Parents pernah mendengar apa itu klitih?
Fenomena Klitih ini menjadi bahan perbincangan selama beberapa tahun terakhir, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Bahkan, Fenomena ini pun sempat menjadi trending di media sosial Twitter setelah salah seorang pemilik akun Twitter mengaku menjadi korbannya.
Dalam sebuah utas, ia menceritakan bahwa tangannya dilukai oleh klitih dengan benda tajam ketika ia melintas di salah satu ruas jalan di Yogyakarta. Persoalan klitih di Yogyakarta sebenarnya memiliki sejarah panjang. Kali ini, kami akan membahas apa itu klitih dan beberapa seluk beluk terkait dengannya.
Artikel terkait: Berita Kriminal di Kalangan Remaja, Orangtua Patut Waspada
Apa Itu Klitih?

Meskipun banyak dibicarakan di media sosial, tetapi banyak orang yang tidak tahu apa itu klitih. Melansir dari Kompas, kata klitih berasal dari bahasa Jawa, klithah-klithih.
Menurut Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito, kata tersebut bisa diartikan sebagai bolak-balik agak kebingungan. Guru Besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarya, Pranowo, mengatakan bahwa kata tersebut merupakan kata dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi.
Meski demikian, menurutnya, klithah diartikan sebagai keluyuran yang tak jelas arah. Ia pun menjelaskan bahwa dahulu, kata tersebut tidak mengandung korelasi secara negatif.
”Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif,” kata Pranowo seperti dikutip dari Kompas.
Makna klithih ini pun mengalami perubahan. Menurut sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Soeprapto, makna klithih telah mengalami perubahan makna. Perubahan makna ini berawal dari adanya perkelahian antarpelajar yang terjadi di Yogyakarta.
Namun, sejak pemerintah daerah membuat peraturan untuk menindak remaja yang terlibat perkelahian, ada beberapa remaja yang sadar dan tidak terlibat lagi. Meski demikian, beberapa remaja yang masih dalam lingkar kekerasan tersebut melampiaskannya ke jalanan. Dari sinilah istilah klitih mulai digunakan.
“Akhirnya, beberapa pelajar yang kemudian sadar, tidak lagi terlibat. Tapi anak-anak yang masih dalam lingkaran kekerasan, mencari atau melampiaskan ke jalanan. Inilah kemudian terjadi penyimpangan makna klitih,” ujar Soeprapto.
Lebih lanjut, Suprapto mengatakan bahwa remaja yang terlibat dalam klitih biasanya akan mencari musuh secara acak atau akan melukai pengendara motor lain dengan berbagai benda tajam lainnya, seperti pisau, celurit, golok, dan benda lainnya.
Artikel terkait: Penelitian: Para Pelaku Kriminal Mendapat Pola Asuh Seperti Ini di Masa Kecilnya
Cara agar Remaja Tidak Menjadi Pelaku Klitih

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di laman Kabupaten Buleleng, dosen UIN Purwokerto, Heru Kurniawan, mengatakan bahwa untuk mengatasi klitih, perlu adanya pendidikan keluarga agar remaja tidak menjadi pelakunya.
Heru mengatakan, ada empat tindakan preventif yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Berikut ini beberapa cara prefentif untuk mengatasi fenomena klithih dalam ruang pendidikan keluarga.
- Pertama, orang tua harus memberikan kasih sayang dan perhatian kepada remaja. Pasalnya, Heru menjelaskan bahwa aksi klitih yang terjadi disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diberikan orang tua untuk para remaja.
- Kedua, orang tua harus mengetahui kegiatan remaja di luar rumah. Di sini, komunikasi yang baik menjadi sangat penting agar remaja tidak merasa diawasi terus-menerus oleh orang tua. Dengan mengetahui jadwal kegiatan remaja, orang tua bisa melakukan kontrol terhadap remaja secara berkala. Ketika remaja berpamitan pergi, orang tua bisa bertanya, “Mau pergi sama siapa? Pulang jam berapa?”
- Ketiga, orang tua juga perlu berkomunikasi baik dengan sekolah. Kebanyakan kasus klitih ini dilakukan oleh sekelompok remaja yang berasal dari sekolah yang sama. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran dan kontrol penting dalam mencegah fenomena ini. Orang tua harus aktif membangun kerja sama dan komunikasi yang baik dengan sekolah. Setidaknya, orang tua berhubungan aktif dengan wali kelas dalam mengikuti perkembangan pergaulan remaja dan sikap-sikapnya di sekolah. Jika terjadi perilaku yang mencurigakan, orang tua dan sekolah bisa melakukan tindakan preventif.
- Keempat, memberikan tugas dan tanggung jawab pada remaja dengan kegiatan bermanfaat. Memberikan tanggung jawab melalui kegiatan yang sesuai dengan minat akan membuat remaja lupa dengan kegiatan yang tidak bermanfaat.
Demikian penjelasan mengenai apa itu klitih dan cara agar remaja tidak menjadi pelakunya. Fenomena klitih yang terjadi di Yogyakarta memang tidak bisa disepelekan karena sudah banyak korban yang mengalaminya, bahkan ada beberapa korban meninggal.
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
Istri Ngidam Mangga Hasil Curian, Suami Kaget dan Takut Dihajar Warga
Modus Baru Begal dengan Ajak Korban Kencan, Ini Hal yang Bisa Parents Pelajari
Balita Tewas Terkena Peluru di Intan Jaya, Begini Kronologinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.