Botulisme pada bayi adalah penyakit berbahaya yang bisa menimpa pada bayi. Penyebab umum yang sering membuat botulisme pada bayi terjadi ialah pemberian madu sebelum bayi berusia 6 bulan.
Botulisme pada bayi adalah sebuah penyakit yang terjadi ketika bayi menelan bakteri, yang kemudian memproduksi racun di dalam tubuhnya. Apabila bayi terkena paparan spora Clostridium botulinum, dan bakteri dari spora tersebut berkembang biak di usus bayi, maka akan timbul racun yang sangat berbahaya.
Kondisi ini bisa dialami oleh bayi baru lahir hingga usia 12 bulan. Botulisme terjadi pada bayi karena sistem pencernaannya masih lemah dan belum mampu memproduksi anti bakteri secara alami.
Artikel terkait: Bayi 6 bulan meninggal karena diberikan madu, peringatan untuk Parents!
Tanda dan gejala botulisme
Setelah bayi menelan spora yang mengandung Clostridium Botulinum, dia akan mulai menampakkan gejala-gejala botulisame di hari ketiga atau hari ketigapuluh. Bila bayi mengalami gejala botulisme, segeralah membawanya ke dokter. Salah satu tanda awalnya ialah sembelit pada bayi, kemudian diikuti dengan kondisi tubuh bayi yang semakin melemah, serta gejala-gejala lainnya di bawah ini:
- Ekspresi wajah datar pada bayi
- Gerakan mengisap yang lemah, membuat bayi kekurangan ASI
- Tangisan yang lemah
- Gerakan tubuh bayi berkurang drastis
- Ngiler berlebihan
- Kesulitan menelan
- Otot bayi lemah
- Kesulitan bernapas
Apabila bayi mengalami gejala-gejala di atas, segeralah membawanya ke dokter untuk ditangani.
Mencegah botulisme pada bayi
Salah satu cara paling utama untuk mencegah botulisme pada bayi adalah tidak memberinya madu atau makanan apapun yang mengandung madu sebelum bayi berusia 1 tahun.
Hal ini dikarenakan madu telah terbukti sebagai sumber bakteri Clostridium botulinum. Di samping itu, pemberian madu juga rentan menimbulkan iritasi dan sakit kepala pada bayi.
Bayi di bawah usia 1 tahun juga tidak disarankan untuk mengonsumsi madu yang telah dipanaskan (dipasteurisasi). Hal ini karena bakteri Clostridium Botulinum tidak mudah dimatikan dengan proses pemanasan biasa.
Memanaskan madu hingga mendidih pun tidak mematikan spora bakteri Clostridium botulinum. Efek racun bakteri tersebut akan hilang setelah dididihkan selama 10 menit, tetapi sporanya tidak mati.
Spora Bakteri Clostridium Botulinum akan mati bila dipanaskan di atas 120 derajat celcius dalam kondisi underpressure selama 30 menit, misalnya dengan pressure cooker atau presto.
Bakteri Clostridium Botulinum juga pernah ditemukan pada madu yang telah dipasteurisasi. Untuk itu, hindari memberikan madu pada bayi hingga ia berulang tahun ke-1 ya, Parents!
Bakteri ini juga ditemukan dalam makanan kalengan, sehingga bagi Anda yang suka menyajikan makanan kalengan untuk keluarga, sebaiknya benar-benar memasaknya hingga matang supaya bakterinya mati.
Selain pada makanan, bakteri Clostridium botulinum juga ditemukan pada lingkungan, seperti debu dan kotoran, bahkan di udara. Hindari paparan debu atau kotoran yang berpotensi terkontaminasi bakteri pada bayi.
Artikel terkait: Jangan sampai salah, ini 5 makanan yang sebaiknya dihindari untuk MPASI bayi
Pengobatan botulisme
Bayi dengan botulisme memerlukan perawatan di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif (ICU). Tim perawatan kesehatan akan mencoba membatasi masalah yang disebabkan oleh racun dalam tubuh bayi.
Biasanya dokter mengobati botulisme pada bayi dengan memberikan antitoksin yang disebut botulisme imun globulin intravena (BIGIV). Dokter akan memberikan ini kepada bayi sesegera mungkin.
Bayi yang mengalami botulisme dan mendapatkan BIGIV, akan lebih cepat pulih dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan BIGIV.
Jika toksin (racun) mempengaruhi otot-otot pernapasan, bayi mungkin perlu menggunakan mesin pernapasan (ventilator) selama beberapa minggu sampai mereka menjadi lebih kuat. Bayi juga mungkin membutuhkan cairan infus (intravena atau IV) selama perawatan.
Karena botulisme dapat menimbulkan dampak yang cukup serius, kita wajib mencegah bayi kita dari penyakit ini. Yang paling penting, hindari memberikan madu sebelum bayi berusia 1 tahun. Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Bunda.