Pandemi COVID-19 di Indonesia belum juga usai, terbukti dengan terus bertambahnya pasien positif hingga angka kematian dan sembuh Corona. Terutama pada bulan Juni yang merupakan awal pemberlakuan era new normal di sejumlah daerah.
Berdasarkan update terakhir pada Minggu (21/06), jumlah pasien meninggal yaitu 2.465 orang, sedangkan pasien sembuh 18.404 orang. Sejak awal bulan Juni hingga 21 Juni, pertumbuhan angka kematian pasien COVID-19 mencapai 852 kasus.
Penambahan tertinggi terjadi pada 15 Juni, yaitu sebanyak 64 orang. Apabila dibandingkan dengan bulan Mei yang terdapat 821 kasus, tentu saja jumlah kumulatif di bulan ini lebih banyak.
Angka kematian itu juga terus meningkat sejak awal penyebaran Virus Corona di Indonesia pada Maret 2020 yang sebanyak 136 kasus, serta April ada 656 kasus. Sadar atau tidak, peningkatan terjadi hampir enam kali lipat.
Begitu juga dengan jumlah pasien positif yang kian bertambah dari hari ke hari. Sampai 21 Juni, jumlah kumulatif kasus positif COVID-19 telah mencapai 45.891 orang yang tersebar di banyak daerah Indonesia, salah satunya ibu kota Jakarta.
Walau demikian, jumlah pasien yang sembuh pun ikut meningkat. Sejak tanggal 1 sampai 21 Juni, jumlah pasien sembuh sudah mencapai 11.096 orang. Angka pasien sembuh tertinggi terjadi pada 14 Juni, yaitu sebanyak 755 orang.
Kendati belum sampai akhir bulan, tapi jumlah kumulatif pasien sembuh di bulan Juni ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan pada bulan Mei yang sebanyak 5.786 orang. Bahkan, angka tersebut bertambah signifikan jika dibandingkan bulan Maret yakni 81 orang dan April sebanyak 1.441 orang.
Di Samping Angka Kematian dan Sembuh Corona Meningkat, Presiden Ingin Kurva Positif COVID-19 Menurun
Mengutip dari situs CNN Indonesia, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo berharap kurva kasus positif COVID-19 di Indonesia bisa turun pada Mei 2020 dengan cara apapun. Namun sayangnya, kondisi yang terjadi justru terbalik.
Kasus positif COVID-19 sepanjang Mei lalu meningkat dua kali lipat dari April 2020. Berbarengan dengan jumlah kasus yang kian banyak dan menandakan penyebaran Virus Corona belum mereda, kala itu pemerintah justru tengah bersiap memulai tatanan kehidupan baru atau new normal.
Sejumlah kepala daerah pun mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Padahal, menurut beberapa ahli, tindakan yang diambil pemerintah belum sepenuhnya tepat, karena Indonesia masih belum aman dari COVID-19.
Pandangan Ahli tentang Pemberlakuan New Normal
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menganggap pemberlakuan new normal memiliki risiko tinggi. Terlebih jika menilik kepada aturan yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).
“Seharusnya, mengacu kepada persyaratan WHO, kalau kondisi jumlah kasus tidak naik selama dua minggu itu baru bisa dilonggarkan. Bahkan ada beberapa negara yang menetapkan pelonggaran dilakukan kalau sudah menurun selama satu bulan,” jelas Iwan.
“Jadi sekarang kondisi di Indonesia belum aman untuk keluar dan bergerak, risikonya masih tinggi,” sambung Iwan menjelaskan, mengutip dari CNN.
Senada dengan itu, Dr Panji Hadisoemarto MPH selaku dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran juga memberikan pernyataan yang serupa.
Menurut Panji, keputusan membuka ruang publik untuk masuk dalam kondisi new normal harus dilakukan dengan pertimbangan matang yang tetap memerhatikan risiko penularan Virus Corona.
“Menurut saya, kapannya (new normal diberlakukan) harus diputuskan setelah, bukan sebelum asesmen risikonya selesai,” ujar Panji beberapa waktu lalu, mengutip dari Kompas.
Panji menambahkan, keadaan new normal tidak bisa diberlakukan untuk keseluruhan wilayah Indonesia. Keputusan harus menyesuaikan data yang ada di setiap daerah, karena kondisi dan keadaan yang berbeda-beda.
“Jadi, kota mana yang masuk new normal di bulan Juni? Tidak bisa dibilang Indonesia mau masuk new normal bulan Juni, terlalu heterogen,” ucapnya.
“Serta persyaratan pelonggaran dan pembukaan ruang publik telah disetujui berdasarkan perhitungan epidemiologi,” imbuh Panji menjelaskan.
Lantas bagaimana menurut Parents, melihat perbandingan jumlah kasus positif, serta angka kematian dan sembuh Corona di Indonesia, apakah sejumlah daerah sudah tepat menerapkan new normal?
Baca Juga :
Panduan New Normal Bagi Pekerja Agar Keluarga Tetap Aman dari COVID-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.