Sesaat setelah melahirkan, umumnya seorang ibu tentu ingin segera mendekap hangat buah hatinya. Melihat senyum yang tersimpul di mulut mungilnya, dan mendengar desahan napasnya. Sayang, hal ini tidak selamanya bisa diwujudkan. Seperti kisah seorang Bunda yang kehilangan bayinya lantaran diduga menelan cairan ketuban keruh.
Seorang Bunda berinisial D menceritakan kisahnya yang kehilangan bayinya dalam Aplikasi theAsianparent Indonesia. Ia menuturkna bagaimana harapan dan keinginan bertemu dan mengasuh sang buah hati harus pupus.
Ia hanya bisa bertemu beberapa saat dengan sang buah hati sebelum sang bayi dikebumikan. Begini kisah sang Bunda selengkapnya.
Kondisi kesehatan awal mulanya
Sang bunda menceritakan bahwa pada mulanya kondisi kesehatannya baik-baik saja. Bahkan menjelang hari perkiraan lahir, dokter menyatakan kandungannya sehat.
“Bunda, tanggal 17 November 2019, usia kandunganku 41 week, tapi belum ada kontraksi sama sekali.
Ketika umur kehamilan 40 week, cek dokter masih bagus. Ari-ari bagus, ketuban bagus, disuruh pulang karena kemungkinan HPL mundur, masih nunggu kontraksi.
Satu minggu setelahnya aku periksa lagi karena aku nggak ada kontraksi juga. Tapi saat periksa terakhir itu dokter mendiagnosis kalau anak ku dalam keadaan buruk, ari-ari sudah mengapur, ketuban juga tinggal sedikit,” tulisnya.
Artikel terkait : Bayi Meninggal dalam Kandungan (Stillbirth) Akibat Dokter Mengabaikan Keluhan Ibu Tentang Rasa Gatal Selama Kehamilan
Hari kelahiran pun tiba…
“Singkat cerita aku disesar tanggal 17 November 2019 jam 21.30, jam 22.30. Ketika bayiku keluar dia tidak langsung menangis, aku menunggu suaranya keluar tapi tidak terdengar.
Terus, beberapa menit kemudian dia menangis, tapi merintih, mungkin dia sakit.
Sejak detik itu aku belum liat anakku.
Aku bertanya sama semua orang tentang bayiku, tapi nggak ada yang jawab. Dibilang masih di ruang bayi.
Hingga pagi aku bangun, belum juga bisa melihat dia.”
Belum bisa bertemu sang buah hati
“Aku tanya suamiku kemana anakku?
Dia dengan rasa lemas dan capek menjelaskan bayiku dalam keadaan tidak baik. Dia dirawat di inkubator dengan selang dimana-mana.
Aku berdoa ,”Ya Allah jangan ambil anak ku!”
Aku coba bersabar menunggu walau keadaan masih dalam posisi efek obat tidur.
Tiba-tiba tertidur, tiba-tiba bangun. Terus menunggu, suamiku hanya 1 jam menemaniku, selebihnya dia menjaga anak kami”
Mendapati kabar bayi telah tiada
“Tepat pukul 16.00 aku mendapat kabar bahwa anakku meninggal.
Pecah seketika ruangan itu dengan tangisanku.
Suhu tubuh dan tekanan darah yang mendadak naik. Aku memeluk anakku ketika dia sudah tiada, dan itu hanya hitungan jari, hitungan menit saja.
Ba’da magrib anakku dimakamkan.
Air mata tiada henti, hatiku hancur, duniaku berubah jadi buram.”
Cairan ketuban keruh
“Keesokan harinya suami menceritakan keadaan anakku sebenarnya.
Anakku lahir sudah membiru karna minum air ketuban yang sudah hijau layaknya alpukat yang sudah bercampur dengan kotorannya.
Paru-parunya infeksi membuat dia susah bernapas, diberi oksigen pun hanya bisa masuk 40%
Terkadang paru-paru dan jantung anakku berhenti lalu berdetak lagi. Paru-parunya sudah tidak berfungsi seperti layaknya.”
Artikel terkait : Bayinya meninggal dalam kandungan, “Saya tidak percaya meletakkan bunga di pemakamannya”
Hatiku sakit… tapi kami merelakannya
“Kami merelakan anak pertama kami kembali kepada penciptanya yang lebih berhak atas ciptaanNya.
Kami yakin semua atas kehendak Allah, kami yakin semua atas izin Allah.
Tidak meninggal anak manusia, kecuali atas izinnya.
Semua yang bernyawa pasti akan mati.
Bukan hanya pertemuan yang harus dipersiapkan, tapi juga perpisahan.
Bukan hanya jodoh yang harus disambut, tapi juga kematian.
Rasa keibuanku seperti tak tersalur, bingung harus apa…
Aku mengandung 41 week dengan jalan sesar, perutku luka, dan segala yg terjadi padaku di ruang OP dari suntik anastesi, sampai anastesi yang habis ketika dokter menjahit dan harus diteruskan dengan obat tidur dangan efek 24 jam…. tapi aku pulang dari RS tanpa bayi…
Sakitnya hatiku ya Allah…
Aku berdoa semoga ini jalan Allah yang dapat membawa kebaikan kepada kami kelak, aamiin.
Nifasku selesai 70 hari tersambung dengan haid.
Aku berharap bulan ini aku hamil kembali, mengobati hatiku yang penuh luka..
Semoga Allah ridhoi
Aamiin…
Semoga bunda-bunda tidak mengalaminya..
Aamiin.” kisah sang Bunda.
Sindrom Aspirasi Mekonium
Peristiwa seorang bayi yang menelan air ketuban memang bisa terjadi pada kehamilan mana pun.
Dalam istilah medis, kondisi yang dialami oleh sang bayi bisa juga disebut dengan Sindrom Aspirasi Mekonium. Hal ini terjadi ketika mekonium atau tinjal pertama bayi masuk ke paru-paru karena tercampur dengan air ketuban.
Sindrom ini bisa membahayakan karena bisa menyumbat saluran udara, mengiritasi saluran udara, dan melukai jaringan paru-paru.
Biasanya kondisi ini rentan dialami oleh bayi yang mengalami beberapa kondisi berikut ini.
- Dilahirkan melewati tanggal HPL yang ditentukan
- Ibu mengalami persalinan yang lama atau sulit
- Kondisi kesehatan ibu seperti diabetes atau tekanan darah tinggi
- Kebiasaan tak sehat ibu seperti merokok atau menggunakan obat-obatan tertentu selama kehamilan
Adapun beberapa gejala yang mungkin dialami antara lain :
- Cairan ketuban berwarna hijau
- Bayi memiliki detak jantung yang lambat
- Bayi lemas
- Warna kulit bayi kebiruan
Pencegahan Sindrom Aspirasi Mekonium
Untuk mencegah hal ini terjadi, ada beberapa hal yang perlu bumil perhatikan :
- Jika sudah melihat cairan kehijauan berwarna gelap keluar dari jalan lahir, jangan tunda untuk segera ke dokter kandungan
- Segera periksakan pergerakan bayi dalam kandungan, apakah berkurang atau masih aktif
Semoga informasi ini bermanfaat!
Sumber : Aplikasi TheAsianparent, kidshealth
Baca Juga :
"Bayiku sedang tidur, beberapa menit kemudian, dia meninggal," kata Yulia Baltschun sedih
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.