Sering Garuk Telinga Hingga Lecet, Ternyata Anakku Alami Kondisi Ini

Waspada terkena infeksi! Jaga kebersihan & perhatikan jika anak mulai garuk telinga!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menjadi seorang ibu baru membuatku mengalami banyak sekali hal yang tak terduga. Aku jadi tahu bagaimana perasaan seorang ibu ketika anaknya sakit. Kalau bisa, aku ingin menggantikan dia saja. Ya, anakku mengalami otitis media di usianya yang baru 2 bulan. Semua berawal dari kecurigaan kami ketika melihatnya sering garuk telinga hingga lecet.

Penyebab Otitis Media

Otitis Media adalah infeksi yang terjadi di bagian telinga tengah. Gangguan ini bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah air yang masuk ketika kita memandikan bayi. Untuk kasus anakku, air yang terjebak di dalam lubang telinga sulit keluar. Air mandi meskipun bersih, ada kemungkinan mengandung bakteri. Kemungkinan besar, bakteri inilah yang menyebabkan infeksi.

Dalam perjalanan kami mengobati anakku, aku cemas karena mungkin akan banyak orang yang menyalahkan kami sebagai orang tua. Padahal, pasti tidak ada orang tua yang mau hal ini terjadi. Sudah anak rewel, ditambah pikiran yang kacau, membuatku tidak bisa berpikir jernih. Untunglah suamiku selalu siaga bersama kami.

Artikel terkait: Sering Dialami Anak, Waspada Infeksi Bakteri yang Sebabkan Mastoiditis

Gejala yang Dialami Anakku

Awalnya aku tidak menyadari bahwa anakku mengalami otitis media. Kukira itu karena gigitan nyamuk. Atau bagian samping kepalanya yang gatal karena tidak cocok dengan shampo. Saat kucoba mengganti shampo merk lain, ternyata masih sama saja.

Semakin lama anakku semakin sering garuk telinga hingga lecet. Belum sembuh luka yang lama, luka baru sudah terlihat. Meskipun sudah dipotong kuku-kukunya, tetap saja kami kecolongan. Untungnya tidak ada demam atau gejala lain yang lebih parah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di masa-masa pandemi, untuk membawa bayi ke fasilitas kesehatan pasti membuat kita berpikir panjang. Segala ketakutan bahwa pasti banyak virus, bertemu banyak orang, dan risiko yang lebih besar pada bayiku membuatku cemas. Akhirnya pada seminggu pertama sejak gejala itu muncul, aku berinisiatif memakaikan sarung tangan ketika bayiku tidur.

Artikel terkait: Infeksi Telinga pada Anak, Gejala dan Cara Menanganinya

Penanganan yang Kami Ambil

Selepas satu minggu, bayiku masih tetap menggaruk telinga kanan dan kirinya. Hingga terlihat ada cairan kuning yang keluar dari lubang telinganya. Aku dan suamiku memberanikan diri untuk membersihkan bagian luarnya saja. Kami terkejut karena ternyata cairan tersebut berbau.

Karena khawatir semakin parah dan tidak tega melihat dia rewel, aku memeriksakannya ke Puskesmas. Tindakan ini kuambil demi kebaikan anakku. Untungnya waktu kami datang, Puskesmas cukup lengang.

Setelah memeriksa kondisi telinga anakku, dokter menyarankan rujuk ke Dokter Spesialis Anak (DSA). Akhirnya aku memilih rumah sakit tempat kerja suami. Kebetulan dokter ini juga DSA yang memeriksa saat anakku baru lahir.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketika mengetahui anakku sakit, beliau tentu prihatin. Anakku masih begitu kecil dan hanya bisa rewel ketika telinganya gatal. Beruntungnya kami mendapat dokter yang sabar dan pengertian. Beliau tidak menuduh kami sebagai orang tua yang lalai. Ternyata dugaanku salah.

Kami diresepkan obat antibiotik dan parasetamol. Dokter juga memberikan tips membersihkan telinga bayi dengan ujung tisu yang dipilin. Cara ini bisa membuat air yang ada di dalam lubang telinga terserap dan ikut keluar. Kami diharuskan kembali lagi satu minggu kemudian untuk kontrol.

Artikel terkait: Tak hanya bau, ini tanda lain si kecil alami infeksi telinga

Tindak Lanjut

Selang satu minggu, anakku mulai berkurang menggaruk telinganya. Tapi cairannya masih keluar sedikit. Akhirnya DSA menyarankan rujuk ke dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorokan).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kami harus berpindah rumah sakit karena di sana tidak ada poli THT. Untungnya rumah sakit yang sekarang lebih dekat dari rumah. Oleh dokter spesialis THT, kami diberi resep obat antibiotik berbentuk tetes telinga.

Kami rutin memberikan obat tersebut sesuai petunjuk dokter. Akhirnya setelah 1 minggu anakku sudah berhenti menggaruk telinganya. Cairan kuning juga sudah tidak keluar lagi.

Saat kontrol dan dilakukan pemeriksaan, kami dipersilakan melihat kondisi lubang telinga anak kami. Ternyata infeksinya sudah sembuh dan telinganya bersih. Besar sekali rasa syukur kami berdua. 

Semoga pengalaman kami bermanfaat bagi Parents, untuk mendeteksi masalah pada anak-anak kita lebih awal. Seperti dalam kasus yang dialami anak kami, sebaiknya beri perhatian jika ia mulai garuk telinga hingga lecet.

Ditulis oleh Desi Kartika Sari, UGC Contributor theAsianparent.com

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel UGC lainnya:

Mengenal Uniknya Mama-tomo, Circle Pertemanan Ibu-Ibu Jepang

Ceritaku Mengajak Anak Autis Berwisata ke Ciwidey dan Mendapat Reaksi Tak Terduga

Pengalamanku Membujuk Anak Mogok Makan dengan Video "The Gingerbread Man"

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan