Hyper Parenting adalah sebuah pola pengasuhan anak yang dilakukan dengan kontrol berlebihan dari orang tua agar anak mencapai yang terbaik dalam segala hal.
Banyak sekali contoh Hyper Parenting yang tanpa kita sadari telah kita lakukan terhadap anak-anak kita. Misalnya, kita sering beranggapan bahwa anak harus memiliki segudang aktivitas agar tumbuh menjadi anak yang sempurna dan pintar.
Atau mungkin kita menginginkan mereka untuk selalu mendapat peringkat terbaik di kelas, ataupun mahir dalam segala bidang seperti musik, olah raga, dan seni.
Sebaiknya kita memikirkan kembali perlunya nilai dan peringkat sempurana itu. Apakah itu memang berguna untuk masa depan anak ataukah hanya sebagai ‘gengsi’ orangtua di mata teman, kerabat, dan tetangga?
Bagaimana agar kita tidak melakukan Hyper Parenting?
1. Batasi kegiatan anak yang terlalu berlebih
Pertimbangkanlah manfaat aktivitas-aktivitas anak di luar sekolah serta berbagai faktor lainnya. Misalnya, apakah ia masih punya cukup waktu luang? Apakah ia menyukai kegiatan tersebut? Apakah ada manfaatnya untuk perkembangan anak?
2. Jadilah pendengar yang baik untuk mengetahui keinginan anak
Kita sering menuntut anak agar mendengarkan perintah dan nasihat kita, tapi tidak adil jika kita tidak mau mendengar suara hati mereka. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita akan peka terhadap harapan anak sekaligus memahami ritme alami anak. Kita akan lebih bisa mengetahui mana kegiatan yang dibutuhkan anak dan mana yang tidak.
3. Menyempatkan waktu bersama anak-anak
Tidak ada sebuah kesempatan yang lebih baik selain saat-saat bersama mereka. Masa kanak-kanak akan berlalu begitu cepat, dan tanpa kita sadari mereka tiba-tiba telah semakin dewasa dan sibuk dengan teman sebayanya.
4. Sesekali biarkan anak untuk bersantai
Jika orangtua memerlukan waktu bersantai, demikian pula anak-anak. Sebenarnya waktu bersantai tersebut diperlukan anak untuk menciptakan sendiri kesenangan yang dia inginkan serta mengembangkan kreativitasnya.
5. Sesekali beri keleluasaan dalam memilih makanan
Sesekali perbolehkan mereka melanggar aturan makanan sehat Anda. Permen dan junk food tidak akan mengganggu kesehatan bila hanya dimakan sesekali saja.
6. Berikan waktu untuk kebersamaan
Jangan biarkan Anda, pasangan, dan anak-anak terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ciptakankan momen-momen kebersamaan yang berkualitas, seperti menonton bersama, berolah raga bersama, atau kegiatan menyenangkan lainnya.
Perasaan gembira saat bersama-sama mereka akan membuat Anda tidak terlalu kaku yang menyebabkan Anda melakukan hyper parenting.
7. Jadilah contoh yang baik untuk anak Anda
Karakter seorang anak akan berlangsung seumur hidup, dan yang paling memengaruhi pembentukan karakter anak adalah orangtua dan keluarga. Hayatilah nilai-nilai yang penting bagi Anda, karena anak-anak Anda akan meniru perilaku Anda sehari-hari ketika mereka tumbuh dewasa nantinya.
Bila Anda menerapkan hyper parenting kepada mereka, suatu hari mereka cenderung akan melakukannya juga kepada cucu Anda.
Parents, ingatlah bahwa anak yang tidak mendapat nilai sempurna bukan berarti mereka akan menjadi orang tidak berguna di masa mendatang.
Setiap anak berbeda dan mereka sedang berada dalam usia yang belum matang, sehingga janganlah menggunakan standard orang dewasa untuk mengukur kemampuan mereka. Janganlah membandingkan anak kita dengan anak lain.
Percayalah pada diri Anda sendiri. Jangan selalu percaya kepada ahli yang mengatakan bahwa mereka tahu bagaimana Anda harus membesarkan anak Anda. Jika untuk urusan keluarga Anda, Anda-lah ahlinya. Anda adalah orang tua terbaik bagi anak-anak Anda yang luar biasa.
Parents, semoga ulasan tentang hyper parenting di atas bermanfaat.
Referensi: www.theguardian.com, www.parentsleague.org
Baca juga :
Sudahkah Saya Menjadi Ibu yang Baik?
Apa itu Hypnoparenting?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.