Dua Bayi Prematur Meninggal di RS Al-Shifa Palestina Pasca NICU Mati Listrik, 30 Bayi Lainnya Terancam

Serangan terjadi di dekat rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa Palestina yang mengakibatkan dua bayi meninggal dunia. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Serangan bertubi-tubi yang terjadi di Gaza belum juga mereda. Terbaru, serangan terjadi di dekat rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa Palestina yang dikabarkan mengakibatkan beberapa bayi yang dirawat di rumah sakit tersebut meninggal dunia. 

Dua Bayi Prematur Meninggal Pasca Ruang NICU Mati Listrik

Ilustrasi: Freepik

Serangan yang terjadi di Gaza hingga hari ini masih terus menyisakan kisah pilu. Terakhir, dua bayi prematur dikabarkan meninggal di RS Al-Shifa di Gaza Palestina setelah unit perawatan intensif neonatal (NICU) berhenti bekerja karena kekurangan listrik, dilansir dari laman Al Jazeera. 

“Sayangnya, kami kehilangan dua dari 39 bayi karena pemadaman listrik. Dua bayi tersebut adalah bayi prematur yang memerlukan perawatan sangat intensif,” ungkap Abu Salmiya. 

Ia menjelaskan, kedua bayi tersebut meninggal karena kekurangan bahan bakar di rumah sakit yang menyediakan listrik ke inkubator sehingga memungkinkan suhu hangat dan aliran oksigen konstan. Namun, rumah sakit tersebut telah dikepung dan menjadi sasaran serangan sengit Israel. 

“Mereka meninggal karena suhu rendah dan kekurangan oksigen. Kami sekarang menggunakan metode primitif untuk menjaga bayi-bayi lainnya tetap hidup,” kata direktur tersebut. 

Ia menyebutkan, sebanyak 30 bayi lainnya yang juga sedang mendapatkan perawatan di unit NICU juga berisiko kehilangan nyawa, mengingat rumah sakit telah kehabisan bahan bakar untuk menyalakan inkubator mereka. 

“Kami punya listrik sampai pagi. Begitu listrik padam, bayi-bayi yang baru lahir ini akan meninggal sama seperti bayi  lainnya,” Abu Salmiya memperingatkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mohammed Obeid, seorang ahli bedah di Rumah Sakit al-Shifa juga membenarkan kematian bayi baru lahir tersebut dan mengatakan seorang pasien dewasa juga meninggal karena tidak ada listrik untuk ventilatornya.

“Kami ingin seseorang memberi kami jaminan bahwa mereka dapat mengevakuasi pasien, karena kami memiliki sekitar 600 pasien rawat inap,” katanya, dalam rekaman audio yang diposting oleh badan amal medis Doctors Without Borders. 

Artikel terkait: 5 Hal Penting Tentang Kelahiran Bayi Prematur

Ungkapan Pilu Seorang Ayah

Ismail Yassin, seorang ayah dari dua bayi perempuan prematur – Mira dan Dahab – di Rumah Sakit Al-Shifa, mengatakan dia dipisahkan dari bayi kembarnya yang berusia 33 hari ketika dia harus mengungsi ke Gaza selatan bersama istrinya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Mereka harus tetap tinggal di inkubator di Al-Shifa. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya. Saya tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak-anak saya yang baru lahir,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia telah meminta bantuan Palang Merah dan organisasi internasional untuk membantu memindahkan anak-anaknya.

“Saya ingin informasi tentang putri saya. Saya harap mereka baik-baik saja. Saya ingin seseorang memindahkan kedua bayi saya dari Al-Shifa ke saya dan ibu mereka di selatan,” pintanya, dikutip dari Al Jazeera.

Kondisi Terkini

Para saksi di rumah sakit mengatakan kepada kantor berita AFP melalui telepon bahwa terjadi tembakan tanpa henti, serangan udara, dan tembakan artileri yang menghalangi orang untuk bergerak bahkan di dalam kompleks medis.

Menurut Abu Salmiya, rumah sakit telah mencoba mengatur evakuasi dengan Palang Merah namun masih belum jelas apakah mereka dapat membantu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Saat kami berkomunikasi dengan Palang Merah, meminta perlindungan dari mereka, mereka memberi kami izin untuk memindahkan bayi-bayi tersebut ke tempat lain dalam waktu satu jam. Kami membutuhkan jalan keluar yang aman dan transportasi yang aman dengan ambulans dan inkubator untuk menjaga mereka (bayi-bayi) tetap hidup. Jika jaminan ini diberikan oleh Palang Merah, kami akan melakukan hal ini,” ungkapnya. 

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus telah memperingatkan situasi yang “mengerikan dan berbahaya” di rumah sakit Al-Shifa di Gaza, dengan mengatakan bahwa semakin banyak pasien, termasuk bayi prematur yang meninggal “secara tragis” di RS Al-Shifa Palestina.

Dua rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa dan Al-Quds, keduanya telah ditutup. Penembak jitu Israel pun terus menembaki siapa pun di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, serta menjebak ribuan orang di dalamnya, dikutip dalam sumber Al Jazeera.

***

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

www.aljazeera.com/news/liveblog/2023/11/13/israel-hamas-war-live-gazas-two-largest-hospitals-shut-amid-nonstop-raids

 

Baca juga: 

Kisah Ibu Hamil di Gaza yang Menyakitkan, Terpaksa Operasi Caesar Tanpa Bius

Ramai Perempuan di Gaza Palestina Minum Pil Penunda Menstruasi, Ini Efeknya Bagi Kesehatan

Duka untuk Para Korban, Mari Panjatkan Doa untuk Palestina berikut ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Penulis

Aulia Trisna