Waktu luang di sela pandemi bisa menimbulkan kejenuhan, tetapi bisa juga mengarah pada peluang. Seperti kisah anak SMP ternak kelinci yang sangat menginspirasi. Aktivitas yang berawal dari iseng ini nyatanya berkembang dan membuatnya punya penghasilan sendiri.
Kisah Anak SMP Ternak Kelinci, Berawal dari Isi Waktu Luang
Kendati jenuh, sekolah daring yang sempat dialami pelajar sekolah bisa jadi mendatangkan berkah. Seorang anak Sekolah Menengah Pertama di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merasakan hal tersebut.
Sumber: Detik
Adalah Genthur Rahmadhani (15) yang memilih mengisi waktu luang sejak COVID-19 mewabah di Indonesia. Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus COVID-19 pertama, sekolah tatap muka perlahan ditiadakan dan diganti pembelajaran secara online.
Sadar akan waktu luang yang tersisa banyak, Genthur pun memutuskan mencari kegiatan lain. Beternak kelinci pun menjadi pilihan.
“Awalnya dulu kan cari kesibukan karena cuma belajar daring dan banyak waktu luangnya. Terus lihat di YouTube soal memelihara kelinci,” ujar Genthur memulai kisahnya mengutip laman Detik.
Bertempat di kediamannya di Pedukuhan Banaran 9, Kelurahan Banaran, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, Genthur memulainya dengan sepasang kelinci. Kala itu, kelinci yang dibelinya berjenis Rex seharga Rp 600 ribu dari seseorang di Kapanewon Playen.
“Terus coba pelihara kelinci sepasang untuk mengisi waktu luang, dan lama-lama kok beranak. Ternyata dijual lewat Facebook kok laku,” sambungnya lagi. Melihat peluang yang menjanjikan, Genthur pun memutuskan menggeluti aktivitas tersebut menjadi bisnis.
Artikel terkait: Kini Sedang Langka, Waspada Praktik Minyak Goreng Oplosan
Belajar Secara Otodidak
Sadar aktivitasnya mampu mendatangkan pundi rupiah, pelajar yang masih duduk di bangku kelas 3 SMPN Playen tersebut mempelajari semuanya secara otodidak. Perlahan tapi pasti, Genthur menyulap area di belakang rumahnya menjadi lokasi beternak kelinci.
“Karena saya lihat prospeknya bagus, terus saya belajar di YouTube dan sama peternak lain untuk mengembangbiakkan kelinci. Setelah berjalan, mulai awal 2021 itu saya membesarkan kandang di rumah belakang yang tidak dipakai ini,” ujarnya lagi.
Anak tunggal pasangan Sumanto dan Tuwisriyanti ini mengaku dalam beternak kelinci hanya seorang diri. Orangtuanya sangat mendukung kegiatannya tersebut, walaupun tidak turut campur.
“Beternak sendiri saja, orangtua tidak membantu,” ujarnya. Menurutnya, beternak kelinci bukanlah hal yang sulit asalkan teliti dan telaten dalam memelihara. Tantangan lain adalah ketika kelinci terserang penyakit gudik dan diare.
“Yang saya kembangkan saat ini kelinci Hayla dan NZ atau New Zealand, untuk pakan cukup pelet sama rumput kering saja. Terus kalau penyakit biasanya Gudig dan diare, itu bisa sembuh kalau disuntik dan biasanya saya suntik sendiri,” sambungnya lagi.
Di samping itu, keuntungan lain juga bisa didapat. Daging kelinci bisa diolah menjadi menu sate, sementara urin kelinci sering dicari petani untuk dimanfaatkan sebagai pupuk.
“Daging hingga urin kelinci bisa dimanfaatkan, kalau daging dikonsumsi dan kalau urinnya untuk pupuk tanaman. Biasanya kalau urin kelinci saya jual ke petani, per liter harganya Rp 5 ribu,” tukas Genthur.
Artikel terkait: 5 Fakta Sinta Aulia, Anak Penderita Tumor Tulang yang Ingin Jadi Polwan
Bisa Beli Benda Impian
Terkait penghasilan, Genthur mengaku senang karena lumayan. Melalui ternak kelinci, ia bisa membeli benda yang selama ini ia impikan tanpa harus meminta orangtuanya. Penjualan kelinci juga hanya memanfaatkan media sosial.
“Penghasilan dari beternak kelinci lumayan, bisa buat beli Hp dan motor. Kalau jualnya biasanya saya jual lewat online di Facebook Genthur Rahmadhani dan untuk yang pedaging diambil pengepul ke sini (rumahnya) biasanya,” sambungnya.
Saat dicaritahu lebih mendetail, omzet remaja ini konon bisa mencapai belasan juta rupiah per bulannya.
“Sekali panen kalau pedaging 50 ekor Rp 8 jutaan, kalau betina 50 ekor Rp 12 juta ke atas. Untuk waktu panen kalau betina 2 bulan dan jantan 3 bulan.
Karena untuk kelinci betina minim harus berbobot 1,3 kilogram, kalau jantan 2 kilogram untuk bisa dijual. Dipasarkannya secara online dan untuk dagingnya itu biasanya ada pengepul dari Magelang,” imbuh Genthur.
Sejauh ini, Genthur sudah memiliki 25 ekor indukan kelinci dan 90 ekor anakan. Ia pun berharap dapat mengembangkan peternakan kelincinya dan mencapai ratusan indukan.
“Sekarang saya punya indukan 25 ekor dan anakan sekitar 90 ekor. Harapannya apa yang saya lakukan bisa terus berkembang dan kedepannya bisa punya 100 induk, syukur-syukur bisa lebih,” pungkas Genthur.
Wah Parents, apakah Anda tertarik menyusul jejak Genthur?
Baca juga:
Kisah Lenny Pemilik Sambal Bu Rudy, Sukses Berbisnis walau Tak Tamat SD
Kisah Perjuangan Orangtua Menyekolahkan Anak, Hanya Ojol Lulusan SD
Tragis! Seorang Wanita Tewas Setelah Lakukan Suntik Filler Payudara Ilegal
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.