Seperti yang Parents tahu, di 2045 nanti Indonesia diprediksi bakal mendapatkan bonus demografi yang digadang-gadang akan menjadi kesempatan emas untuk mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Namun hal ini baru bisa terwujud jika seluruh aspek pendukungnya terpenuhi. Salah satunya adalah penanganan terhadap masalah gizi pada anak, seperti wasting dan stunting. Nah, supaya manfaat bonus demografi kelak benar-benar bisa dioptimalkan, yuk cari tahu bahaya wasting dan stunting beserta upaya pencegahannya!
Permasalahan Gizi pada Anak-anak Indonesia
Sumber: Pexels
Sebagai negara berkembang, Indonesia masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, seperti stunting, wasting, dan underweight. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia 2022, lebih dari 20 persen balita mengalami stunting, sementara persentase yang mengalami wasting hampir mencapai 8 persen.
Belum selesai dengan ketiga masalah tersebut, anak-anak Indonesia juga terancam obesitas, dimana angka obesitas pada anak berusia 5-19 tahun melonjak 10 kali lipat dibanding empat dekade lalu.
Mengenal Wasting dan Stunting
Sumber: Pexels
Istilah stunting mungkin sudah cukup familiar di telinga. Namun kondisi ini sebenarnya bukan hanya perawakan pendek ya, Parents.
Penelitian menunjukkan bahwa selain gagal mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya, anak-anak yang mengalami stunting juga memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, performa di sekolah yang menurun dan kemampuan fisik yang lebih rendah, juga lebih mudah sakit.
Sementara itu, wasting alias gizi gizi buruk merupakan istilah medis yang menandakan kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut.
Kondisi ini umumnya terjadi pada berusia di bawah 2 tahun namun memiliki dampak jangka panjang yang buruk. Hal ini sangat berpotensi mengganggu perkembangan otak sehingga menurunkan tingkat kecerdasan mereka.
Artikel Terkait: Waspada Stunting, Berapa Tinggi Badan Bayi 15 Bulan yang Normal?
Upaya Pencegahan Bahaya Wasting dan Stunting
Sumber: Pexels
Alih-alih merasakan bonus demografi, persoalan wasting dan stunting justru berpotensi menambah beban negara jika tidak ditangani serius. Oleh karena itu, upaya pencegahan dinilai sangat penting untuk menyelamatkan anak Indonesia.
Melalui Kementerian Kesehatan, pemerintah telah melaksanakan program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi anak sejak dalam kandungan sampai ia berusia 2 tahun sebab periode ini yang paling krusial dalam proses tumbuh kembang anak.
Pemberian ASI eksklusif, melengkapi imunisasi, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan, serta memantau berat badan dan tinggi badan anak secara rutin perlu dilakukan.
MPASI Fortifikasi Bisa Selamatkan Masa Depan Anak Bangsa
Sumber: Pexels
Dalam sebuah kesempatan Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang, menyebutkan jika masalah wasting dan stunting biasanya muncul saat anak berusia 6 bulan.
“Pada usia 6 bulan, anak kan mulai dikenalkan dengan MPASI. Nah disinilah seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan anak menjadi tidak optimal. Untuk itu orangtua perlu memahami prinsip pemberian MPASI yang sudah dianjurkan WHO,”jelas Guru Besar FKUI tersebut.
Adapun prinsip dasar pemberian MPASI yang dimaksud adalah tepat waktu, adekuat, aman, dan responsif.
“Nah, kandungan gizi MPASI yang yang diberikan ini harus mencukupi kebutuhan nutrisi makro dan mikro. Itu sebabnya MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani. Kenapa kok protein hewani? Karena dalam protein hewani ada zat besi yang menjadi salah satu elemen kunci untuk mengoptimalkan 1000 HPK, termasuk mencegah stunting”, imbuh Prof. Rini.
Selanjutnya dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) juga menjelaskan jika orangtua tidak perlu ‘merasa bersalah’ jika memberikan MPASI fortifikasi pada anaknya. Pasalnya, produk MPASI yang beredar di pasaran telah memenuhi syarat yang direkomendasi CODEX milik FAO dan WHO.
“MPASI fortifikasi itu diawasi ketat oleh BPOM. (MPASI fortifikasi) tidak boleh mengandung pengawet, pewarna, atau perisa, juga kandungan gula dan garam yang tinggi”, tuturnya.
Agaknya hal ini bisa menjadi alternatif bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan gizi anak karena kandungan mineral dan vitamin yang diperlukan sudah diformulasikan sesuai kebutuhan.
Parents, itulah informasi soal bahaya wasting dan stunting beserta upaya pencegahannya. Semoga bermanfaat!
Baca Juga:
3 Penyebab Stunting di Indonesia dan Cara Mengatasinya, Pahami Yuk!
Penyebab Stunting pada Anak Bisa Terjadi Sejak Masa Kehamilan Loh!
Pentingnya Pencegahan Stunting pada Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.