Dua kali blighted ovum (janin tidak berkembang) tidak menyurutkan semangat Anne untuk mendapatkan momongan.
Saat itu Anne Mariane telah menikah selama 10 tahun. Sebagaimana pasangan lainnya ia dan suami sangat mendambakan kehadiran anak.
Sayang, ibu yang berprofesi sebagai desainer ini musti menghadapi ujian dari Yang Maha Kuasa karena dua kali mengalami blighted ovum, atau janin tidak berkembang di dalam kandungan.
Kondisi ini seringkali terjadi pada trimester pertama dan seringkali tidak disadari, karena ibu tetap merasakan tanda-tanda kehamilan dan seolah semua baik-baik saja.
Kali ini, kami meminta Anne untuk berbagi pengalamannya dalam menantikan si Buah Hati, serta tips-tips menarik lainnya untuk kita semua.
Apakah yang dilakukan Anne setelah mengalami 2 kali blighted ovum? Lalu metode apa yang digunakan sehingga ia berhasil hamil lagi dan melahirkan bayi perempuan yang sehat walafiat? Ikuti penuturannya pada wawancara eskslusif ini.
Anne, sudah berapa lama Anda menantikan kehadiran momongan?
Saya menantikan bayi selama 10 tahun, dan selama itu pula saya mengalami blighted ovum sebanyak dua kali. Yang pertama terjadi pada kehamilan pertama yaitu di tahun 2009, dan terjadi lagi pada kehamilan kedua di tahun 2013.
Di tahun 2013 juga, saya berhasil hamil ketiga kalinya dengan lancar. Putriku Aira lahir di tahun 2014, dan sekarang saya sedang hamil untuk keempat kalinya. Sekarang ini kehamilan saya sudah menginjak usia 32 minggu.
Oh, selamat ya Anne. Bagaimana Anda mengetahui kalau janin tidak berkembang?
Blighted ovum diketahui ketika melakukan USG pada minggu-minggu pertama kehamilan. Pada USG pertama tampak sebuah titik yang kabur di layar, dan minggu berikutnya titik itu tidak menunjukkan perkembangan.
Apa yang dilakukan setelah mengetahui blighted ovum tersebut? Lalu apa saran dokter saat itu?
Ya digugurkan. Tidak ada saran apa-apa dari dokter. Ia hanya bilang saya bisa mencoba hamil lagi kapan saja secepatnya… begitu saja saran yang selalu saya dengar.
Makanya, ketika saya hamil kedua kalinya di tahun 2013, saya surprise karena bisa berhasil hamil lagi dengan cepat dan akhirnya melahirkan Aira. Obgyn (dokter spesialis kandungan) saya sampai ikut surprise dan happy.
Apakah Anda mengikuti program terapi kesuburan/kehamilan selama 10 tahun tersebut?
Alami aja, ngga pakai berobat atau ikut program hamil. Saya rasa, kehamilan ketiga bisa berhasil setelah pindah ke rumah yang lebih sehat, berhenti bekerja di luar rumah dan bekerja dari rumah saja. Ternyata hal-hal itu pengaruhnya besar ke mindset.
Menurut Anda, apakah stres pekerjaan, jarak rumah ke kantor, dan kemacetan yang membuat tubuh tidak relaks selama menantikan kehamilan?
Ya. Dulu rumah saya di dekat Depok, sedangkan kantor di Sudirman. Masalahnya pekerjaan sering menuntut saya overtime (lembur).
Apakah dokter mengatakan bahwa pekerjaan, misalnya stres dan terlalu lama bekerja di depan komputer, mempengaruhi kesehatan kandungan?
Saya belum pernah menanyakan hal itu juga ke dokter. Seingatku penyebabnya memang ngga terlalu jelas, jadi bisa dialami siapa aja. Tapi saat mengalami blighted ovum saya memang sering lembur.
Lalu mengapa Anne merasa rumah yang dulu ditinggali tidak sehat?
Di rumah saya yang lama, polusinya tinggi. Terutama polusi suara dan debu, karena rumah itu berada di tepi jalan besar.
Saya jadi susah beristirahat dan kualitas udara yang buruk bikin saya sering sakit. Begitu saya pindah ke lokasi yang lebih sepi dan udara pagi di sana lebih bersih, tubuh saya juga terasa lebih sehat.
Apa yang Anda dan suami lakukan untuk saling menguatkan hati selama belum memiliki momongan?
Saya dan suami saling menjaga perasaan saja. Kami menikmati extended honeymoon, ha ha… Untunglah keluarga kami bukan tipe yang menuntut harus punya cucu sesegera mungkin.
Suami juga tidak menyalahkan atau mempertanyakan kenapa kami lama tidak punya anak. Kami bawa semuanya jadi santai saja. Kalau ada yang sedih, ya saling menghibur. ‘Gitu saja.
Penantian selama 10 tahun berakhir dengan bahagia.
Apa harapan Anda saat ini?
Baru memiliki anak di usia 40 tahun berarti berpacu dengan usia. Mudah-mudahan kami cukup sehat untuk menghantar anak-anak hingga dewasa.
Untuk itu kami juga harus mengatur strategi juga sih, misalnya mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat. Setelah hamil anak kedua, kami tidak berencana punya anak lagi.
Rasanya semakin ‘tua’ dan semakin repot. Kami lebih suka mengurus bayi sendiri, tanpa asisten rumah tangga.
Apakah saran/tips Anda untuk ibu-ibu lainnya yang tak kunjung mendapatkan momongan?
Jaga pikiran agar tetap positif, dan jauhi stres. Mungkin bisa ditambah dengan berolahraga yang lebih teratur, serta menjaga pola makan agar tidak terlalu gemuk, karena berat badan juga banyak pengaruhnya ke hormon.
Memang, budaya kita di Indonesia kan orang-orang sering “kepo” banget menanyakan kapan punya anak, walaupun mungkin hanya basa-basi ataupun bentuk perhatian.
Saya berusaha percaya saja bahwa semua ada hikmahnya, dan sudah diatur oleh Tuhan yang Maha Perencana. Mungkin, saya dua kali mengalami blighted ovum karena kami berdua belum saatnya menjadi orangtua.
Selain menjadi ilustrator freelance, kini Anne Marianne juga aktif mengelola Tupai Merah, bisnis pernak pernik dekorasi rumah berupa miniatur yang terbuat dari polymer clay dan resin.
Mulanya semua figur buatan Tupai Merah sengaja didesain mengikuti selera dan imajinasi pemesan. Ini menjadikan karya-karyanya unik dan tak ada duanya, karena setiap klien mendapatkan purwarupa/prototype yang berbeda. Kini Tupai Merah juga mulai memproduksi hiasan rumah tematik, misalnya untuk penggemar Harry Potter atau Tintin.
Parents, semoga pengalaman ibu di atas dapat menjadi tambahan pengetahuan serta menyemangati pasangan lainnya yang menantikan buah hati.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Cara Hamil Bayi Laki-Laki
Cara Cepat Hamil
Makanan Tradisional Cina agar Cepat Hamil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.