Meski sudah memasuki masa New Normal, bukan berarti kita menjadi lengah atas pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Virus Corona bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Saat ini kurva kasus positif masih belum menurun dan kita masih harus waspada karena angka kematian anak akibat COVID-19 ini termasuk cukup tinggi.
Usia anak, yaitu 0 hingga 18 tahun meliputi hampir sepertiga jumlah penduduk di Indonesia. Selama ini muncul anggapan bahwa sistem imun anak lebih kuat terhadap virus, namun tidak menutup kemungkinan juga anak bisa termasuk orang tanpa gejala (OTG). Oleh karena itu, kita tetap tidak boleh melupakan protokol kesehatan untuk anak.
Artikel terkait: 11 Anjuran IDAI Untuk Cegah Anak Terpapar COVID-19
Angka Kematian Anak Akibat COVID-19 Capai 1 Persen
Dilansir dari Liputan 6, sebuah studi di Eropa mengungkapkan bahwa angka kematian anak akibat infeksi Virus Corona sekitar 1 persen dari jumlah keseluruhannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dua dari empat anak yang meninggal karena COVID-19 sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya.
Dipublikasikan di The Lancet Child & Adolescent Health pada tanggal 25 Juni 2020, studi ini membuktikan bahwa mayoritas anak yang terinfeksi Corona ini tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Hanya delapan persen saja dari pasien anak yang harus dipindahkan ke ICU selama masa perawatannya.
Temuan ini berdasarkan laporan dari 600 dokter anak yang pernah menangani pasien COVID-19 sebelumnya. Dari data tersebut, kasus yang disebabkan Virus SARS-CoV-2 ini lebih banyak menjangkiti anak berjenis kelamin laki-laki.
Selain itu ditemukan 16 persen kasus Corona dimana pasien anak tidak menunjukkan gejala dan penyakitnya ringan. Sehingga ada kemungkinan bahwa bisa saja ada lebih banyak kasus dari yang diberitakan.
Menurut peneliti, anak lebih berisiko terinfeksi COVID-19 karena melakukan kontak dekat orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. Adanya co-infection dengan virus lain seperti influenza juga dapat memperparah penyakit pada anak.
“Diprediksi pada musim dingin 2020-2021 ketika banyak kasus infeksi saluran pernafasan, kasus keparahan penyakit COVID-19 meningkat,” ungkap peneliti dari studi tersebut.
Kasus Anak Meninggal Akibat Virus Corona di Indonesia Paling Tinggi se-Asia
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat setidaknya ada 3.324 pasien anak dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) dan 584 anak meninggal hingga bulan Mei lalu, mengutip dari Detik. Angka kematian anak yang terus meningkat ini membuktikan bahwa masyarakat masih menganggap remeh COVID-19 pada anak.
“Tidak pernah ada dokter anak yang mengatakan anak tidak rentan atau COVID-19 tidak berakibat fatal pada anak. Jadi berarti ada ignorance atau unawareness pada kesehatan anak Indonesia selama ini,” ungkap Ketua Umum IDAI, dr. Aman B Pulungan.
Dari data yang didapatkan dari pencatatan manual yang dilakukan IDAI tersebut, diperoleh fakta bahwa tingkat kematian anak akibat Virus Corona di Indonesia ini termasuk yang paling tinggi diantara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Singapura mencatat nol kasus untuk kematian anak akibat COVID-19. Tiga dari empat anak yang meninggal di Amerika disebut mengalami sindrom inflamasi mirip seperti penyakit Kawasaki yang dipercaya ada hubungannya dengan Corona.
Dr. Aman sendiri menduga kasus COVID-19 pada anak sebenarnya jauh lebih tinggi dari data yang mereka miliki atau catatan pemerintah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan sedikitnya jumlah tes yang sudah dilakukan.
KPAI Minta Orangtua Awasi Anak Bermain di Masa New Normal
Pemerintah juga tidak melakukan pemeriksaan khusus untuk anak, melainkan anak hanya akan diperiksa jika sudah ada keluarganya yang terbukti positif, mengutip dari VOA Indonesia.
“Karena memang jumlah anak yang diperiksa paling sedikit kan, dan banyak yang screening di mall, kantor, asrama, pasar, bandara. Anak-anak kan tidak masuk yang di-screening.
Jadi anak yang kita periksa itu adalah anak yang memang sudah ada gejala atau kalau misalnya orangtuanya ada gejala baru diperiksa. Kalau misalnya anak batuk pilek kan tidak semuanya langsung diperiksa,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dirinya masih menemukan banyak anak-anak yang masih bermain dan berkeliaran di luar rumah. Hal tersebut sangat berbahaya lantaran dapat meningkatkan risiko terekspos virus di lingkungan yang belum tentu steril.
Artikel terkait: KPPPA Luncurkan Panduan PATBM (Perlindungan Anak) Saat Pandemi COVID-19
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mengingatkan pada para orangtua pentingnya mengawasi anak saat sedang bermain. Menurut Komisioner KPAI, Jasra Putra, memang kebosanan pada anak tak dapat dipungkiri dalam masa karantina saat ini.
“Saran kita di samping soal sosialisasi terus menerus dikasih pemahaman secara baik kepada anak-anak. Terus dipastikan pengawasan orangtua terkait protokol kesehatan ini kan bisa jalan . Misalnya ketika anak berada di rumah tetap pakai masker, ketika dia memegang sesuatu setelah itu dia cuci tangan,” papar Jasra.
Berkaitan dengan tingginya angka kematian anak akibat COVID-19 ini, kita sebagai orangtua harus meningkatkan kewaspadaan dan menjaga anak-anak kita sebaik mungkin.
Baca Juga:
Kasus Positif COVID-19 pada Anak di Bali Melonjak, Faktor Ini Diduga Jadi Penyebabnya