Penting! Ini 8 Cara Bantu Anak Menghadapi Era New Normal

Meski menuai pro-kontra, mau tidak mau kita akan memasuki era new normal. Bagaimana cara membantu anak menghadapi new normal? Ini tipsnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak hanya Anda sebagai orangtua yang perlu segera beradaptasi menjalani fase baru. Si kecil pun dilatih. Ole karena itu, penting untuk memahami bagaimana cara membantu anak menghadapi new normal.

Meski pandemi COVID-19 tak kunjung hilang, namun tak bisa dipungkiri kalau roda kehidupan akan terus berputar. Aktivitas pun perlahan harus dijalani. Toh,  kita memang tidak bisa terus-terusan ‘mengurung diri’ demi menghindari tertular virus bukan?

Artinya, hal yang penting untuk dilakukan saat ini adalah bagaimana bisa beradaptasi dalam segala situasi untuk bertahan hidup. 

Tatanan kenormalan yang baru atau yang lebih akrab disebut new normal terus digaungkan dan dipersiapkan. Bukan untuk ditakuti, namun dipahami bagaimana mempersiapkan diri menghadapi cara hidup yang baru ini.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak? Sebagai orang dewasa, sudah seharusnya Parents mendampingi anak menghadapi new normal.

Memahami new normal agar dapat membantu anak menghadapinya

Mengutip Instagram Psikolog Aninda (@arkhairan), new normal dapat diartikan sebagai rangkaian kebiasaan baru yang kita lakukan untuk tetap menjalani hidup, yang mana hal ini mungkin berbeda dengan cara kita sebelumnya, jika pada anak-anak, hal yang paling terasa antara lain; tidak bisa belajar di sekolah, tidak bisa jalan-jalan ke mall, tidak bisa berolahraga di tempat umum.

Coba kita ingat-ingat kehidupan kita 6 bulan lalu, terasa bedanya kan?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aninda menyebutkan kalau akhir tahun dua ribu belasan lalu, orang ramai memperbincangkan VUCA. VUCA ini sendiri merupakan akronim dari Volatile (berubah-ubah), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks), Ambiguous (ambigu).

Artikel terkait: Karakter Anak dan Pola Pengasuhan yang Tepat Untuknya

VUCA world adalah dunia yang penuh ketidakpastian, kompleks, dapat berubah-ubah, dan tidak dapat diprediksi. Persis seperti yang sedang kita alami sekarang kan, Parents? Nyatanya VUCA memiliki kaitan erat dengan bagaimana menghadapi new normal.

Menurut Aninda, kunci untuk ‘menaklukkan’ kehidupan yang serba tidak pasti bernama new normal ini adalah dengan menumbuhkan sikap leadership (kepemimpinan) terutama memimpin diri sendiri. Dengan begitu, Parents bisa melatih anak-anak untuk menumbuhkan sikap ini dengan dua cara yaitu membentuk ketangkasan belajar dan mindset positif.

Tips membentuk ketangkasan belajar pada anak dengan 8 nilai

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Fleksibilitas

Dengan menanamkan nilai fleksibilitas, anak akan belajar untuk terbuka dan mau mencoba hal-hal baru.

Tips: Ajak anak melakukan hal-hal sederhana yang belum pernah ia coba sebelumnya seperti bermain congklak, memasak masakan sederhana, dan seterusnya. Sebaliknya, ketika anak mengajak kita mengeksplor hal baru, tunjukkan semangat dan rasa antusias. Hal ini akan menjadi contoh yang baik bagi anak.

2. Kecepatan dalam menemukan ide-ide baru 

Dorong anak untuk menemukan ide baru dengan cepat. Ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya sejak dini.

Tips: ajak anak untuk ikut berpikir dalam menyelesaikan konflik sehari-hari. Parents dapat memberi pertanyaan stimulus misalnya, “Wah, ternyata hari ini hujan, jadi kita tidak bisa main di teras. Hmm.. serunya kita main apa ya?”.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Senang bereksperimen

Kembangkan rasa ingin tahu anak dengan melakukan banyak ekeprimen.

Tips: “Kita coba yuk, kira-kira kala air dicampur dengan minyak akan tercampur nggak ya?”

4. Mengenal kemampuan diri

Dengan mengenali kemampuan diri sendiri, anak akan mampu mempertimbangkan suatu hal, kapan harus mengambil keputusan, mengambil risiko, dan meminta bantuan.

Tips: Biarkan anak untuk mencoba segala hal tanpa banyak intervensi. Namun, pastikan hal yang dilakukan tersebut memang aman untuk dirinya.

5. Kolaborasi atau kerjasama kelompok

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ajarkan anak untuk bekerja dalam kelompok sehingga kelak ia menjadi pribadi yang luwes bekerja dengan pihak lain di luar dirinya sendiri.

Tips: Berbagi pekerjaan rumah tangga dengan anak, beri dia pekerjaan ringan sesuai usia dan kemampuannya.

Artikel terkait: Penuh tantangan! Ini yang perlu disiapkan Parents dalam membesarkan anak generasi alpha

6. Kritis dalam mengumpulkan informasi

Manfaatnya, anak akan memiliki pemikiran yang terbuka dan terbiasa melihat sesuatu hal dari berbagai sisi atau sudut pandang.

Tips: Cari tahu asal mula kehidupan dinosaurus sejak awal hingga punah bersama-sama dengan anak. Parents dapat membacakan buku atau mencari informasi di internet.

7. Menyukai saran (feedback)

Biasakan anak untuk menerima dan menyukai saran agar kelak dia menjadi pribadi yang tidak mudah tersinggung saat dikritik atau menerima feedback dari orang lain.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tips: Selalu ajak anak untuk membahas hasil belajar yang sudah dilakukan setiap harinya. Perlu diingat, lakukan pembahasan ini secara dua arah ya, Parents. Misalnya dengan bertanya; “Hari ini ibu bikin sup sayur dan kakak bikin sup buah, gimana rasa sup sayurnya?” Lalu berikan juga feedback untuk sup buah buatan kakak.

8. Refleksi diri

Diharapkan anak mampu melihat hal baik dari apa yang sudah dia lakukan dan bagaimana cara meningkatkan/mempertahankan perbuatan baik tersebut.

Tips: Seringlah mengajak anak diskusi tentang hal yang sudah dia lakukan di hari itu dan apa yang hendak dia lakukan untuk besok.

Tips membentuk mindset positif pada anak untuk membantu mereka menghadapi new normal

  • Tanamkan pada anak bahwa kecerdasan dan kemampuan itu sifatnya berkembang dan perlu diasah. Untuk itu, anak perlu merasa ingin berkembang, bukan merasa ingin pintar. Jika tujuan akhir dari belajar adalah menjadi pintar maka anak akan merasa ‘cukup pintar’ pada satu titik tertentu. Efeknya, anak menjadi merasa tidak perlu belajar lagi.
  • Melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang. Tips: ajak anak mencoba hal baru dan dukung dia untuk merasa percaya pada kemampuannya sendiri.
  • Memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk berkembang. Tips: tidak menyalahkan anak ketika dia melakukan suatu kesalahan agar ia tetap semangat belajar.
  • Usaha dan kerja keras itu penting. Tips: dorong anak untuk ‘berjuang’ sendiri dahulu, karena dengan ‘berjuang’ sendiri akan ada kemampuan baru yang dicapai.
  • Memiliki resiliensi/daya lenting. Kemampuan untuk dapat ‘berdiri’ kembali setelah menghadapi kegagalan atau kesalahan. Tips: jangan marahi anak ketika menumpahkan makanannya. Peluk dia dan katakan “tidak apa-apa, yuk kita ambil makanan lagi”. 

Itulah beberapa  tips dari Aninda untuk membantu anak menghadapi new normal. Dengan memiliki ketangkasan belajar dan mindset positif, anak akan memiliki life skills yang tangguh dalam menghadapi perubahan hidup di era new normal/VUCA.

Baca juga: 

Panduan New Normal Bagi Pekerja Agar Keluarga Tetap Aman dari COVID-19