Meskipun batik terkenal di Solo dan Yogyakarta namun sebutan sebagai Kota Batik justru lebih mengarah pada Pekalongan. Kota Pekalongan memang tidak terlepas dari batik. Masyarakat Pekalongan hidup dari batik yang banyak dikerjakan di rumah. Tidak ada catatan resmi tentang kapan batik Pekalongan mulai dikenal. Tetapi batik ini diperkirakan muncul pada tahun 1800-an. Batik Pekalongan mengalami perkembangan yang pesat setelah terjadi Perang Jawa/Perang Diponegoro.
Perang memaksa keluarga keraton serta pengikut-pengikutnya meninggalkan lingkungan kerajaan serta menyebar ke daerah yang ada di bagian barat dan timur. Mereka pun turut mengembangkan batik yang sebelumnya ada.
Foto: Dictio.id
Industri batik rumahan telah tumbuh serta berkembang pesat di sekitar pantai seperti kota Pekalongan, Pekajangan dan Wonopringgo. Banyak pedagang Cina dan Arab memesan batik kepada pengrajin batik yang tersebar di berbagai desa dan memperdagangkannya sebagai komoditas yang menguntungkan. Ini menandakan kota ini sudah menjadi pusat batik yang terkemuka sejak lama.
Batik Pekalongan sebenarnya mirip dengan batik Solo dan Yogyakarta. Keunggulan batik ini terletak pada penggunaan warna. Sehelai kain batik bisa menggunakan delapan warna sehingga tampak lebih indah dan menarik dibandingkan dengan batik dari daerah lainnya. Warna yang digunakan antara lain merah tua, merah muda, cokelat, biru muda, hijau tua dan ungu. Berikut ini fakta-fakta menarik mengenai Batik Pekalongan.
Fakta-Fakta Menarik seputar Batik Pekalongan
1. Mendapat Pengaruh dari Kesultanan Cirebon
Foto: pekalonganinfo.com
Kesultanan Cirebon memiliki kekuasaan hampir pada seluruh pantai utara pulau Jawa pada abad ke-15, termasuk Pekalongan. Akibatnya, kesenian dan budaya di kota ini sangat dipengaruhi kesultanan Cirebon. Termasuk dengan pola batik Pekalongan yang memiliki ragam bentuk hias yang terinspirasi dari Kesultanan Cirebon. Bentuk yang menghiasi batik ini berupa ragam hiasan keramik dari Tiongkok yang menghiasi dinding dan lantai keraton kasepuhan dan makam-makam Sultan Cirebon.
2. Mendapatkan Pengaruh Kerajaan Mataram
Motif semen (Foto: Pinterest @Mulyadi)
Selain Cirebon, Kerajaan Mataram juga menguasai daerah Pekalongan. Ketika terjadi Perang Diponegoro, keluarga keraton akhirnya terdesak dan meninggalkan keraton menuju barat dan timur. Pada bagian timur, mereka menyebar dari Tulungagung sampai ke Madura. Sedangkan pada bagian barat, mereka menyebar menuju ke Kota Kebumen sampai dengan Kabupaten Pekalongan.
Persebaran tersebut sangat mempengaruhi batik asli Pekalongan. Beberapa motif dibuat dengan peleburan antara batik Solo dan Pekalongan. Secara kasat mata, kedua batik ini terlihat mirip tetapi jika dilihat dengan lebih jelas, sebenarnya coraknya lebih bebas dibandingkan dengan batik Solo.
3. Mendapatkan Pengaruh dari Luar Negeri
Motif Liong dari China (Foto: Pinterest @Syirbaniy)
Selain mendapatkan pengaruh dari kebudayaan dalam negeri, batik pekalongan juga dipengaruhi oleh budaya luar. Penjajahan dan alur perdagangan saat itu membuat penduduk pekalongan sering berinteraksi dengan orang luar. Perdagangan dari India, China dan Arab memberikan pengaruh penting pada beragam jenis motif batik.
Batik Jlamprang dipengaruhi oleh budaya Arab dan India. Batik Encim mendapatkan pengaruh dari Tiongkok. Budaya Belanda mempengaruhi motif jenis batik pagi sore. Dengan keanekaragaman itu, batik Pekalongan memiliki berbagai jenis motif yang banyak memikat pembeli.
4. Batik Jlamprang
Motif Jlamprang (Foto: pinterest @Ispurnomo)
Jenis batik ini merupakan motif yang paling laris di antara motif batik yang lain. Batik Jlamprang banyak dipengaruhi oleh budaya India dan Arab. Agama Islam yang melarang menggambarkan makhluk hidup mempengaruhi motif batik ini sehingga tidak ada motif manusia, binatang dan tumbuhan.
5. Jenis Kain yang Digunakan
Foto: ANTARA News
Bahan kain yang digunakan dalam pembuatannya seperti sunwash, sutra dan yang terpopuler tentunya katun. Ada dua katun yang sering digunakan. Yang pertama adalah katun primisima yang mudah menyerap keringat dengan kualitas terbaik serta kualitas ekspor. Sedangkan yang kedua adalah katun prima. Katun inilah yang sering digunakan para pengrajin batik. Pasalnya, sekalipun kualitas katun prima masih berada di bawah katun primisima dalam kehalusannya namun harganya relatif lebih murah sehingga menjadi pilihan banyak pengrajin.
6. Kaya Akan Warna
Foto: Pinterest @theonotras
Batik Pekalongan kaya akan warna dan terkenal dengan ragam hiasnya yang bersifat naturalis serta dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Bahkan dalam sehelai batik ini, kita dapat menjumpai 8 warna yang berani dan kombinasi yang dinamis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir yang lainnya, batik ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan Belanda dan China.
Baca juga:
Seni Khas Jawa yang jadi Warisan Mahakarya Dunia, Ini 5 Fakta Menarik Wayang Kulit
Mengenal Ikat Kepala Kaum Pria Bali yang Disebut Udeng, Anda Memilikinya?
Mengenal Atraksi Budaya Khas Masyarakat Madura Karapan Sapi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.