Ponsel telah digunakan sejak tahun 1990-an. Terdengar cukup lama memang, akan tetapi dalam hal penelitian, rentang waktu tersebut tidak cukup untuk memastikan tentang bahaya radiasi ponsel terhadap janin.
Penelitian yang telah dilakukan selama ini tidak dapat menunjukkan risiko serius bagi kesehatan janin dalam jangka pendek. Meski demikian, ada baiknya kita mempelajari apa kata para ahli berikut ini.
Penelitian terkait bahaya radiasi ponsel
Dalam satu penelitian yang paling sering dikutip media, tim ilmuwan di Yale menempelkan ponsel di atas kandang yang berisi tikus-tikus hamil. Ponsel dibuat dalam keadaan aktif dan menerima panggilan terus-menerus, selama dua minggu.
Ketika bayi tikus lahir, para peneliti mengamati perilaku mereka. Tikus yang lahir dari ibu yang terkena radiasi ponsel terus menerus, cenderung menunjukkan tanda-tanda masalah perilaku seperti hiperaktif.
Namun, penelitian pada tikus tidak selalu berlaku pada manusia, yang mempunyai fisik jauh lebih besar. Juga kecil kemungkinan manusia menghabiskan 24 jam sehari, 7 hari seminggu berbicara di telepon terus-menerus selama kehamilan.
Pada penelitian lainnya, sekelompok peneliti di Denmark melakukan survey terhadap 28,745 perempuan yang memiliki anak berumur 7 tahun. Sebanyak 3,1% anak dari ibu yang mengaku menggunakan ponsel selama kehamilan, memiliki anak dengan gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktif, dan kesulitan berinteraksi.
Tapi studi ini tidak mencatat faktor-faktor lainnya, seperti sejarah psikiatri dari pihak ayah. Juga para ibu yang sering menggunakan ponsel selama kehamilan cenderung memiliki kebiasaan yang sama setelah anak lahir, sehingga ibu seringkali mengabaikan waktu bersama anak.
Sedangkan faktanya, ketika bayi atau anak kecil kehilangan perhatian yang mereka butuhkan, mereka akan lebih cenderung memiliki masalah perilaku di kemudian hari.
Baca juga: 3 Dampak Buruk Bila Anda Bermain Smartphone Sambil Mengasuh Anak
Penelitian ini juga tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat yang pasti antara paparan ponsel dan masalah perilaku pada anak.
“Ada beberapa teori, tapi kita tidak tahu pasti,” kata Leeka Kheifets, PhD, profesor epidemiologi di UCLA School of Public Health, di dalam website Webmd. “Paparan radiasi telepon seluler terhadap janin sangatlah rendah, sehingga tidak jelas bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi perkembangan janin.”
Namun melakukan beberapa tindakan pencegahan sederhana untuk mengurangi paparan radiasi ponsel selama kehamilan tampaknya tetap lebih bijaksana.
“Sementara penelitian terus berkembang, tetap lakukan pencegahan,” terang Kheifets. “Sangat mudah untuk mengurangi eksposur dengan menjaga jarak ponsel dari tubuh dengan menggunakan perangkat hands-free, jadi kenapa tidak dilakukan?”
Ternyata barang elektronik lain juga punya radiasi serupa
Memang masih dibutuhkan banyak waktu bagi para peneliti untuk menemukan secara jelas kaitan penggunaan ponsel selama kehamilan dengan perilaku anak setelah lahir. Namun sementara itu, ada baiknya Bunda mengetahui fakta tentang bagaimana radiasi ponsel bekerja.
Ponsel memancarkan gelombang radio tingkat rendah, yang disebut radiasi elektromagnetik non-pengion. Banyak barang sehari-hari di sekitar Bunda juga demikian, seperti televisi, komputer, dan microwave.
Radiasi non-pengion ini jauh lebih ringan daripada radiasi pengion, yang dipancarkan oleh sinar X, mesin terapi radiasi, dan CT scan.
Para ahli sepakat bahwa radiasi non-pengion memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat mengganggu janin. “Untuk saat ini, tidak ada efek kesehatan yang merugikan telah ditetapkan sebagai akibat oleh penggunaan ponsel,” terang WHO dalam situs mereka.
Perhatikan nilai SAR, angka yang menyatakan tingkat radiasi ponsel
Setiap ponsel memiliki peringkat sesuai dengan tingkat radiasi yang dikeluarkan. Peringkat ini disebut nilai specific absorption rate (SAR).
Nilai SAR menjelaskan jumlah maksimum radiasi yang diserap oleh tubuh ketika kita menggunakan ponsel. Semakin tinggi nilai SAR ponsel, semakin tinggi radiasi yang diserap tubuh.
Selain itu pada prakteknya, jumlah radiasi yang dipancarkan ponsel tergantung pada seberapa kuat sinyal. Semakin kuat sinyal, ponsel tidak perlu bekerja terlalu keras, maka semakin rendah nilai radiasi yang dipancarkannya.
Dengan demikian, menggunakan ponsel hanya saat sinyal kuat adalah salah satu cara untuk mengurangi tingkat radiasi terhadap tubuh.
Lalu bagaimana cara lainnya untuk mengurangi paparan radiasi ponsel? Beberapa tips berikut ini bukan hanya baik untuk ibu hamil, tetapi juga untuk kita semua.
Berbagai cara menghindari radiasi ponsel
Jika dalam keseharian Bunda sangat tergantung pada ponsel, jangan terlalu khawatir. Bunda dapat mengurangi paparan radiasi dengan beberapa cara di bawah ini:
- Gunakan telepon selular sesedikit mungkin, hanya saat Bunda benar-benar membutuhkannya.
- Kirim SMS, pesan di messager, akan lebih baik daripada melakukan panggilan melalui telepon selular.
- Jangan menelepon terlalu lama. Selain menghindari radiasi, menelepon juga cukup menghabiskan waktu.
- Cari tempat dengan sinyal kuat sebelum melakukan panggilan dengan telepon selular. Hal ini berkaitan dengan penjelasan kami sebelumnya.
- Gunakan perangkat hands-free ketika menelepon. Cara ini jauh lebih nyaman dan Bunda dapat menelepon sambil mengerjakan hal lainnya. Lebih efisien bukan?
Potensi risiko radiasi ponsel dengan kehamilan sebenarnya sangat kecil dibandingkan dengan bahaya lain. Namun jika Bunda tetap menggunakan ponsel setiap saat, Bunda tidak perlu terlalu khawatir.
Pada akhirnya, mengurangi stres yang tidak perlu jauh lebih penting untuk kesehatan bayi Bunda.
Bunda, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Bunda, baca juga berbagai artikel menarik lainnya:
Perkembangan Janin Dari Minggu ke Minggu
10 Cara Agar Bayi Cerdas Sejak Dalam Kandungan
7 Hal yang Perlu Dihindari Ibu Selama Hamil Agar si Bayi Menjadi Anak yang Cerdas Cemerlang
12 Mitos dan Fakta Seputar Kehamilan
Berbagai Gejala Melahirkan Prematur yang Perlu Diketahui oleh Setiap Ibu Hamil