Riska tahu bahwa pernikahannya tak bahagia. Sekalipun hubungannya dengan suami makin lama makin memburuk, ia berpikir bahwa bagaimanapun ia perlu menolak bercerai demi anak mereka.
Ia tidak mau suatu hari anaknya malu karena tak punya orangtua lengkap seperti yang lainnya. Yang lebih penting, ia tak bisa membayangkan bahwa anaknya hanya dapat tumbuh dewasa bersama salah satu dari mereka.
Banyak istri seperti Riska yang menolak bercerai demi anak. Terutama jika ia belum mampu membiayai dirinya sendiri dan anak-anak jika bercerai dengan suami suatu hari nanti.
Berikut beberapa pertimbangan tentang kerugian yang terjadi jika Bunda menolak bercerai demi anak seperti disarikan dari Pop Sugar:
1. Menolak bercerai bisa mewariskan depresi Bunda ke anak
Bertahan di dalam pernikahan yang tak membahagiakan demi anak-anak awalnya bertujuan agar anak tak sedih dengan perpisahan orangtuanya. Namun tanpa disadari, anak-anak pun jadi bersedih jika menyadari bahwa orangtuanya tidak bahagia.
Anak yang usianya masih kecil hanya akan merasa bahwa ibunya tidak baik-baik saja. Namun anak yang sudah beranjak dewasa sangat menyadari bahwa ibunya punya masalah dalam pernikahan dan hal itu akan memengaruhi pemikirannya soal pasangan hidup serta kesehatan mentalnya kelak.
Artikel terkait: Bahagia atau tidaknya pernikahan memengaruhi kesehatan jantung.
National Research Council dan the Institute of Medicine pada tahun 2009 mengungkapkan riset tentang hal ini. Mereka mengungkapkan bahwa anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan pernikahan yang tidak bahagia memiliki beberapa masalah soal emosi dan kepercayaan diri.
2. Pura-pura bahagia bisa membuat keadaan makin buruk
Bunda bisa saja berpura-pura bahwa pernikahan Anda bahagia. Masalahnya, mau sampai kapan bersandiwara?
Tanyalah pada diri sendiri, apakah energi Bunda cukup untuk melakukan itu sepanjang hidup? Pertimbangkan baik-baik, jika suatu hari anak Anda ada di posisi seperti ini, apakah sebagai orangtua Anda ingin dia bertahan dalam situasi yang menyiksa batin seperti ini?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu Bunda jawab sendiri. Bunda perlu mempertimbangkan, apakah sosok Anda yang bertahan di pernikahan bagai neraka ini bisa jadi contoh baik untuk anak kelak dibanding menjadi single parent yang mandiri?
Hati Bunda tahu jawaban terbaik atas pertanyaan-pertanyaan di atas.
3. Bebas tapi penuh perjuangan atau terperangkap dalam pernikahan tak bahagia?
Pilihan Bunda akan mendewasakan anak nantinya. Mungkin saat masih kecil, anak akan membenci perceraian orangtuanya.
Namun saat mereka sudah dewasa, mereka akan memahami bahwa perpisahan orangtuanya adalah cara terbaik untuk menyelamatkan kondisi psikologis yang ‘remuk’ pada saat itu. Bunda bisa mengajarkan bahwa kuat adalah berani mengambil keputusan tegas untuk pergi, bukan untuk bertahan dalam siksaan batin.
Barangkali Bunda akan berpikir bahwa anak Anda akan dicap sebagai anak yang broken home. Tapi, Bunda bisa mengajarkan padanya cara menjadi kuat saat ia mengalami patah hati suatu hari nanti.
Jika Bunda ragu, bicaralah pada konselor pernikahan, dengan atau pun tanpa ditemani pasangan. Hal utama yang perlu Bunda pikirkan adalah menyelamatkan diri sendiri dulu.
Hanya dalam kondisi sehat dan bahagia, Bunda bisa menjadi sandaran untuk anak-anak. Beberapa orang memang harus berpisah untuk menyelamatkan hal yang lebih besar kelak.
Baca juga:
Bagaimana Menjelaskan Perceraian Orangtua pada Anak Dengan Baik
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.