Apakah antidepresan dijual bebas dan bisa dikonsumsi tanpa resep dokter? Dan jika dikonsumsi terus menerus, apakah bisa menyebabkan efek samping? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
Obat Antidepresan: Jenis, Fungsi, dan Mana yang Memerlukan Resep Dokter
Antidepresan Adalah…
Obat antidepresan merupakan pengobatan populer yang dikonsumsi untuk depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. Obat ini sebenarnya tidak dapat menyembuhkan depresi, tapi sebatas mengurangi gejalanya saja.
Antidepresan tidak dapat dikonsumsi sembarangan. Anda memerlukan resep dokter untuk mendapatkannya sesuai dengan diagnosis yang dihasilkan pada saat konsultasi. Selain itu, jika tidak dikonsumsi dengan dosis yang tepat, antidepresan dapat menyebabkan efek samping secara fisik dan juga psikis, salah satunya keinginan bunuh diri.
Artikel terkait: Tanpa Obat, Ini 7 Cara Alami Cegah Depresi yang Patut Dicoba
Cara Kerja Obat Antidepresi pada Otak
Pada otak terdapat senyawa kimia alami yang disebut neurotransmitter. Di dalamnya terdapat serotonin, norepinefrin, dan dopamin yang sangat berperan dalam terjadi depresi jika bergerak tidak seimbang.
Saat seseorang yang depresi mengonsumsi antidepresan, obat tersebut membantu meredakan depresi atau meningkatkan suasana hati dengan menyeimbangkan senyawa-senyawa tadi. Selain itu, ada juga yang bertugas sebagai pembawa pesan kimiawi yang membantu komunikasi antar sel otak.
Selain depresi, obat antidepresi juga bisa digunakan untuk mengobati kondisi lain seperti obsessive–compulsive disorder (OCD), gangguan kecemasan, post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma, insomnia parah, fobia, bulimia serta keluhan nyeri.
Artikel terkait: Mengenal Gangguan Obsesif Kompulsif atau OCD pada Anak
Pertimbangan Dokter Memberikan Antidepresan
Obat antidepresan ternyata ada banyak sekali jenisnya. Dan tiap jenis obat memiliki manfaat yang berbeda menyesuaikan kondisi pasien. Dengan kata lain, Anda tidak bisa sembarangan mengonsumsi antidepresan tanpa mengetahui hasil diagnosis dari dokter mengenai keluhan Anda.
Berikut ini beberapa pertimbangan dokter saat memberikan antidepresan pada pasiennya:
- Gejala khusus. Gejala depresi pada tiap orang bervariasi, oleh karena itu obat yang diberikan pun berbeda. Misalnya untuk yang punya masalah kesulitan tidur, antidepresan yang tepat adalah yang memberikan efek menenangkan.
- Kemungkinan efek samping yang dapat mempersulit pengobatan, di antaranya mulut kering, penambahan berat badan, atau efek samping seksual. Dan efek samping tiap jenis antidepresan juga bisa berbeda pada tiap orang. Diskusikan kemungkinan efek samping yang mungkin Anda rasakan pada dokter.
- Evaluasi. Jika orang terdekat Anda mengalami jenis depresi yang sama, cari tahu apakah obat yang diresepkan dokter sama seperti yang mereka konsumsi dan bekerja baik pada mereka? Biasanya hasilnya akan sama pada Anda juga.
- Interaksi dengan obat lain. Beri tahu dokter obat apa yang saat ini sedang Anda konsumsi, karena beberapa antidepresan menyebabkan reaksi berbahaya bila diminum bersama obat lain.
- Hamil atau menyusui. Beberapa antidepresan berisiko buruk pada kehamilan dan menyusui, salah satunya risiko bayi lahir cacat. Contohnya paroxetine (Paxil, Pexeva) yang sangat tidak dianjurkan dikonsumsi selama hamil.
- Kondisi kesehatan lainnya. Beberapa obat depresi dapat memperburuk kondisi kesehatan mental atau fisik tertentu.
- Biaya dan pertanggungan asuransi kesehatan. Sama seperti obat lainnya, harga obat depresi sangat bervariasi. Jika keuangan Anda terbatas dan tidak ditanggung asuransi, sebaiknya minta obat versi generik saja pada dokter.
Jenis Obat Antidepresi yang Perlu Anda Ketahui
Banyak jenis obat antidepresan yang disediakan untuk mengobati depresi. Dan setiap jenis (kelas) antidepresan ini memengaruhi neurotransmiter dengan cara yang sedikit berbeda. berikut ini jenisnya:
- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) atau penghambat reuptake serotonin selektif. Ini antidepresan yang biasa diberikan dokter di awal-awal diagnosis. Yang termasuk SSRI adalah fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil, Pexeva), sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa) dan escitalopram (Lexapro).
- Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI) atau penghambat reuptake serotonin dan norepinefrin. Seperti duloxetine (Cymbalta), venlafaxine (Effexor XR), desvenlafaxine (Pristiq) dan levomilnacipran (Fetzima).
- Atypical Antidepressants atau atipikal antidepresan. Jenis obat depresi ini tidak cocok dikonsumsi bersama antidepresan lainnya. Yakni trazodone, mirtazapine (Remeron), vortioxetine (Trintellix), vilazodone (Viibryd) dan bupropion (Wellbutrin SR, Wellbutrin XL, lainnya).
- Tricyclic antidepressants atau antidepresan trisiklik. Di antaranya imipramine (Tofranil), nortriptyline (Pamelor), amitriptyline, doxepin dan desipramine (Norpramin). Obat depresi ini menyebabkan lebih banyak efek samping dibanding obat lainnya, dan biasanya diberikan jika Anda sudah mencoba antidepresan lain.
- Monoamine oxidase inhibitors (MAOI) atau penghambat oksidase monoamine. Contohnya tranylcypromine (Parnate), phenelzine (Nardil) dan isocarboxazid (Marplan). Saat menggunakan MAOI Anda harus diet ketat karena jika obat berinteraksi dengan makanan tertentu sepert keju, acar dan jenis anggur tertentu, bisa mematikan. Selain itu interaksi dengan jenis obat lain, seperti obat pereda nyeri, dekongestan dan suplemen herbal tertentu.
Artikel terkait: Penelitian: Bidan Dapat Mengalami PTSD Setelah Menyaksikan Persalinan yang Traumatis
Hubungan Antidepresan dan Risiko Bunuh Diri
Pengunaan antidepresan harus diawasi secara ketat, terutama pada anak, remaja, dan dewasa berusia di bawah 25 tahun. Dampak dari mengonsumsi obat ini adalah peningkatan pikiran atau perilaku bunuh diri, terutama di minggu pertama penggunaan obat atau saat dosis obat ditingkatkan. Hal ini juga sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian.
Waspadalah jika pasien mengucapkan keinginan untuk mati, sangat mudah tersinggung, hiperaktif, atau perubahan perilaku lainnya.
Agar Obat Antidepresi Bekerja Lebih Efektif
Seperti sudah dijelaskan tadi bahwa obat depresi tidak dapat menyembuhkan depresi, melainkan hanya mengurangi gejala depresi itu. Agar Anda mendapatkan hasil terbaik dari obat depresi, ini beberapa hal yang harus dilakukan:
- Sabar.
- Konsumsi dosis yang tepat sesuai anjuran dokter.
- Mengonsumsinya secara konsisten, tidak ada absen.
- Perhatikan efek samping yang ditimbulkan setelah mengonsumsi obat.
- Evaluasi perkembangan efek samping. Jika serius, bicarakan dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
- Cobalah psikoterapi. Pada beberapa kasus, penggabungan antidepresan dengan terapi bicara (psikoterapi) sangat efektif mengatasi depresi.
- Hindari alkohol dan narkoba. Dua hal ini mungkin mengurangi gejala depresi sementara, tetapi dalam jangka panjang justru bisa memperburuk gejala dan membuat depresi Anda lebih sulit diobati.
Nah, itu tadi hal-hal yang harus diperhatikan mengenai antidepresan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita PermataSari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Anak mulai sulit makan? Hati-hati alami gangguan makan anoreksia!