10 Warisan Budaya Indonesia yang Terancam Punah

Perkembangan zaman membuat warisan budaya Indonesia berikut berada di ambang kepunahan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Budaya merupakan suatu warisan dari nenek moyang yang tidak ternilai harganya. Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman dalam budaya. Berkat keanekaragaman tersebut, budaya Indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari berbagai belahan dunia. Sayangnya, ada juga budaya Indonesia yang terancam punah.

Tak hanya beragam, budaya Indonesia dikenal sangat unik. Namun, saat ini kebudayaan Indonesia semakin luntur ditelan zaman. Semakin berkembangnya teknologi telah membuat budaya Indonesia banyak dilupakan khususnya oleh kalangan remaja.

10 Warisan Budaya Indonesia yang Terancam Punah

Nasib warisan budaya Indonesia di sejumlah daerah sudah sangat jarang bisa kalian temui, bahkan beberapa terancam punah. Berikut warisan budaya Indonesia yang terancam punah. 

1. Tarawangsa

Sumber: wajah-indonesia-ku.blogspot.com

Tarawangsa merupakan jenis kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Dalam pertunjukannya, kesenian ini memiliki kekhasan dalam hal instrumen musiknya, yaitu menggunakan sebuah alat musik yang dimainkan dengan cara digesek. 

Pada sebuah tulisan dari Teguh Permana mengutip pendapat Luki Hendrawan, secara etimologi, Tarawangsa berasal dari tiga gabungan kata yakni Ta-Ra-Wangsa. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ta merupakan akronim dari kata Meta berasal dari bahasa Sunda yang berarti pergerakan. Ra berarti api yang agung sama dengan arti Ra dalam bahasa Mesir analogi api yang agung adalah matahari. Terakhir adalah Wangsa yang merupakan sinonim dari kata Bangsa, manusia yang menempati satu wilayah dengan aturan yang mengikatnya. 

Jadi, Ta-Ra-Wangsa adalah kisah kehidupan bangsa matahari. Dengan kata lain, Tarawangsa merupakan kesenian penyambutan bagi hasil panen padi tumbuhan yang sangat bergantung pada matahari sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan. 

Tarawangsa merupakan alat musik dawai namun bentuknya seperti rebab yang sumber bunyinya berupa ruang resonator, yang terdiri dari dua alat musik. Satu dinamakan tarawangsa itu sendiri, cara memainkannya dengan digesek, sedangkan yang kedua dinamakan jentreng dimainkan dengan cara dipetik.

Artikel terkait: Saatnya Anak Kenali Warisan Budaya Indonesia Yang Diakui Dunia! 

2. Keris

Sumber: antiquers.com

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keris merupakan sebuah senjata tikam gugusan belati yang termasuk salah satu budaya khas Nusantara. Keris merupakan senjata tradisional yang berasal dari Jawa. Bentuk keris sangat khas karena cenderung tidak simetris. Bilahnya seringkali berkelok-kelok, dan memiliki serat lapisan logam cerah pada helai bilah.

Keris yang terkenal adalah keris yang memiliki gelombang serta berkelok. Sebuah keris memiliki tiga bagian yaitu bilah (pisau), hulu (gagang), dan warangka (sarung). Bahan pembentuk keris juga beraneka ragam, seperti logam mulia, kayu, gading, hingga terbuat dari emas.

Pada zaman dahulu, keris digunakan sebagai senjata dalam peperangan, sekaligus benda yang digunakan sebagai pelengkap sesajen. Namun, saat ini keris menjadi salah satu aksesoris dalam berbusana, simbol kecerdikan budi, atau menjadi benda koleksi yang dapat kalian nilai dari estetikanya. Bahkan, Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Kecerdikan Budi Dunia Non-Bendawi Manusia sejak tahun 2005.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Wayang Kulit

Sumber: dunanasar.blogspot.com

Wayang kulit merupakan sebuah pertunjukan drama dengan boneka dari kulit. Kulit tersebut dibentuk menjadi karakter pewayangan. Bentuknya bukan boneka seperti di puppet show biasa, melainkan berbentuk pipih dan tipis karena terbuat dari kulit hewan.

Pertunjukan Wayang Kulit dapat dikatakan sebagai kesenian tradisional yang paripurna karena didalamnya terkandung seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.

Wayang kulit juga merupakan salah satu media yang efektif untuk penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan serta pemahaman filsafat. Pertunjukan Wayang Kulit biasanya dimainkan oleh satu dalang atau lebih. Dalang merupakan orang yang menggerakkan wayang dan menceritakan jalan cerita. Dalang juga memiliki tugas untuk membuat seolah wayang tersebut berbicara.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Rampak Gendang

Sumber: antarfoto.com

Rampak Gendang atau Rampak Kendang merupakan sajian musik tradisional gendang atau kendang Sunda dalam jumlah yang cukup banyak, biasanya akan dimainkan bersama-sama secara serempak. Rampak dalam bahasa Sunda artinya serempak atau secara bersama-sama. Sedangkan gendang atau kendang adalah instrumen musik Gamelan Jawa dan Gamelan Degung yang berfungsi sebagai pengatur irama lagu. 

Seni pertunjukan musik kreasi baru asal Jawa Barat ini merupakan hasil olahan Gugum Gumbira yang terinspirasi oleh permainan gendang dalam pertunjukan Topeng Banjet dan Kendang Penca atau Gendang Penca. 

Rampak Gendang muncul bersamaan dengan seni tari Jaipong sekitar tahun 1970-an, yang juga menggunakan gendang sebagai musik pengiringnya. Dalam kesenian Sunda, peranan gendang sangat dominan, baik untuk pengiring tarian maupun pencak silat. Kesenian rampak gendang dipertunjukan untuk pertama kalinya tahun 1978 di Bandung oleh Suwanda dan Dali.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 5 Fakta Menarik Wayang Kulit, Seni Khas Jawa yang jadi Warisan Mahakarya Dunia

5. Sisingaan

Sumber: tradisi-tradisional.blogspot.com

Sisingaan merupakan salah satu kekayaan budaya dalam bentuk seni tradisional yang berasal dari daerah Subang, Jawa Barat. Kesenian ini dikenal dengan sebutan Gotong Singa atau Odong-odong. Kesenian Sisingaan telah dimainkan oleh rakyat Subang pada saat melawan penjajah sebagai simbol pelecehan terhadap penjajah, yang melambangkan bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajah pada saat itu. 

Saat ini, kesenian Sisingaan dimainkan untuk acara-acara khusus seperti acara menerima tamu kehormatan, acara khitanan anak, acara hari-hari besar dan sebagainya. Kabupaten Subang mengadakan festival Sisingaan pada tanggal 5 April setiap tahunnya diikuti oleh semua kecamatan yang ada di Subang untuk memeriahkan acara peringatan hari jadi Kabupaten Subang. 

6. Tupai Janjang

Sumber: pojokseni.com

Dilansir dari situs Kemdikbud.go.id, sastra lisan Tupai Jenjang diperkenalkan pertama kalinya oleh Almarhum St. Haris di paruh tahun 1950-an. Sastra lisan ini selanjutnya diwarisi oleh Bapak Ibrahim sekitar tahun 1963. Pertunjukan Tupai Jenjang dijadikan media hiburan untuk upacara naik rumah atau tradisi pindahan rumah pada masyarakat Kerinci, sunatan massal, dan juga pengisi acara pada pesta pernikahan. 

Cerita Tupai Janjang mengisahkan tentang Tuanku Rajo Tuo dan Puti Lindung Bulan, sebagai penguasa di daerahnya, mereka belum dikaruniai anak. Dikisahkan bahwa Lindung Bulan melihat seekor tupai di atas pohon kelapa. Hasrat untuk memiliki anak pun terucapkan oleh Lindung Bulan kepada Rajo Tuo pada saat itu.

Bagi Lindung Bulan biarlah mendapatkan anak serupa tupai, asal itu murni anaknya. Singkat cerita Lindung bulan pun hamil dan melahirkan anak tupai. Anak yang dilahirkannya ini pada awalnya tidak disukai oleh rajo tuo.

Artikel terkait: 3 Alasan Mengapa Perlu Mengenalkan Budaya pada anak 

7. Noken

Sumber: marlinbellingers.blogspot.com

Noken merupakan sebuah tas unik tradisional Papua yang terbuat dari serat kulit kayu, biasanya dari kayu pohon manduam, pohon nawa, atau anggrek hutan.

Dua ratus lima puluh suku di Papua menggunakan noken yang berfungsi untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari serta membawa hasil pertanian dan kebun, seperti sayuran, umbi-umbian, dan barang dagangan lainnya ke pasar. Orang Papua membawa noken dengan menggunakan kepalanya. Tas noken mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran jumbo. 

Di balik keunikannya, noken memiliki filosofi yang tak kalah menarik. Noken adalah simbol kehidupan yang baik, cinta perdamaian, serta kesuburan bagi masyarakat tanah Papua, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah Pegunungan Tengah Papua, seperti suku Yali, suku Lani, suku Damal, dan Bauzi. 

Menariknya, hanya perempuan Papua asli yang boleh membuat tas tradisional ini. Sejak kecil, para perempuan sudah belajar membuat noken. Bahkan, noken merupakan perlambang kedewasaan perempuan. Jika belum pandai membuat noken, seorang perempuan belum dianggap dewasa. 

Berkat keunikannya, pada tanggal 4 Desember 2012, noken ditetapkan sebagai hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO. Penetapan ini dilakukan oleh Arley Gill sebagai Ketua Sidang Komite Antar-Pemerintah ke-7 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda di Markas UNESCO di Paris, Prancis. 

8. Keni Gayo

Sumber: tribunnewswiki.com

Keni merupakan salah satu karya masyarakat Gayo Aceh, terbuat dari tanah liat. Keni sudah dikenal masyarakat Gayo sejak zaman prasejarah, dibuktikan dengan penemuan peradaban manusia di tepi danau Lut Tawar. 

Namun keberadaan keni, sudah sangat jarang ditemukan. Keni merupakan Bahasa daerah Gayo Aceh, yang merupakan kendi atau gerabah. Kendi Gayo merupakan hasil kerajinan tangan kaum perempuan masyarakat Gayo. Keni ini dibedakan menjadi empat macam bentuk dan disesuaikan dengan jenis kelamin pemakaianya.

9. Tari Reog

Sumber: dunia-kesenian.blogspot.com

Tari Reog merupakan sebuah tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Biasanya Tari Reog dilakukan secara massal. Tarian tradisional khas Ponorogo ini menyajikan tarian berupa tokoh lakon dengan struktur cerita yang mengiringi proses tari.

Masyarakat Ponorogo dan sekitarnya akan mementaskan Tari Reog setiap malam satu suro dan malam bulan purnama. Seiring perkembangan zaman, Tari Reog juga digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu besar, sehingga tidak hanya ditampilkan untuk ritual adat saja.

10. Tari Merawai

Sumber: disbud.kepriprov.go.id

Merawai merupakan tari tradisional yang berasal dari Pulau Lipan, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Biasanya, Tari Merawai dipertunjukkan sebagai hiburan untuk mengisi waktu senggang.

Sayangnya, tarian ini sudah hampir punah, karena masyarakat sudah jarang menampilkannya lantaran tergeser teknologi serta musik modern. Gerakan tariannya sederhana, seperti orang Merawai di laut. Yakni, menimba, mendayung, dan mengemudi. Awalnya, Tari Merawai hanya dimainkan Orang Laut. 

Beberapa sanggar kesenian yang ada di Kabupaten Lingga, masih menampilkan tarian Merawai dalam acara kesenian. Namun, personilnya tidak lagi Orang Laut. Penarinya juga bebas dikreasikan dan tidak lagi semuanya wanita.

Demikianlah informasi mengenai 10 warisan budaya Indonesia yang keberadaannya terancam punah karena tergerus oleh perkembangan zaman. Semoga budaya Indonesia tetap lestari.

Baca juga:

Budaya Batik, Mengenalkan Budaya Bangsa kepada Anak sejak Dini

4 Jejak Budaya Islam di Nusantara untuk Menambah Wawasan Si Kecil 

Palang Pintu, Tradisi Adat Pernikahan Suku Betawi yang Sarat Makna 

Penulis

Alifah