Viral ASI Diolah Jadi Bubuk, Ini Kata Dokter Soal Keamanan dan Kandungan Nutrisinya

Viral ASI diolah jadi bubuk dengan metode freeze drying. Amankah dikonsumsi? Apakah nutrisinya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi? Ini kata dokter!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

ASI yang diolah jadi bubuk sedang jadi topik hangat dan tuai kontroversi akhir-akhir ini, Parents.

Hal ini berawal dari unggahan seorang konten kreator Indonesia yang membagikan pengalaman ketika mengubah ASI miliknya menjadi bubuk.

ASI tersebut diolah menjadi bubuk melalui metode freeze-drying. Sang konten kreator mengirimkan ASI perah (ASIP) frozen miliknya ke sebuah perusahaan untuk diolah secara khusus agar bisa menjadi bubuk. 

Setelah menjadi bubuk, ASIP tersebut dikirimkan kembali dalam bentuk kemasan, mirip susu formula.

Terkait hal ini, banyak ahli yang mengingatkan bahwa proses pengolahan ASI menjadi bubuk tidaklah disarankan. Mengapa? Berikut penjelasan lengkapnya.

Artikel Terkait: Dikabarkan Hamil, Ini 11 Potret Transformasi Syahrini dari Awal Karier hingga Sekarang

Pemberian ASI yang Diolah Jadi Bubuk pada Bayi Tidak Disarankan

Pengolahan ASI menjadi bubuk tidak disarankan karena keamanannya belum terjamin, Parents

Metode freeze-drying adalah proses pengeringan menggunakan suhu tinggi untuk menghilangkan kandungan air pada suatu komponen, dalam hal ini adalah ASI.

Proses ini dilakukan untuk mengubah ASI menjadi bentuk bubuk dan memiliki masa simpan lebih lama.

Dari ASIP yang awalnya hanya bertahan 6 bulan di freezer, menjadi ASI bubuk yang bisa bertahan sampai 3 tahun. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Terdengar inovatif dan canggih, ya?

Sayangnya, metode freeze-drying ini termasuk ke dalam teknologi baru yang belum memiliki bukti penelitian memadai lho, Parents. Jadi, penggunaannya tidaklah direkomendasikan.

Hal ini pun disampaikan oleh Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) dalam keterangan resmi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Saat ini, belum ada rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP, atau FDA. Bukti penelitiannya juga belum memadai,” kata Naomi. 

Selain itu, pemberian ASI bubuk pada bayi juga dinilai berisiko.

Ini karena, pada metode pengeringan biasanya tidak melalui prosedur pasteurisasi dulu demi menjaga probiotik penting yang ada pada ASI.

Padahal, prosedur pasteurisasi ini bermanfaat untuk membunuh bakteri berbahaya. Maka itu, risiko adanya kontaminasi pun bisa menjadi ancaman. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Pemberian ASI bubuk pada bayi pun ada proses penambahan air lagi, ini juga bisa menjadi ancaman kontaminasi,” lanjut Naomi.

ASI Bubuk Tidak Bisa Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Bayi

Selain itu, proses freeze-drying juga bisa mengubah rasa dan kualitas ASI. Sehingga, pemberian ASI bubuk pada bayi dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya. 

Dokter Spesialis Anak, Agnes Tri Harjaningrum SpA, MSc dari Rumah Sakit Permata Depok menjelaskan terkait hal ini.

Belum ada penelitian yang cukup tentang nutrisi pada ASI bubuk. Jadi, belum diketahui bagaimana komposisi protein, lemak, dan karbohidratnya, apakah cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan bayi. Jadi, bagaimapun, pemberian ASI langsung tetaplah yang terbaik,” kata Agnes, saat dihubungi oleh theAsianparent

Apakah Kandungan Nutrisi ASI Bubuk Masih Relevan untuk Diberikan pada Balita?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam video yang dibagikannya, sang konten kreator juga menjelaskan, alih-alih memberikan ASI bubuk pada anaknya yang masih menyusui, dia lebih memilih memberikannya pada sang kakak sebagai campuran MPASI.

Lantas, apakah kandungan nutrisi dalam ASI bubuk masih relevan apabila diberikan pada balita?

Serta, mengingat ASI bubuk bisa disimpan selama 3 tahun lamanya, bisakah memberikan ini ketika bayi sudah bertambah usia nanti? 

Dokter Agnes pun menjawab, kandungan nutrisi ASI bubuk pastinya sudah tidak relevan apabila diberikan kepada anak balita. Pasalnya, untuk anak berusia 1 tahun, fokusnya adalah pemberian makan, bukan lagi susu.

Dokter Agnes menjelaskan, “Susu kan praktis, seperti one shop shopping, nutrisinya serba ada. Seperti ada kalsium, protein, vitamin, dan mineral. Namun, untuk anak yang tidak suka susu, bisa juga diganti dengan prosuk lainnya seperti keju, yoghurt, atau sumber kaslium dan protein hewani lainnya.”

“Hal penting lainnya, anak harus punya skill makan dengan variasi menu seimbang. Jadi, tidak bisa hanya mengandalkan susu lagi di usia ini,” lanjutnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: 5 Langkah Penggunaan Pompa ASI untuk ASIP Lebih Lancar

Pemberian ASI Secara Langsung Tetap Diutamakan

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, ASI eksklusif punya peran yang sangat penting.

Dalam proses pemberiannya, menyusui secara langsung atau direct breastfeeding tetap direkomendasikan. 

“Menyusui langsung atau memerah ASI memang melelahkan untuk ibu. Namun, ini adalah cara terbaik yang disarankan,” ungkap Naomi.

Bukan hanya memenuhi kebutuhan nutrisinya, menyusui langsung bisa membuat Bunda dan bayi menjalin kontak fisik langsung, yang tentunya bermanfaat dalam menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan bonding di antara kalian.

“Jadi, menyusui itu bukan sekadar memberikan ASI, ya,” pungkas Naomi.

Sementara itu, dokter Agnes juga menjelaskan, bahwa komposisi nutrisi dalam ASI sudah diatur secara sempurna untuk memberikan kebutuhan nutrisi bayi.

Maka itu, pastikan juga Bunda memberikan si Kecil ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.

Tuhan sudah menciptakan ASI sedemikian sempurnanya. Sehingga kalau dilihat, sampai bayi berusia 6 bulan, kandungan zat gizi dalam ASI itu masih bisa memenuhi 100 persen kebutuhan kalorinya,” jelas dokter Agnes.

Nah, ketika bayi berusia 6-9 bulan, ASI hanya memenuhi 70 persen kebutuhan kalori bayi. Maka itu, di rentang usia tersebut, anak membutuhkan MPASI.

Lalu, pada usia 9-12 bulan, ASI hanya memenuhi 50 persen kebutuhan kalori bayi.

Kemudian, setelahnya berusia 1 tahun, ASI hanya bisa memenuhi 30 persen kecukupan nutrisi bayi. Maka itu, di atas usia 1 tahun, fokus anak adalah makan.

Selain itu, lanjut dokter Agnes, Parents juga perlu melakukan pemantauan berat badan pada bayi.

Pasalnya, meski bayi diberikan ASI eksklusif, risiko berat badan bayi susah naik juga tetap ada. Penyebabnya bisa macam-macam seperti: kelainan genetik, infeksi, atau kondisi medis tertentu. 

“Jadi, selain memastikan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, pemantauan berat badan bayi juga penting dilakukan, ya,” pungkas dokter Agnes.

Artikel Terkait: 9 Food Container MPASI Bayi Pilihan di 2024, Praktis dan Berkualitas

Parents, itulah penjelasan seputar keamanan dan kandungan nutrisi ASI yang diolah jadi bubuk menurut pakar. 

Pemberian ASI bubuk pada bayi tidak direkomendasikan. Maka itu, jangan gegabah untuk mencobanya, ya!

***

Baca Juga:

Catat, Bun! Ini 17 Obat Flu untuk Ibu Menyusui yang Aman

Amankah Penggunaan Krim Temulawak untuk Ibu Menyusui? Ini Kata Pakar

7 Pantangan Buah untuk Ibu Menyusui, Waspada Bisa Sebabkan Bayi Kembung