Waspada Pembuluh Darah Otak Pecah, Ketahui Gejala dan Cara Pengobatannya
Pecahnya aneurisma ini dialami 1 orang setiap 18 menit. Ketahui gejalanya!
Mungkin banyak yang belum familier dengan aneurisma otak. Faktanya, menurut data WHO, diperkirakan ada sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini, lho.
Data ini tentu saja bisa menjadi peringatan untuk kita semua akan ancaman bahaya dari kondisi ini.
Artikel Terkait: Sebabkan Kerusakan Sel Saraf Otak, Apa Saja Gejala Penyakit Huntington?
Memahami Terjadinya Aneurisma Otak
Penting untuk dipahami lebih dulu bahwa aneurisma otak adalah kondisi di mana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut.
Jika aneurisma ini pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal yaitu perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak.
Pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh 1 orang setiap 18 menit di seluruh dunia.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja. Meski demikian, aneurisma otak paling sering dialami oleh perempuan berusia di atas 40 tahun.
Sampai saat ini tercatat ada beberapa selebritas dunia yang mengalaminya, di antaranya adalah Sharon Stone, Emilia Clarke (Game of Throne), Dr. Dre, dan Neil Young.
Artikel Terkait: Tukul Arwana Alami Pendarahan Otak, Kenali Gejala dan Penyebabnya!
Penyebab Aneurisma Otak
Sayangnya, penyebab pasti melemahnya dinding pembuluh darah pada otak seseorang belum dapat diketahui.
Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:
- Usia di atas 40 tahun
- Menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi
- Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah menopause
- Memiliki riwayat cedera kepala
- Pecandu alkohol atau pengguna narkoba (terutama kokain)
- Perokok aktif
- Memiliki riwayat aneurisma otak di keluarga
Mengingat penyebabnya sebenarnya tidak pasti dan pada umumnya sebelum pecah, aneurisma ini tidak bergejala, maka sangat dianjurkan untuk melakukan brain check-up secara rutin.
Aneurisma memang tidak selalu berujung pada kematian. Namun jika terjadi, dampaknya pun bisa dibilang tidak ringan karena akan memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Tentunya, hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga.
Timbulnya kecacatan, dan diperlukannya perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma otak.
Artikel Terkait: Bisa Akibatkan Kerusakan Otak, Ini Hal yang Perlu Diketahui Tentang Penyakit Meningitis
Pentingnya Kesadaran untuk Mencegahnya
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap bulan September setiap tahunnya, mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.
Dalam sesi webinar yang dihelat Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), dr. Abrar Arham, SpBS menjelaskan, “Selain meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak, atau akan lebih baik bila dapat ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah.”
“Di samping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” lanjut dr. Abrar.
Artikel Terkait: 11 Jenis Makanan Tidak Baik untuk Otak, Berpeluang Demensia!
Gejala Aneurisma Otak yang Perlu Diperhatikan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sebenarnya gejalanya memang sulit dideteksi.
Sebab akan tergantung pada kondisi setiap penderita. Di mana aneurisma otak yang masih berukuran kecil dan belum pecah sering kali tidak memunculkan gejala.
Meski demikian, ada beberapa gejala yang bisa dirasakan. Apa saja?
- Rasa nyeri di area mata
- Mengalami gangguan penglihatan atau melihat ganda
- Sakit kepala
- Mati rasa di salah satu sisi wajah
- Keseimbangan terganggu
- Sulit berbicara
- Sulit konsenstrasi
Sementara, ada beberapa gejala yang menandakan telah terjadi pecahnya aneurisma:
- Sakit kepala muncul tiba-tiba dan terasa tidak tertahankan
- Penglihatan menjadi kabur atau memiliki penglihatan ganda
- Mual dan muntah yang menyembur
- Sulit berjalan
- Lumpuh atau lemah pada salah satu sisi tubuh atau tungkai
- Sulit berbicara
- Kelopak mata turun (ptosis)
- Kejang
- Kehilangan kesadaran.
Artikel Terkait: Dapat Sebabkan Pembuluh Darah Menyempit, Ini Gejala, Cara Mengobati, dan Mengatasi Hiperkolesterolemia
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi lewat bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).
Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali kita membutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini.
Dokter Abrar juga memaparkan teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95%). Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.
Ada beberapa keunggulan dari teknologi ini, yaitu:
- Prosedur relatif cepat
- Pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU
- Mengurangi lamanya rawat inap
- Lebih nyaman untuk pasien
- Tidak ada luka sayatan
“Dengan hadirnya Aneurysm Awareness Month ini, saya berharap masyarakat lebih aware akan penyakit ini dan mau melakukan pemeriksaan brain check-up secara rutin, sehingga kasus-kasus aneurisma otak di Indonesia dapat ditangani sebelum pecah dan membantu mencegah kecacatan dan kematian akibat penyakit ini.”
***
Baca Juga:
Waspada Asidosis, Tingginya Kadar Asam di Darah yang Picu Gangguan Organ