Cara Anda mendidik anak, dapat membuat mereka berkepribadian optimis.
Mendidik anak agar optimis tidak hanya akan membantu anak dengan memberikan landasan mental yang baik; namun optimisme juga akan membuatnya lebih siap menghadapi masa depan yang semakin penuh tantangan.
Studi membuktikan bahwa mereka yang mampu membangun rasa optimis dalam kehidupan mereka akan jauh dari rasa frustasi, selalu bersemangat, tidak mudah sakit, mampu membangun hubungan yang harmonis, dan lebih panjang umur.
Sayangnya, sikap optimis tidaklah diwariskan. Seperti halnya karakter yang lain, sikap optimis perlu dipupuk dan dibiasakan sedari dini.
Para ahli parenting berpedapat bahwa 8 tahun pertama kehidupan si Kecil, merupakan waktu yang paling tepat untuk mendidik anak agar optimis.
Jadi, bagaimanakah mendidik anak agar menjadi pribadi yang optimis?
1. Tumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya semenjak dalam kandungan
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa kita dapat mendidik anak sejak dari dalam kandungan. Biasakanlah untuk berkata-kata lembut, bercerita tentang hal-hal yang positif juga membisikkan kata-kata yang penuh semangat.
2. Berikan stimulasi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan si Kecil
Kelak ketika si kecil lahir, ijinkan ia untuk mencoba. Sesuaikan stimulasi yang Parents berikan dengan usianya.
Catat perkembangan dan kecenderungan minatnya, agar kelak Parents mudah menemukan cara mendidik yang sesuai dengan tipe dan karakternya.
Artikel terkait: Alasan mengapa mendidik anak sebaiknya sesuai karakter anak
3. Ajak anak untuk melatih instruksi diri
Ketika balok yang ia susun bolak-balik terjatuh, atau si Usia sekolah tertunduk lesu menghadapi setumpuk tugas, bisikkan padanya, “Ayo, kamu pasti bisa. Mari, ibu/ayah temani untuk mengerjakan tugasmu satu persatu.”
Untuk si Pra-sekolah kita dapat membiasakan kata affirmative melalui dongeng yang kita bacakan sebelum tidur, atau saat menemani si Kecil bermain dengan boneka. Kata-kata affirmative tidak boleh merupakan pembohongan diri.
Misalkan bila si Kecil merasa takut tidak dapat mengerjakan ulangan hariannya, kita tidak boleh langsung mengajarkan ia untuk mengabaikan rasa takutnya tersebut. Kalimat yang tepat adalah, “Saya memang takut, tapi saya bisa menghadapi rasa takut ini dengan mempelajari materi sebaik-baiknya.”
3. Hindarkan si Kecil dari perkataan negatif
Rasa stres, pesimis, timbul karena cara pandang seseorang terhadap suatu masalah atau peristiwa. Biasakan untuk mensugesti si Kecil dengan pernyataan-pernyataan yang positif .
Pastikan si Kecil selalu menerima komentar yang baik ketika ia mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Komentar tersebut harus mampu mengindikasi bahwa itu adalah hasil dari kejadian yang situasional, bukan memang dirinya adalah anak yang gagal.
Contohnya ketika si Kecil mendapat nilai F dalam ulangan hariannya. Coba tanyakan padanya apakah mungkin ada cara untuk memperbaiki hasil tersebut di lain waktu?
Jadi, alih-alih mengatakan :
“Ah, kamu memang lemah dalam pelajaran bahasa”,
“Dasar, kamu aja yang ngga teliti”,
atau malah yang dengan nada bercanda, “Kamu sih, ngga duduk bareng si Juara satu, jadi ngga ketularan deh, pinternya,”
… akan lebih baik bila ajak si Kecil diskusi bagaimana cara terbaik untuk memperoleh hasil seperti yang ia inginkan.
4. Selalu ajak anak untuk berpikir optimis
Kalimat seperti :
“Akan selalu ada jalan bagiku untuk mengubah situasi”,
“Selama aku mau berusaha, pasti akan ada jalan untuk menyelesaikan masalahku”,
“Terkadang memang ada hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti keinginan kita, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya,”
… akan sangat baik bila si Kecil terbiasa mendengarnya.
Untuk itu kita perlu menjadi model yang baik bagi si Kecil. Bagaimana kita bersikap saat menghadapi masalah adalah cara mendidik anak agar memiliki sikap optimis.
5. Ajak anak untuk mendekatkan diri pada Tuhan
Ajari anak untuk mengenal Tuhannya dan kembangkan keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Pengasih dan Penyayang yang akan membantu setiap hamba-Nya yang sedang kesulitan.
Studi juga telah membuktikan, bahwa mereka yang mempunyai keyakinan rohani lebih baik, mampu mengembangkan sikap positif dan optimis yang lebih baik pula.
Jadi, mari kita siapkan diri untuk menjadi model orang tua yang optimis untuk anak-anak kita.
Referensi: ahaparenting.com, buku “Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, Henny Puspitarini
Baca juga artikel menarik lainnya:
Mencari Alternatif Kata “Jangan”
13 Kalimat yang Dapat Berdampak Buruk Pada Pola Makan Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.