Dunia pendidikan di Indonesia dihebohkan dengan beredarnya sebuah buku anak berkonten LGBT. Buku berjudul ‘Balita Langsung Lancar Membaca’ ini menuai protes dari orangtua sehingga KPAI memanggil penulis untuk meminta klarifikasi.
Buku anak berkonten LGBT ini keluaran tahun 2010 oleh penerbit Pustaka Widyatama, anak perusahaan Mutiara Media (Media Pressindo Group). Pustaka Widyatama merupakan penerbit khusus buku penunjang pelajaran, bahasa, dan anak.
Buku anak berkonten LGBT
Buku yang bertujuan untuk mengajari anak membaca ini ternyata memuat kata atau kalimat yang berkaitan dengan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Beberapa kalimat menggunakan kata waria, misalnya “Opa bisa jadi waria” atau “Ada waria suka wanita”.
Konten lainnya yaitu, “Widia menikahi Fivi” dianggap perempuan yang menikahi sesama perempuan. Atau kalimat “Fafa merasa dia wanita” bisa diasumsikan sebagai transgender.
Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang pendidikan, mengungkapkan bahwa pihak penerbit dan penulis buku telah menemui KPAI untuk memberikan penjelasan. Buku yang merupakan karangan Intan Noviana dan Purnama Andri Murdapa adalah kesalahan editor yang tidak memeriksa isi buku secara rinci.
Penulis buku anak berkonten LGBT mengaku khilaf
Sebenarnya pihak penerbit telah menarik buku sejak ada keluhan di tahun 2011 – 2012. Sejak saat itu, Pustaka Widyatama juga tidak lagi memproduksi dan mendistribusikan buku tersebut.
Kedua penulis, Intan dan Andri, juga sudah tidak lagi menjadi penulis di Pustaka Widyatama. Namun, terkait penulisan isi buku, semuanya menjadi tanggung jawab Intan.
Menurut penjelasan Intan, “Kaata ‘Widia’ dalam kalimat “Widia menikahi Fivi” sebenarnya dimaksudkan Widiatmoko. Hanya saja, saya belum selesai mengetik nama tersebut, sehingga akhirnya disingkat menjadi Widia.”
KPAI mempertanyakan juga mengenai penggunaan kata waria dalam buku belajar membaca. Intan beralasan bahwa waria di Yogyakarta sering mengganggu karena meminta uang secara paksa sehingga ia berpikir menulis kata ‘waria’ agar anak-anak memahami maknanya.
“Kalau boleh dibilang, saya ini termasuk penulis dadakan. Saya mulai menulis buku belajar membaca untuk anak-anak sejak tahun 2009. Saat itu, buku saya langsung laris dan terkenal. Bahkan sampai dicetak beberapa kali. Padahal, itu baru pertama kalinya saya menulis buku,” ujar Intan kepada Liputan6.com.
Melihat kesuksesan ini, Intan pun semakin bersemangat menulis. Sayangnya, ia justru ‘tersandung’ karena tidak sengaja memasukkan konten LGBT pada bukunya.
Selain karena euforia kesuksesan, Intan juga kehabisan kata-kata. Ia ingin memperkenalkan suku kata ‘wa’ namun tidak tahu kata apa lagi yang bisa ia masukkan.
Saat menemui KPAI, Intan juga membawa buku-buku lainnya yang juga ia tulis untuk membuktikan bahwa ia sama sekali tidak ada niatan mengkampanyekan LGBT.
Artikel terkait: Buku IPA SD Berkonten ‘Vulgar’ Disita Polisi, ini Tanggapan Netizen
Yang harus dilakukan orangtua
Saat ini buku anak berkonten LGBT sudah ditarik oleh penerbit dan tidak diproduksi lagi. Namun, tak ada salahnya Parents berhati-hati.
Usahakan untuk selalu mengecek setiap halaman dari buku-buku yang akan dibaca anak. Tak hanya buku cerita, tapi juga buku pelajaran dan majalah anak.
Dengan membacanya terlebih dahulu, Parents juga bisa menyiapkan diri bila anak menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan isi buku.
Bila anak menanyakan sesuatu berkaitan dengan waria, tak perlu panik. Akui saja tentang keberadaan waria, namun anak harus tetap menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
Viral! Sampul Buku Tulis Bergambar Tak Pantas Ini Bikin Orang Tua Geram
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.