Kalau bicara soal paparan, Parents mungkin sudah familiar dengan paparan asap rokok atau polusi udara yang memang menjadi permasalahan serius akhir-akhir ini. Namun tahukah Parents, kita juga perlu waspada dengan paparan timbal. Pasalnya, peneliti baru-baru ini mengungkap bahwa 90 persen anak di Pulau Jawa terpapar logam timbal, lho.
Sebenarnya, Apa Sih Timbal Itu?
Bagi Parents yang belum tahu, timbal adalah logam berat atau timah hitam yang berada di lingkungan sekitar kita.
Umumnya, timbal ini kerap dijadikan sebagai salah satu bahan untuk pembuatan peralatan makan, cat, pelapis keramik, dan barang-barang lainnya.
Namun, biasanya kandungan timbal yang digunakan untuk membuat barang-barang tersebut sangatlah minim. Hal ini karena timbal memiliki kandungan racun yang tinggi sehingga sangat berbahaya apabila sampai terpapar pada tubuh manusia, terutama anak-anak.
Saat ini pun, menurut laporan Society Glass and Ceramic Decorated Products, penggunaan timbal untuk pembuatan cat, alat makan, dan barang lainnya sudah mulai dihindari karena tingkat kesadaran akan bahaya timbal sudah mulai tinggi.
Meski begitu, kita juga tidak bisa menampik kemungkinan bahwa risiko paparan timbal tetap harus diwaspadai.
Artikel Terkait: Penelitian: Paparan Asap Rokok Picu Mendengkur pada Anak!
90 Persen Anak Pulau Jawa Terpapar Timbal
Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian para ahli dari Universitas Indonesia yang menyebut 90% anak di Pulau Jawa terpapar timbal. Mereka menjelaskan, 3,4 persen anak dari jumlah tersebut memiliki kadar timbal darah (KTD) melebihi batas rekomendasi WHO membutuhkan terapi.
Mengutip laman Universitas Indonesia, WHO merekomendasikan kadar timbal darah sebanyak KTD 5 µg/dL sebagai sumber pajanan lingkungan yang perlu diwaspadai. Maka itu, disarankan agar KTD tidak melebihi angka tersebut. Sementara itu, 45 µg/dL merupakan batas KTD untuk pertimbangan pemberian terapi.
Nah, kajian KTD pada anak-anak di 5 desa di Pulau Jawa menunjukkan, hampir 90% anak memiliki KTD melebihi batas rekomendasi WHO tersebut.
Dari 500 responden anak berusia 12-59 bulan, hasilnya adalah dari anak yang memiliki KTD ≥ 20 µg/dL, sebanyak 34% mengalami anemia.
Sementara itu, anak dengan KTD ≥ 20 µg/dL yang disertai anemia, 14%-nya mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Anak dengan KTD ≥ 20 µg/dL dan anemia berisiko 4 kali lipat mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
Apa Penyebabnya?
Dalam kajian ini, peneliti mengambil sampel dari analisis tempat tinggal. Mereka mengukur kandungan timbal pada tanah, cat tembok, debu, air, udara, alat masa, pakaian, hingga mainan anak.
Hasilnya, kadar KTD tinggi ternyata dipengaruhi dari ayah atau orang tua yang juga memiliki KTD tinggi, serta cemaran timbal pada tanah di lokasi bermain anak.
Percemaran ini dipengaruhi dari aktivitas industri. Salah satunya adalah daur ulang aki bekas yang tidak sesuai standar.
Selain itu, seperti telah dijelaskan sebelumnya, paparan timbal juga bisa terjadi dari barang-barang sekitar yang kita gunakan dan berbahan timbal seperti alat makan atau cat tembok. Debu dan udara sekitar juga bisa terkena kontaminasi timbal sehingga bisa berisiko memaparkannya pada kita.
Artikel Terkait: Amankah Penggunaan Kacamata Blue Light untuk Kesehatan Mata Anak?
Bahaya Paparan Timbal
Salah satu peneliti, Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, M.S., Sp.Ok(K), Ph.D, menyampaikan bahwa ini adalah permasalahan mendesak yang perlu ditangani.
Pasalnya, paparan timbal yang tinggi akan sangat berpengaruh pada kesehatan anak maupun orang dewasa, seperti:
- Jadi sulit berkonsentrasi
- Kecerdasan atau kognitif menurun
- Konstipasi
- Masalah tidur
- Koordinasi otot buruk
- Anak sulit belajar bicara dan membaca
- Cacat lahir
- Kerusakan ginjal dan sistem syaraf
“Keterlambatan penanganan akan memengaruhi kualitas generasi mendatang karena tumbuh kembang anak terhambat serta angka penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya bisa melonjak,” jelas Muchtaruddin.
Artikel Terkait: Waspadai Bahaya Timbal Pada Peralatan Makan Anak Anda
Lalu, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Mencegah paparan timbal menjadi tantangan sendiri bagi kita, Parents. Pasalnya, kita tidak tahu apa saja barang-barang atau lingkungan yang sudah terpapar timbal atau belum.
Namun jangan khawatir, ada banyak cara untuk meminimalisasi paparan timbal yang bisa kita lakukan kok, Parents. Beberapa di antaranya adalah:
- Terapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, olahraga teratur, dan cukupi istirahat
- Jaga kebersihan seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi
- Pastikan anak menggunakan alas kaki ketika ke luar rumah, serta mengganti pakaian setelahnya
- Berikan ASI eksklusif pada si kecil yang masih bayi
- Hati-hati dalam memilih alat makan. Pilih alat makan dari produsen terpercaya. Serta, hindari alat makan yang punya tekstur mengkilap (glaze) dan warna terlalu mencolok karena biasanya tekstur tersebut mengandung timbal
- Gunakan cat tembok yang bebas timbal
- Jangan memakai alat makan yang sudah rusak
- Bersihkan mainan anak dan benda-benda sekitar secara rutin setelah digunakan
- Jauhkan anak dari area renovasi rumah/bangunan. Pasalnya, area tersebut banyak debu beterbangan, serbuk cat terkelupas yang bisa mengandung timbal dalam jumlah cukup tinggi.
Parents, itulah informasi seputar penelitian yang menyebutkan 90 persen anak di Pulau Jawa terpapar timbal. Serupa dengan permasalahan paparan asap rokok dan polusi udara, masalah paparan timbal ini juga perlu jadi perhatian dan diwaspadai.
Semoga bermanfaat!
***
Baca Juga:
id.theasianparent.com/ayurveda-adalah
Ketahui Definisi dan Ragam Ciri Air Bersih yang Layak Untuk Diminum