Sungguh tega orangtua yang telah membiarkan bayi dikubur hidup. Padahal, banyak pasangan suami istri di luar sana yang sangat mendambakan kehadiran seorang bayi di tengah-tengah keluarga mereka.
Tindak kriminalitas orangtua terhadap bayi, seperti bayi dikubur hidup ini sudah tidak terhitung lagi oleh jari. Entah apa motif mereka melakukan kejahatan yang sangat merugikan tersebut.
Kasus bayi dikubur hidup oleh orangtuanya kembali terjadi di daerah Jajpur, Odisha.
Artikel terkait : Balita 2 tahun tewas di tangan ayah kandung, pelaku mencoba bunuh diri
Seorang saksi melihat dua kaki mungil sedang menendang-nendang tanah dari dalam gundukan tanah. Karena curiga, dia memanggil bantuan untuk menggali tanah agar bisa menyelamatkan bayi berjenis kelamin perempuan tersebut.
Bayi dikubur hidup oleh orangtuanya berhasil selamat
“Bayi itu dikubur secara terbalik, dia dibungkus kain. Kami menemukan dua kaki kecil di atas tanah dan percaya jika bayi itu hidup,” ujar seorang warga yang turut membantu menyelamatkan bayi tersebut.
Dilansir dari situs GodVine, ternyata usia bayi yang dikubur hidup oleh orangtuanya itu baru berusia 4 hingga 6 jam. Setelah berhasil diselamatkan, bayi malang ini segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
Ketika tiba di rumah sakit, bayi berada dalam kondisi kritis. Dokter dan perawat berusaha semaksimal mungkin, hingga akhirnya kondisi bayi kembali stabil.
Sekarang, bayi mungil itu sudah memiliki nama, yaitu Dharitri. Nama tersebut diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘bumi’.
Artikel terkait: Bayi baru lahir dikubur hidup-hidup, diselamatkan setelah 7 jam!
Dharitri dianggap beban oleh keluarganya
Setelah kasus ini diusut, diketahui bahwa sebelum Dharitri lahir, kedua orangtuanya telah memiliki 5 anak perempuan. Memiliki banyak anak perempuan sering dianggap sebagai beban keuangan, karena mas kawin dan tradisi budaya lainnya. Keluarga Dharitri tidak menginginkan tambahan anak perempuan, itulah mengapa ketika gadis kecil itu lahir, dia dikubur hidup-hidup.
Untuk Anda yang ingin melihat bagaimana bayi tersebut akhirnya berhasil diselamatkan dari dalam tanah, berikut adalah videonya. Namun, jika dirasa Anda tidak kuat untuk menontonnya, lebih baik untuk tidak menonton.
Dari kasus Dharitri ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk mengubah opini publik terkait tradisi budaya yang berhubungan dengan gender. Dengan demikian, tak ada lagi orangtua yang harus membunuh anaknya akibat peraturan diskriminasi yang ada dalam budaya tertentu. Sebab, semua bayi atau manusia memiliki hak yang sama untuk hidup di dunia.
Penelitian Soal Pembunuhan Bayi
Pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu atau orang tua telah terjadi sepanjang sejarah dan di seluruh dunia. Menurut penelitian yang dipublikasikan NCBI, ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu membunuh bayi. Sebuah studi tingkat makro di Amerika tentang pembunuhan bayi, menemukan peningkatan pembunuhan karena tekanan ekonomi.
Penelitian pembunuhan bayi menemukan pelakunya didominasi ibu yang menganggur di usia awal 20-an. Banyak kasus terjadi dalam konteks pelecehan anak, meskipun beberapa ibu juga pernah melakukan updaya bunuh diri. Seringkali mereka mengalami gangguan kejiwaan.
Para ibu yang melakukan pembunuhan bayi seringkali berada dalam kondisi miskin, terasing dari kehidupan sosial, pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau memiliki masalah hubungan lainnya. Latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung dan tanggung jawab utama untuk anak-anak adalah hal biasa.
Anak yang menangis terus-menerus atau faktor anak kadang-kadang menjadi pencetus pembunuhan. Beberapa ibu sebelumnya telah melecehkan anak itu, sementara yang lain sakit mental. Ibu yang lalai atau kasar seringkali merupakan pelaku penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Banyak pelakunya menderita psikosis, depresi, atau percobaan bunuh diri.
Dalam populasi pelaku pembunuhan di lembaga pemasyarakatan, para ibu sebagian besar tidak menikah, korban penganiayaan yang menganggur, yang memiliki pendidikan dan dukungan sosial yang terbatas. Ada yang mengalami penurunan kecerdasan, dan beberapa menganggap anak yang dikorbankan bukanlah hal yang tidak normal.
Beberapa penelitian pemasyarakatan mencatat ibu yang membunuh bayi pernah mengalami depresi, psikosis, penyalahgunaan zat, bunuh diri, dan perawatan kesehatan mental sebelumnya. Berbagai stres (ekonomi, sosial, riwayat pelecehan, masalah hubungan pasangan), status pengasuh utama, dan kesulitan merawat anak sering terjadi.
Sumber : GodVine
Baca juga :
Seorang perawat diduga membunuh 8 bayi di rumah sakit, apa alasannya?