Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya menjelaskan beberapa aturan mengenai pemberian vaksin untuk bayi, anak, dan remaja. Salah satunya, vaksin harus diberikan berdasarkan usia anak. Tujuannya sudah jelas, yaitu sebagai perlindungan dini pada anak guna mencegah komplikasi yang parah jika terjangkit penyakit berbahaya. Lantas, apa yang akan terjadi pada anak bila ia menerima vaksin lebih cepat dari waktu yang seharusnya? Bolehkah imunisasi lebih cepat dari jadwal? Berikut ini penjelasan dr. Soraya Haji Muhammad, dokter konsultan vaksinasi Imuni.
Daftar isi
Bolehkah Imunisasi Lebih Cepat dari Jadwal?
Melalui lamannya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan beberapa aturan mengenai pemberian imunisasi pada bayi, anak, dan remaja. Dituliskan, agar para petugas ahli kesehatan membuat rekomendasi vaksinasi sebagai berikut:
- Menentukan vaksin yang dibutuhkan berdasarkan usia.
- Tentukan interval yang tepat untuk mengejar ketertinggalan, jika diperlukan.
- Kaji kondisi medis dan indikasi lainnya.
- Tinjau situasi khusus (Catatan Vaksinasi).
- Tinjau kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi.
Pada poin nomor 1 jelas disebutkan, vaksin harus diberikan sesuai dengan usia anak. Namun, bagaimana bila karena alasan tertentu si anak terpaksa harus menerima vaksin lebih cepat dari waktu yang seharusnya? Misalnya, saat waktunya vaksin si anak harus berada di tempat lain yang tidak memungkinkannya untuk menerima vaksin sehingga orang tua memutuskan memberikan vaksin lebih cepat?
Berikut ini penjelasan Dokter Konsultan Vaksinasi Imuni (Layanan Vaksinasi di Rumah) dr. Soraya Haji Muhamad.
Kepada theAsianparent dengan tegas dr. Soraya menyarankan agar imunisasi diberikan kepada anak sesuai dengan jadwal, dalam artian tidak lebih cepat atau lebih lambat.
“Untuk imunisasi rutin sebaiknya dilakukan sesuai jadwal dan tidak diberikan lebih cepat dari usia yang direkomendasikan, termasuk interval minimal imunisasi tersebut. Namun, terdapat kondisi di mana diperbolehkan untuk pemberian lebih awal dari jadwal yang seharusnya,” ujar dr. Soraya.
Seperti apakah kondisi yang dimaksud dr. Soraya tersebut? Seberapa cepat waktu yang bisa ditoleransi anak dalam menerima vaksin?
“Terdapat pengecualian untuk pemberian vaksinasi lebih cepat dan masih valid jika diberikan atau yang disebut dengan “Grace Period”, yakni kurang dari sama dengan 4 hari sebelum usia atau interval minimalnya,” terang dr. Soraya.
Jadi, jika ada orang tua bertanya, bolehkah imunisasi lebih cepat, jawabannya boleh, Bunda. Dr. Soraya menjelaskan, waktu yang aman atau bisa ditoleransi adalah 4 hari sebelum usia usia anak Anda, Bunda.
Artikel terkait: Fakta dan Jadwal Lengkap Vaksin Anak Menurut Ahli, Parents Perlu Tahu!
Faktor Imunisasi Lebih Cepat pada Anak
Ada beberapa faktor yang sering kali membuat anak menerima imunisasi lebih cepat dari jadwal. Menurut dr. Soraya, imunisasi dapat diberikan lebih cepat pada kondisi-kondisi tertentu yang mendesak. Contohnya:
- Perjalanan luar negeri. Apabila anak akan melakukan perjalanan internasional bersama dengan orang tua atau keluarganya.
- Kejadian Luar Biasa (KLB). Yang kedua jika anak mengalami kondisi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), seperti adanya suatu penyakit atau wabah di wilayah tersebut.
Dalam hal ini “Grace Period” tidak berlaku untuk interval antar dosis pada vaksin jenis hidup (live attenuated). “Artinya, harus sesuai dengan interval yang direkomendasikan,” kata dr. Soraya.
Sejauh ini tidak ada jenis imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan lebih cepat.
“Grace period” ini hanya berlaku untuk imunisasi jenis mati sempurna (inactivated), dan bila anak mengalami dua kondisi mendesak di atas. Namun, bila tidak ada kondisi mendesak, sebaiknya tetap diberikan sesuai dengan usia atau interval yang sudah ditentukan.
Dampak Baik dan Buruk Imunisasi Lebih Cepat dari Jadwal
Sejauh ini banyak orang tua yang sadar akan pentingnya imunisasi bagi anak-anak mereka. Mereka juga kerap mengusahakan agar imunisasi dilakukan sesuai dengan interval usia anaknya. Ada anggapan, bila anak menerima imunisasi jauh sebelum usia yang dianjurkan, imunisasi justru akan berdampak buruk pada kesehatan anak.
Imunisasi yang diberikan sesuai usia anak –selama masih dalam masa “Grace Period”- ‘khasiatnya dianggap bermakna. Namun, kata dr. Soraya, apabila melewati atau melebihi waktu “Grace Period”, maka imunisasi dianggap tidak bermakna dan tidak efektif. Sehingga, imunisasi harus diulang sesuai jadwal imunisasi yang seharusnya.
Artikel terkait: Kenapa harus vaksin? Dokter Apin jelaskan pentingnya imunisasi untuk bayi
Bila Imunisasi Terlambat Diberikan
Lantas bagaimana bila sebaliknya, apa dampaknya bila imunisasi diberikan terlambat? Misalnya, mendekati jadwal imunisasi si kecil sakit. Jadi, kapan waktu yang tepat ia bisa menerima vaksin setelah kesembuhannya?
“Imunisasi yang dilakukan terlambat tetap masih bisa diberikan, hanya saja semakin mengulur waktu untuk imunisasi, perlindungan pada anak juga semakin tidak optimal dari penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi,” kata dr. Soraya.
Imunisasi dapat dilakukan kapan saja setelah si kecil kembali sehat.
Dr. Soraya menambahkan, “Kecuali, pada anak yang memiliki riwayat penyakit kronis atau bawaan di mana sempat mengonsumi obat-obatan tertentu. Hendaknya konsultasikan kepada dokter mengenai waktu terbaik untuk melengkapi imunisasi.”
Artikel terkait: Panduan berat badan ideal bayi 2 bulan, dan vaksin yang wajib diberikan
Persiapan Anak Sebelum Menerima Imunisasi
Berikut ini beberapa persiapan yang bisa dilakukan orang tua sebelum buah hatinya mendapatkan imunisasi. Yaitu :
- Pastikan anak dalam kondisi sehat.
- Gunakan baju yang nyaman agar memudahkan proses imunisasi. Seperti tidak mengenakan pakaian terlalu ketat.
- Bila ada, boleh diberikan mainan atau boneka kesukaan anak sebagai distraksi agar anak merasa nyaman dan tidak takut.
- Siapkan catatan/buku vaksinasi anak.
Bunda jangan lupa juga menanyakan kepada dokter atau petugas kesehatan, apa yang bisa diberikan kepada anak bila ia mengalami demam pascavaksin, baik itu obat atau makanan/minuman.
Umumnya, bila bayi rewel setelah vaksin, Bunda disarankan untuk memberikan ASI atau susu formula kepada bayinya. Bila demam berlanjut selama beberapa lama, paracetamol bisa diberikan.
Mengenai vitamin atau suplemen tambahan –untuk mengurangi dampak vaksin- tidak perlu menurut dr. Soraya.
“Efek samping setelah imunisasi biasanya ringan, tidak berlangsung lama (biasanya akan hilang kurang dari 3 hari) dan dapat diatasi.”
Akan tetapi, bila buah hati Bunda mengalami efek samping sistemik seperti demam (suhu tubuh anak > 38°C), lakukan cara sederhana ini:
- Berikan kompres hangat, ASI/susu/cairan yang banyak
- Konsumsi obat penurun demam bila perlu.
- Efek samping lokal seperti bengkak kemerahan pada lokasi suntikan. Dapat diatasi dengan kompres menggunakan es batu yg dibalut kain tipis selama 15-20 menit lalu dapat diulang 3-4 kali per hari.
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai bolehkah imunisasi lebih cepat dilakukan pada anak. Semoga Bunda tidak merasa bingung dan khawatir lagi, ya.
Reasons to Follow CDC’s Recommended Immunization Schedule
www.cdc.gov/vaccines/parents/schedules/reasons-follow-schedule.html
Baca juga:
Pentingnya Vaksinasi Anak di Era Pandemi, Wajib Ikut Demi Keselamatan!
Orang Tua Wajib Tahu! Pentingnya Vaksinasi COVID pada Anak Usia 6-11 Tahun Menurut IDAI