Catatan: Sebelum melakukan prosedur medis seperti persalinan forceps, selalu cari tahu lebih dulu apa manfaat dan risikonya dari tenaga medis profesional. Kami dari theAsianparent berduka atas meninggalnya si kecil Olivia.
Sembilan bulan sebelum kita membawa malaikat-malaikat kecil kita ke dunia, hidup rasanya dipenuhi harapan. Harapan untuk masa depan cerah dan bahagia bagi mereka.
Kita melakukan yang terbaik, makan dengan benar, istirahat yang cukup, dan menghindari hal-hal yang bisa membahayakan si janin dalam kandungan. Setelah menjaganya dengan sungguh-sungguh selama 9 bulan, kita tidak pernah menyangka bahwa sesuatu bisa saja salah saat proses persalinan.
Bagi orangtua, tragedi saat melahirkan anak bisa membuat hati begitu hancur.
Seperti mimpi buruk yang dialami Rachel Melancon (24) dan pasangannya, Allen Coats. Kandungan Rachel amat sehat hingga jelang waktu kelahiran, bayinya tak kunjung lahir.
Rachel pun kemudian meminta operasi cesar. Selain karena tak ada tanda-tanda akan melahirkan, ukuran bayinya pun cukup besar untuk tubuh Rachel yang kecil.
Ibu mertua Rachel, Angie Coats mengatakan kepada ABC News bahwa para dokter di Medical Center di sebelah tenggara Texas menyarankan untuk tetap lahiran secara normal karena cesar akan menimbulkan bekas luka.
Persalinan forceps, awal mula tragedi
Rachel mulai memasuki ruang persalinan tanggal 28 Desember. Selama persalinan, denyut jantung bayi meningkat namun Rachel diminta menunggu.
Angie mengatakan, “Delapan belas jam sebelum bayi lahir, Rachel demam 39,5 derajat! Lima jam kemudian dokter kandungan datang dan Rachel mulai mendorong bayinya keluar. Tapi kemudian ia kelelahan dan bayinya bahkan belum masuk di jalan lahir.”
Menurut laporan, posisi bayi tersebut salah dan dokter George T. Backardjiev, sang dokter kandungan, berusaha membalikkan posisi bayi dengan tangannya. Ketika cara ini tidak berhasil, ia mencoba untuk menarik bayi keluar dengan forceps (alat bantu untuk mengeluarkan bayi yang berbentuk seperti capitan).
Angie mengatakan bahwa dokter telah mengatur posisi ancang-ancang dengan menopang satu kakinya di tempat tidur. Inilah awal mula ada yang tidak beres dalam proses persalinan Rachel.
Artikel terkait: Pengakuan Seorang Ibu: “Tidak Ada yang Normal dalam Proses Persalinan Normal yang Aku Jalani”
Rachel dan Allen menyatakan di laman Facebook mereka bahwa mereka mendengar bunyi seperti kendi yang retak. Suara mengerikan ini ternyata adalah suara tengkorak bayi mereka yang retak.
Kemudian, dokter menjahit Rachel dengan posisi bayi yang masih berada di jalan lahir lalu terburu-buru untuk operasi cesar darurat.
Dalam sebuah postingan yang memilukan, Rachel mengatakan, “Saya merasa bayi saya ditarik keluar dari badan saya dan seketika ruangan menjadi sunyi. Tidak ada suara bayi menangis dan mereka menyuruh Allen meninggalkan ruangan. Itulah yang terakhir kali saya ingat sebelum terbangun dengan bayi perempuan saya yang tidak bernyawa.”
Pesan cinta Rachel dan Allen untuk bayi mereka, Olivia Marie.
Bayi yang diberi nama Olivia Marie lahir dengan tengkorak retak dan sumsum tulang belakang patah yang membuat otaknya rusak. Olivia Marie sempat bertahan selama 5 hari berkat alat penyokong kehidupan di mana orangtuanya terus berjaga di sampingnya.
Hati Rachel dan Allen begitu hancur karena kepergian malaikat kecil mereka untuk selamanya setelah alat penyokongnya dicabut. Menurut ABC News, katup jantung dan jaringan di belakang lutut dan kaki Olivia disumbangkan untuk menyelamatkan nyawa bayi lainnya.
Risiko persalinan forceps pada ibu
Tengkorak retak adalah risiko persalinan forceps yang paing diketahui masyarakat. Penting agar ibu hamil mengetahui risiko persalinan forceps dan dalam keadaan seperti apa forceps diperlukan.
Situs Mayo Clinic menyebutkan, “Persalinan forceps bisa menjadi pertimbangan jika proses persalinan Anda masuk dalam kriteria berikut: serviks Anda membesar, ketuban telah pecah, dan kepala bayi telah masuk ke jalan lahir namun Anda tak sanggup mengejan. Persalinan forceps hanya boleh dilakukan di rumah sakit di mana juga bisa dilakukan operasi cesar bila dibutuhkan.”
Selain itu, Mayo Clinic juga menyebutkan beberapa risiko dari persalinan forceps:
- Nyeri di perineum (jaringan antara vagina dan anus) setelah persalinan
- Saluran kelamin bawah robek dan luka
- Sulit buang air kecil atau mengosongkan kandung kemih
- Tidak dapat mengontrol keinginan buang air kecil dan besar dalam jangka pendek maupun panjang
- Anemia (kondisi di mana Anda tak memiliki sel darah merah yang cukup untuk mendistribusikan oksigen ke tubuh) akibat kehilangan banyak darah saat proses persalinan
- Luka/cedera pada kandung kemih maupun uretra (saluran yang menghubungkan kandung kemih ke bagian luar tubuh)
- Rahim rusak karena bayi menerobos dinding rahim hingga menembus rongga perut ibu
- Otot dan ligamen yang menyokong organ panggul melemah, mengakibatkan organ panggul lepas dari tempatnya (prolaps organ panggul)
Ilustrasi bagaimana bayi ditarik dengan forceps.
Risiko persalinan forceps pada bayi
Meski risiko ini jarang terjadi pada bayi, namun persalinan forceps juga dapat mencederai bayi.
- Cedera wajah ringan akibat tekanan forceps
- Otot wajah melemah sementara (lumpuh wajah)
- Trauma ringan mata bagian luar
- Tengkorak patah maupun retak
- Perdarahan di dalam tengkorak
- Kejang
Ingatlah untuk selalu mendiskusikan apa yang menjadi kekhawatiran Bunda mengenai risiko persalinan dengan dokter kandungan. Dokter akan memberikan informasi yang lengkap agar Bunda tahu langkah terbaik yang bisa diambil.
Apakah Bunda punya pengalaman dengan persalinan forceps? Jika ingin berbagi pengalaman dengan orangtua lainnya, silakan tinggalkan komentar pada kolom di bawah.
Baca juga:
Melahirkan dengan Forceps, Kenali Langkah Pelaksanaannya hingga Risiko bagi Janin dan Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.