Jumlah perceraian semakin meningkat. Penyebabnya tentu saja beragam. Mulai dari faktor ekonomi, hingga perselingkuhan. Namun, tidak sedikit juga pasangan suami istri yang sudah memutuskan bercerai tapi masih satu rumah.
Biasanya keputusan ini diambil dengan alasan untuk kebaikan anak. Tidak ingin anak kehilangan figur kedua orangtuanya. Seperti yang kita ketahui, bahwa perceraian mau tidak mau memang bisa memengaruhi tumbuh kembang anak.
Setidaknya, keputusan seperti ini sempat dilakukan oleh Deddy Corbuzier dan mantan istrinya, Kalina Ocktaranny. Tidak hanya pasangan selebriti ini, seorang ibu, sebut saja Dina juga mengakui bahwa dirinya akan memutuskan tinggal satu atap dengan suami meskipun akan bercerai.
“Saat ini memang masih proses cerai, tapi kalau sudah resmi kami akan tetap tinggal satu rumah. Sebenarnya ide ini datang dari mertua, katanya memang lebih baik tinggal satu rumah dulu karena anak masih kecil, dan belum bisa memahami kenapa orangtuanya harus bercerai,” ujarnya pada theAsianParent Indonesia.
Lebih lanjut, Dina mengatakan ia dan pasangan sudah sama-sama memiliki kesepatakan. “Salah satunya, kita berdua tidak memperkenalkan sosok baru, if one day kami berdua punya pasangan baru,” tuturnya lagi.
Namun, benarkah keputusan bercerai tapi masih satu rumah tepat dilakukan dan ini jadi keputusan terbaik untuk anak ataupun pasangan suami istri yang melakukannya?
Psikolog: Bercerai tapi masih satu rumah, hanya menunda masalah
Ditemui di acara Arisan Resik V yang dilangsungkan belum lama ini, Ajeng Raviando sebagai psikolog keluarga memberikan tanggapan dengan keputusan pasangan suami istri yang bercerai tapi masih satu rumah.
“Saya pernah bertemu dengan kasus seperti ini, bahkan pasangan suami istri tersebut sudah bercerai tapi masih tinggal satu rumah selama 7 tahun dan anaknya tidak tahu. Harapannya sama seperti itu, merasa anak masih kecil, maka keputusan itu yang terbaik buat anaknya,” katanya.
“Tapi keputusan ini sebenarnya hanya menunda masalah. Terbayang tidak, jika tiba-tiba saja, ayahnya pergi dengan ‘perempuan lain’ atau sebaliknya, hal ini tentu akan berdampak buruk pada anak.”
Lebih lanjut Ajeng Rivaldo menerangkan keputusan untuk bercerai tapi masih satu rumah biasanya tanpa disadari dipengaruhi latar belakang faktor psikologis. Untuk itulah, Ajeng menyarankan bagi pasangan yang ingin melakukannya, perlu mencermati keputusan ini.
“Mungkin sebenarnya keputusan bercerai itu belum maksimal, kalau mau tetap serumah kenapa tidak coba diperbaiki lagi pernikahannya? Kalau masih bisa bisa serumah, sebenarnya ada indikasi bahwa hubungan tersebut masih bisa dijalin dengan lebih baik lagi.”
Baca juga : Ingin bercerai? Baca dulu 9 nasihat dari terapis pernikahan ini
Bercerai tapi masih satu rumah, tidak sehat untuk hubungan keluarga
Ditegaskan oleh Ajeng, bahwa keputusan bercerai tapi masih satu rumah sebenarnya tidaklah sehat. Karena akan ada banyak dampak negatif yang justru ditimbulkan baik untuk pasangan itu sendiri ataupun untuk anaknya.
“Bercerai tapi masih satu rumah bisa berdampak negatif, apalagi saat keduanya masih ada niat untuk berumah tangga lagi, termasuk efek sosial di mana banyak pertanyaan yang timbul dari lingkungan. Selain itu, dengan tetap tinggal satu rumah apakah menjamin hubungan akan baik-baik saja? Bagaimana jika pernikahan jadi dingin dan terus diisi dengan pertengkaran?” tandasnya.
Jika kondisi ini dibiarkan, anak justru akan belajar bahwa hubungan suami istri memang seperti itu. Padahal tidak. “Jadi, ya, memang selesaikan saja sampai tuntas, jika memang ada keinginan untuk tetap serumah, perbaiki. Mempertahankan rumah tangga itu memang tidak mudah, karena memang perlu kerja keras dan komitmen dari suami istri.”
Psikolog jebolan Universitas Indonesia ini menambahkan, perlu dipahami oleh orangtua bahwa sebenarnya konflik yang berlangsung terus menerus dan selalu dilihat oleh anak, justru akan jauh lebih berbahaya.
“Jika khawatir kalau anak sulit beradapsi dengan kondisi perceraian, sebenarnya anak yang orangtuanya bercerai dan hidup bebas konflik justru penyesuaian diri mereka akan jauh lebih baik daripada anak dengan keluarga utuh namun penuh dengan konflik”.
Di samping itu, saat anak sudah besar dan mulai bisa ‘membaca’ situasi dan kondisi, bukan tidak mungkin anak akan merasa dibohongi. Untuk itulah, meskipun anak balita belum mengerti konsep bercerai, namun anak perlu diberikan pemahaman sesuai dengan usianya.
Satu hal terpenting, anak juga perlu tahu bahwa perceraian tidak akan mengurangi rasa sayang kedua orangtua untuknya, sehingga perceraian membuat anak merasa sendirian dan takut. Untuk itu orangtua perlu mengeskspresikannya dalam bentuk pelukan, belaian, dan ciuman.
Baca juga :
Bunda, menolak bercerai demi anak ternyata bukan keputusan yang baik!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.