Tak Kalah Penting dari Akademis, Ini Cara Mengasah Soft Skill Anak

Data menunjukkan 65% anak yang lahir di era sekarang akan menjalani pekerjaan yang belum ada saat ini. Menanamkan soft skill menjadi hal krusial.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Riset World Economic Forum: “The Future of Jobs” menyebutkan bahwa 65% anak-anak yang lahir di era sekarang akan menjalani pekerjaan yang belum ada saat ini. Dengan berkembangnya zaman yang semakin dinamis, orang tua harus tahu cara mengasah soft skill anak era kini atau yang diebut generasi Alfa.

Keseimbangan Hard Skill dan Soft Skill Anak Penting

Dalam acara Grand Launching CURIOOkids Bintaro yang dihelat Kamis lalu, Paul Blackstone selaku Global CEO and Founder CURIOOkids mengatakan tantangan masa depan yang akan anak-anak kita hadapi nanti penuh dengan ketidakpastian.

Anak-anak perlu disiapkan untuk menemukan potensi diri mereka, caranya dengan meningkatkan learning behavior demi membangun masa depan cemerlang.

"Demi mewujudkan itu, pendampingan kepada anak-anak harus dilakukan sekarang. Tak bisa ditunda lagi," kata Paul. 

Faktanya, jika mencermati kurikulum pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan hard skill seperti kemampuan akademis. Padahal, soft skill juga penting dan akan lebih baik jika kedua skill ini mampu berjalan beriringan.

"Kita harus maksimalkan pendekatan yang mengajarkan hard skill dan soft skill anak,” ujar Samanta Elsener selaku Psikolog Klinis Anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Adapun soft skill yang sebaiknya dikuasai anak yaitu komunikasi, berkoperasi, empati, berpikir kreatif, percaya diri, interaksi sosial, dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Sedangkan hard skill berbentuk kemampuan perencanaan dan strategi, pencapaian akademik, pengetahuan, perhatian, analisa, penguasaan bahasa, kemampuan matematika, dan penguasaan teknologi digital.

Dari seluruh skill tersebut, salah satu yang tak kalah penting ialah self regulation. Dengan memiliki regulasi diri yang baik, anak mampu mengontrol diri dengan optimal, Kontrol diri akan membentuk karakter kuat pada anak agar tangguh dan tidak mudah terbawa arus lingkungan sekitrnya.

Menurut Samanta, karakter ini dapat dipupuk dengan membentuk motivasi dalam diri anak lebih dulu. Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan bagaimana anak memotivasi dirinya sendiri dengan afirmasi dan kepercayaan yang mereka miliki. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan pengkondisian dari lingkungan agar anak semangat menjalani hidupnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Kapan Orang Tua Harus Membantu Anak, Ini Jawabannya

Cara Mengasah Soft Skill Anak

Adalah hal yang tak mudah mendiidik anak, termasuk generasi Alfa hari ini. Ada berbagai cara mengasah soft skill anak yang bisa dilakukan orang tua.

1. Ajari Anak Mengontrol Emosi

Langkah awal adalah coba ajarkan anak mengelola emosi. Mengelola emosi bisa dilakukan dengan memberikan validasi emosi.

“Kita kasih tahu dulu ke anak, ‘kamu ngerasa kecewa? Kamu ngerasa frustrasi karena tidak bisa ngerjain soal atau mainan ini?’ membuat anak sadar emosi yang sedang mereka rasakan,” tutur Samanta.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika anak belum cukup usia untuk menyadari emosi yang dirasakan, orang tua bisa mengajaknya bermain permainan yang bisa membuatnya tenang.

2. Mengajak Anak Diskusi

Saat anak sudah merasa tenang, baru Bunda bisa mulai mengajak anak berdiskusi. Diskusikan hal yang membuat anak sadar dan mengetahui kapasitas emosi anak sudah di batas mana untuk mengelola emosinya sendiri.

Selain itu, tanyakan juga pada anak solusi apa sekiranya yang bisa membuat anak tenang. Terlebih ketika rasa emosi itu muncul lagi. Sedikit banyak, cara ini juga akan menumbuhkan kemandirian anak.

3. Ikut Aktivitas Sosial

Menumbuhkan kepribadian tak hanya dilakukan di rumah saja, coba deh ajak anak mengikuti kegiatan yang sesuai passion mereka. Contoh, les atau komunitas hobi yang diminati anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat mengikuti aktivitas non akademis seperti ini, anak akan bertemu dengan banyak teman. Tekankan pada anak bahwa berteman dengan siapa saja tanpa memandang suku, ras, dan agama.

 

“Ketika cross culture anak jadi lebih punya empati, bisa memahami orang lain itu. Hal ini bikin mereka jadi leih bisa beradaptasi ketika dewasa nanti,” pungkas Samanta.

Bukan hal yang mudah menndidik anak karena menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Namun, bukan berarti kita tidak bisa mencetak generasi penerus yang berdaya saing. Semoga bisa menginspirasi Ayah dan Bunda ya.

Baca juga: 

3 Soft Skill Anak yang Perlu Ditingkatkan, Dukung Masa Depan Lebih Baik

11 Soft Skill Terpenting yang Diperlukan Dunia Kerja 2022

Pentingnya Menerapkan Model Pembelajaran STEAM, Dukung Anak Berpikir Kritis

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan