuh waktu yang lama hingga ratusan tahun untuk terdegradasi sempurna.
Meringankan Pengeluaran Rumah Tangga
Tidak hanya bermanfaat untuk alam dan lingkungan. Metode toilet training juga dapat meringankan pengeluaran rumah tangga untuk membeli popok sekali pakai. Ini adalah cara yang bagus untuk mengatur anggaran keluarga.
Kekurangan Toilet Training untuk Bayi
Meski cara toilet training untuk bayi ini memiliki banyak manfaat, namun ada pula kekurangan dari metode tersebut.
Butuh Banyak Waktu dan Dedikasi
Sementara itu, beberapa pihak mengatakan Anda tidak harus menggunakan teknik ini sepanjang waktu untuk membantu anak buang air di toilet dan membiarkan bayi bebas popok hanya selama waktu tertentu dalam sehari. Namun pada praktiknya, cara ini cenderung sangat melelahkan. Apalagi bagi orang tua yang bekerja, terutama jika Anda dan pasangan sama-sama bekerja penuh waktu.
Bersiap Lebih Sering Membersihkan Rumah
Dengan toilet training pada bayi, kecelakaan setara dengan kursus. Parents harus siap dengan bahan pembersih untuk saat-saat ketika ‘sinyal bayi’ tidak bekerja dengan sempurna atau Anda tidak bisa membawanya ke toilet tepat waktu.
Bayi Belum Siap Secara Fisik
Sekelompok ahli perkembangan anak, termasuk dokter di American Academy of Pediatrics (AAP), mengatakan bahwa bayi baru mulai menyadari sensasi kandung kemih (buang air kecil) atau rektum (buang air besar) pada usia 12 bulan. Bayi hanya memiliki sedikit kendali atas kandung kemih atau usus mereka pada usia 18 bulan atau 1,5 tahun.
“Dalam kebanyakan kasus, anak-anak tidak bisa pergi dengan sengaja atau bahkan menunjukkan kebutuhan untuk ke toilet lebih awal dari 18 bulan. Usianya sangat bervariasi, tergantung pada anak,” ujar Mark L. Wolraich, seorang dokter anak dan profesor di Universitas Oklahoma.
Wolraich khawatir memulai proses pelatihan terlalu dini.
“Toilet training lebih mungkin menjadi pengalaman positif jika dilakukan saat anak siap tumbuh kembangnya. Tidak perlu kompetisi, dan latihan pispot sejak dini tidak berarti anak akan berkembang lebih awal dengan cara lain. Saya tidak yakin itu benar-benar bermanfaat bagi anak,” tambahnya.
Membuat Orangtua Frustasi dengan Harapan yang Tinggi
Seperti latihan pada umumnya, trial and error pun bisa terjadi pada proses ini. Dokter anak Wolraich juga memperingatkan bahwa orang tua harus berhati-hati jika mereka merasa frustrasi dengan anak-anak mereka yang belum bisa mengendalikan sinyal untuk buang air.
“Toilet training untuk bayi adalah bentuk pengkondisian, seperti bagaimana Pavlov mengkondisikan anjing untuk mengeluarkan air liur saat bel berbunyi. Saya khawatir bahwa untuk anak-anak yang tidak mudah dikondisikan, prosesnya dapat menciptakan interaksi orang tua-anak yang negatif,” ujar Wolraich.
Artikel Terkait: Toilet training terlalu dini bisa membahayakan anak, ini kata pakar urologi
Tingkat Keberhasilan Toilet Training untuk Anak
Kesuksesan toilet training tergantung pada kemampuan bayi. Beberapa bayi tampaknya dapat belajar membaca sinyal tubuh mereka dan langsung ke toilet segera setelah merasa ingin buang air.
Namun ada catatan untuk para orangtua, jangan menjadikan toilet training sebagai cara agar anak terbebas untuk tidak menggunakan popok dan mendorongnya untuk selalu pergi ke kamar mandi. Jangan berekspestasi tinggi akan keberhasilan toilet training, karena semua butuh proses belajar, baik orangtua maupun sang anak.
Yang terpenting dari metode ini adalah anak mengenali dan memahami sinyal dari tubuh mereka sendiri.
Langkah Memulai Cara Toilet Training untuk Bayi
Ada beberapa cara toilet training untuk bayi, namun yang terpenting adalah mengetahui 4 tahapan penting ini.
1. Perhatikan dan Pelajari
Kemampuan toilet training pada bayi semuanya bergantung dengan kemampuan orangtua mengajarkan latihan tersebut dan membawanya ke toilet. Melansir laman What to Expect, Parents harus mencari tahu apa isyarat non-verbal khususnya ketika bayi akan buang air kecil atau buang air besar.
Mulailah memberi perhatian yang sangat hati-hati terhadap tanda yang diberikan bayi, seperti bagaimana bayi berperilaku ketika dia mengompol atau buang air besar, apakah dia menggeliat atau melakukan hal unik lain, apakah bayi meringis atau cemberut, apakah dia mendengus atau membuat suara lain, atau apakah wajahnya menjadi merah.
Perhatikan juga saat dia buang air kecil dan buang air besar setelah menyusu atau setelah tidur siang. Kemudian, catat sehingga Parents dapat mulai memahami polanya.
2. Bawa ke Toilet
Setelah mengetahui pola dan perilaku bayi, Parents dapat mulai dengan membawanya ke toilet jongkok, toilet duduk, atau bahkan ember kecil (potty) setiap kali melihat tanda-tanda bahwa bayi ingin buang air. Pegang bayi dengan aman di kursi saat berusaha mengeluarkan urine atau feses.
3. Berikan Sinyal
Karena toilet training juga berkorelasi dengan kemampuan bicara anak, maka sebagian latihan ini didominasi cara berinteraksi antara orangtua dan anak. Saat bayi buang air kecil atau besar, mulailah membuat suara yang dia bisa pelajari untuk diasosiasikan dengan buang air , seperti “sssssssss.” Buang suara setiap kali dia kencing atau buang air besar, atau segera setelah Anda mengantisipasi dia akan melakukannya.
Dengan cara itu, bayi akan mulai mengasosiasikan sensasi kebutuhan untuk buang air besar dengan pispot dan sinyal verbal tersebut. Parents juga dapat mengajari bahasa isyarat untuk kamar mandi, seperti menutupi bagian area genitalnya dengan tangan.
4. Konsisten Ulangi
Lakukan tahapan tersebut secara konsisten dan terus mengulanginya sampai anak paham dan terbiasa ke toilet sendiri untuk buang air. Parents juga dapat membiasakan anak untuk pergi ke toilet di jam tertentu sesuai jadwal, sehingga anak secara rutin dapat buang air tepat waktu.
Terlepas dari itu, jangan memaksakan bayi yang belum siap untuk melakukan toilet training. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Parents perlu memerhatikan tanda-tanda kesiapan anak untuk melakukan latihan toitet tersebut, seperti:
- Anak mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya mengikuti Anda ke kamar mandi.
- Anak mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak.
- Anak mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak.
- Anak mampu berinteraksi dengan orangtua.
- Anak sudah mampu berjalan dan duduk dengan baik.
- Anak mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).
- Anak mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.
Dengan begitu, cara toilet training untuk bayi dapat berjalan dengan baik. Ingat, kunci utama dari latihan ini adalah sabar dan konsisten. Semoga berhasil ya, Parents!
***
Infant potty training: What it is and how to do it
www.babycenter.com/baby/diapering/infant-potty-training-what-it-is-and-how-to-do-it_1745035
Toilet Training
www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=toilet-training-90-P02300
How to Potty Train Your Baby
www.whattoexpect.com/first-year/baby-care/potty-train-your-baby.aspx
Toilet Training
www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training
Baca Juga:
10 Masalah Toilet Training Ini Sering Terjadi, Begini Cara Mengatasinya!
7 Rekomendasi Toilet Duduk Anak di 2022, Buat Toilet Training Jadi Menyenangkan
Dampingi Anak Lewati Fase Toilet Training dengan Damai, Ini yang Kulakukan