Pentingnya Terapkan Body Image Positif kepada Praremaja, Bisa Pengaruhi Psikologis

Body image adalah gambaran tubuh kita yang ada di dalam pikiran kita.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kondisi psikologis anak mulai sedikit labil ketika memasuki usia praremaja. Terkadang, ia tak percaya diri dengan apa yang dimilikinya. Adapun salah satu hal yang memengaruhinya yaitu body image. 

Melansir dari Raisingchildren, body image atau citra tubuh adalah bagaimana serta apa yang seseorang pikirkan dan rasakan tentang tubuhnya. Ini termasuk gambaran tubuh kita yang ada di dalam pikiran kita. Gambaran citra tubuh ini bisa ke arah positif maupun negatif.

Citra tubuh yang positif atau sehat adalah perasaan senang dan puas dengan tubuh sendiri, serta nyaman dan menerima penampilan diri sendiri. Sementara yang negatif, perasaan tak senang dengan penampilan diri sendiri. Seseorang yang merasa seperti ini ingin mengubah ukuran dan bentuk tubuhnya. 

Sebagai orang tua, tentu saja Parents ingin buah hati memiliki body image yang positif. Sayangnya, membangun pemikiran body image positif tidaklah mudah, terutama jika anak memasuki usia praremaja.

Artikel terkait: 8 Tanda Masa Pubertas pada Anak Laki-laki, Si Anak Lanang Sudah Mengalaminya?

Salah Satu Faktor Penerimaan Body Image Adalah Usia Praremaja

Tak bisa dipungkiri, usia praremaja di mana anak mengalami pubertas adalah salah satu faktor yang memengaruhi anak dalam penggambaran body image-nya. Masih mengutip dari Raisingchildren, selama masa pubertas, tubuh anak akan mengalami banyak perubahan.

Akan tetapi, pada saat yang sama, menyesuaikan diri dan bisa terlihat sama dengan orang lain menjadi hal lebih penting baginya. Oleh karenanya, itulah yang akan membuat anak akan membentuk gambaran body image yang seperti apa, positif atau negatif.

Faktor Lain yang Memengaruhi Citra Diri Seseorang

Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan keluarga, kemampuan atau disabilitas, sikap teman sebaya, media sosial, latar belakang budaya, dan lainnya. Tak luput, Parents sebagai orang tua pun memiliki pengaruh pada citra tubuh anak.

Ada banyak hal yang dapat Parents lakukan untuk membantu anak mengembangkan citra tubuh yang positif, yakni:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Berbicara kepada anak dan mendengarkannya
  • Berfokus kepada anak Anda sebagai pribadi yang utuh
  • Menjadi panutan citra tubuh yang positif
  • Berbicara tentang tubuh dan citra tubuh dengan anak
  • Anak membutuhkan bantuan Parents untuk memilah dan memahami pesan tentang tubuhnya

Contoh sederhana yang bisa Parents lakukan yaitu hanya dengan mendengarkan secara aktif bagaimana perasaan anak tentang perubahan fisik saat ia pubertas. Cara ini menunjukkan jika Parents benar-benar memerhatikan kekhawatiran anak dan menunjukkan bahwa Parents peduli serta tertarik dengan apa yang dia katakan.

Apabila bingung harus bagaimana menanggapinya, Parents dapat meyakinkannya bahwa perubahan itu normal dan berarti ia sedang tumbuh dewasa.

Selain itu, bisa berbicara kepada anak tentang penggambaran body image di media sosial atau platform lainnya. Beberapa gambar menetapkan cita-cita yang tidak realistis untuk remaja. Namun, Parents dapat membantu dengan menjelaskan bagaimana gambar sering dimanipulasi secara digital sehingga orang terlihat lebih ‘cantik’ daripada yang sebenarnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Masih Suka Dilakukan, 8 Kesalahan Mengasuh Remaja Ini Sebaiknya Dihindari

Bagaimana Body Image Memengaruhi Kesehatan Mental Praremaja? 

Pada anak muda, ketidakpuasaan tubuh telah dikaitkan dengan perilaku pengambilan risiko dan masalah kesehatan mental.

Melansir dari situs Mental Health Foundation, sebuah survei terhadap remaja Inggris oleh Be Real menemukan 36% orang setuju akan melakukan ‘apa pun yang diperlukan’ untuk terlihat baik, 57% mengatakan telah mempertimbangkan untuk melakukan diet, dan 10% mengatakan mereka telah mempertimbangkan operasi plastik. Di antara anak laki-laki sekolah menengah, 10% mengatakan mereka akan mempertimbangkan menggunakan steroid untuk mencapai tujuan mereka.

Citra tubuh yang negatif juga dapat mencegah anak muda menerapkan perilaku hidup sehat. Selain itu, ketidapuasan tubuh dan tekanan untuk menjadi kurus telah dikaitkan dengan gejala depresi dan gejala gangguan kecemasan seperti kecemasan sosial atau gangguan panik. Terutama anak-anak yang tidak sesuai dengan pandangan masyarakat tentang ‘tubuh ideal’.

Artikel terkait: Anak Korban Bullying Berpotensi Jadi Pelaku Bully, Parents Harus Waspada!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa berat badan dan indeks massa tubuh (BMI) berkorelasi dengan ketidakpuasan tubuh. Anak muda yang kelebihan berat badan atau obesitas melaporkan gejala depresi yang lebih besar dan harga diri yang lebih rendah daripada teman-temannya.

Penelitian yang dilakukan kepada perempuan muda juga menemukan kemungkinan pikiran bunuh diri lebih tinggi di antara perempuan yang melaporkan perilaku pengendalian berat badan ekstrem, misalnya mengonsumsi pil diet, diuretik, atau pencahar. Dengan studi tambahan menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang citra tubuh mungkin menjadi faktor risiko.

Adanya informasi tersebut seharusnya bisa menjadi pengingat jika body image sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan mental anak praremaja. Oleh karena itu, mulai sekarang mari ajarkan tentang body image positif kepada buah hati, agar ia bisa menerapkannya. Jangan lupa, Parents juga harus menerapkan body image positif terlebih dahulu kepada diri sendiri.

 

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

Baca juga:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jangan Mau Direndahkan, 8 Cara Menghadapi Catcalling yang Sering Dialami Remaja Perempuan!

Hati-Hati Kondisi FOMO pada Remaja, Dapat Mengganggu Kesehatan Psikologis

Alasan Remaja Sering Curhat di Media Sosial, Ini Penjelasan Psikolog

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan