Seorang bayi mungil yang baru berusia 6 bulan, meninggal setelah salah satu anggota keluarga memberinya madu. Kematian bayi ini pun kembali menyoroti keracunan botulisme, bahaya madu untuk bayi.
Apakah Parents pernah mendengar saran yang mengatakan, jangan pernah memberikan madu kepada bayi di bawah satu tahun. Jika hal ini tetap saja dilakukan, bayi bisa terserang bakteri Clostridium Botulinum sebagai akibat dari bahaya madu untuk bayi.
Tetapi seberapa banyak orangtua yang benar-benar tahu tentang botulisme yang sangat berisiko bahkan menyebabkan mematikan?
Dikutup dari laman Alodokter, botulisme merupakan kondisi keracunan serius yang disebabkan racun yang dihasilkan bakteri Clostridium Botulinum. Kondisi ini cukup langka, tapi racun yang dihasilkan oleh bakteri ini dikenal sebagai salah satu racun paling berbahaya dan mematikan.
Pasalnya, racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf seperti otak, tulang belakang, saraf lainnya, dan menyebabkan kelumpuhan otot. Bakteri ini biasanya bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan maupun melalui luka pada tubuh.
Salah satu jenis botulisme adalah botulisme bayi yang disebabkan karena bayi menelan spora bakteri Clostridium Botulinum. Di mana spora-spora bakteri Clostridium Botulinum ini biasanya terdapat pada tanah atau madu. Oleh karena itulah jika seorang bayi yang diberikan madu berisiko keracunan hingga menyebabkan kematian.
Hal inilah yang terjadi pada seorang bayi yang baru berusia enam bulan. Salah satu anggota keluarga tidak menyadari bahaya madu untuk bayi.
Menurut The Japan Times, seorang bocah laki-laki berusia enam bulan di Adachi Ward, Tokyo, meninggal karena botulisme bayi setelah keluarganya memberinya madu.
Pihak keluarga ternyata telah memberinya madu yang dicampur dengan jus sebanyak dua kali dalam sehari. Dan pemberian jus ini telah dilakukan selama sebulan.
Seorang anggota keluarga mengatakan, “Kami mencampurkan madu ke dalam jus yang dibeli di toko dan memberikannya kepada bayi karena kami pikir ini baik untuk tubuhnya.”
Hingga akhirnya, bayi itu harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kejang dan menderita gagal napas. Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya didiagnosis bahwa tubuh bayi telah terkontaminasi akteri penghasil racun yang dikenal sebagai Clostridium Botulinum.
Setelah mendapatkan perawatan, bayi ini pun ternyata tidak bisa bertahan lama. Ia meninggal setelah sebulan dirawat di rumah sakit.
Kasus keracunan botulisme pada bayi itu pun semakin mempertegas bahaya madu untuk bayi. Peristiwa ini pun menjadi kematian pertama yang disebabkan botulisme bayi di Jepang sejak 1986 silam.
Risiko botulisme pada bayi memang bisa terjadi pada bayi hingga usia 12 bulan. Hal ini karena sistem pencernaan pada bayi yang belum sempurna.
Tanda dan gejala Botulisme pada bayi
Gejala botulisme dimulai antara tiga hingga 30 hari setelah bayi menelan spora.
Meskipun botulisme bayi dapat diobati, penting untuk mendapatkan perawatan medis sesegera mungkin. Jika memang si kecil mengalaminya, pastikan agar bayi mendapatkan perawatan yang tepat dari dokter. Hal ini dikarenakan toksin bisa menyebabkan kematian dalam waktu 24 jam.
Konstipasi sering menjadi tanda pertama saat bayi mengalami botulisme. Oleh karena itu, orangtua perlu waspada jika hal ini terjadi.
Gejala lainnya, bayi menjadi lemah karena kelemahan otot yang menyerupai kelumpuhan. Selain itu, lengan, kaki dan lehernya juga menjadi makin lunglai. Dan, gejala lain yang perlu diwaspadai adalah pada saat bayi tidak mampu menyusui karena saking lemasnya.
Mencegah botulisme pada bayi
Salah satu cara penting mengurangi risiko botulisme pada bayi adalah tentu saja dengan tidak memberikan bayi madu atau makanan olahan yang mengandung madu sebelum ulang tahun pertama mereka.
Madu sudah terbuki menjadi sumber bakteri Clostridium Botulinum. Bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya bagi anak-anak dan orang dewasa karena terkait dengan sistem pencernaan yang sudah jauh lebih matang.
Jika memang ada kondisi yang mengharuskan Parents memberikan makanan olahan untuk bayi, pastikan lebih dulu untuk memasaknya sebentar lebih dulu. Langkah ini perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kontaminasi dengan spora C. botulinum.
Tak hanya terdapat pada madu, spora Clostridium botulinum ada di mana-mana, seperti dalam debu dan kotoran, dan bahkan di udara.
Oleh karenanya, hindari bayi terpapar tanah atau debu yang berpotensi terkontaminasi. Paparan terhadap tanah yang terkontaminasi paling sering terjadi di dekat lokasi konstruksi dan pertanian atau daerah lain di mana tanah terganggu.
Baca juga:
7 Tips Penting Untuk Mencegah Anak Keracunan Makanan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.