Kriuk… kriuk… makan kerupuk sebagai pendamping nasi dan lauk pauk memang nikmat, ya, Parents? Tak hanya kita sebagai orang dewasa, anak-anak pun pasti menyenanginya.
Tapi, bagaimana jika kebiasaan makan kerupuk ini dilakukan oleh anak-anak yang masih kecil, khususnya yang belum lama melewati tahapan fase MPASI?
Boleh, atau sebaiknya dihindari?
Artikel terkait: Anak suka pilih-pilih makanan? Lakukan 6 metode fun meal untuk atasi anak picky eater
Bolehkah Anak Makan Kerupuk?
Tak bisa dipungkiri, kerupuk memang kerap kali dijadikan makanan pendamping. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap bahwa kerupuk merupakan salah satu makanan yang mampu mendongkrak selera makan.
Tidak percaya? Coba saja perhatikan anak-anak yang terlihat sangat menikmati ketika makan kerupuk bahkan jadi lahap.
Tak mengherankan jika pada akhirnya banyak orang tua yang menjadikan makanan yang crunchy ini sebagai salah satu ‘senjata’ agar anaknya mau makan.
Maklum saja, salah satu masalah yang sering kali ditemui oleh orang tua adalah menghadapi kondisi anak yang sulit makan. Baik picky eater atau memang sedang melakukan gerakan tutup mulut (GTM).
Alhasil orang tua pun melakukan beragam upaya agar anaknya tetap mau makan. Salah satunya membiarkan anak menikmati makan kerupuk.
Sama seperti orang tua lainnya, Kaditha Ayu, seorang aktris sekaligus ibu baru juga mengaku memiliki permasalahan yang sama, sehingga harus pintar mencari seribu akal untuk mengatasi anaknya yang sulit makan.
Ditemui di acara bincang kesehatan yang digagas oleh Danone, Kaditha Ayu mengaku telah melakukan berbagai cara agar anaknya mau makan.
Hal ini tentu saja penting dilakukan agar nutrisi yang dibutuhkan oleh buah hatinya terpenuhi dengan baik.
Tak hanya memberikan contoh yang baik sehingga bisa diteladani oleh anaknya, ia juga mengaku kerap memberikan kudapan kesukaan anaknya, kerupuk.
“Sebagai orang tua tentu kita perlu jadi contoh yang baik dulu pada anak. Kalau mau anaknya makan sayur, maka saya juga harus makan sayur. Selain itu anak saya senang banget makanan yang crunchy seperti kerupuk, jadi saya kasih. Malah suka saya hancurkan dulu kerupuknya di atas nasi,” paparnya.
Menanggapi kebiasaan makan kerupuk ini, DR. Dr. Conny tanjung Sp.A (K) menjelaskan bahwa sebenarnya anak makan kerupuk boleh-boleh saja.
Namun, tentu saja perlu memperhatikan komposisi makanan bernutrisi lainnya.
Jangan sampai hanya makan kerupuk saja sementara kandungan zat dan vitamin penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak tidak tercukupi dengan baik.
“Bukan tidak boleh, kerupuk apalagi kerupuk yang rasanya terlalu asin, tentu saja tidak baik untuk jangka panjang anak. Jika memang ada penyedap rasanya sebenarnya tidak apa. Boleh-boleh saja karena kan bisa membuat rasanya lebih gurih.”
“Tapi memang ini baru boleh diberikan untuk anak di atas satu tahun di mana anak usia ini memang sudah bisa dikenalkan dengan makanan keluarga.”
Artikel terkait: 5 Camilan berbahaya untuk anak, jangan biarkan si kecil terlalu sering mengkonsumsinya
Ini Kerupuk yang Aman untuk Anak
Namun ditegaskan dr. Conny untuk menyiasatinya, orang tua perlu mencari kerupuk dengan kualitas yang baik. Termasuk memperhatikan bagaimana cara pengolahannya.
“Kurangi juga lemak jenuhnya, karena kan kerupuk itu harus digoreng lebih dulu. Jadi, cari minyak yang baik juga, minyaknya juga jangan dipakai berulang-ulang. Lebih baik memang berikan kerupuk yang digoreng sendiri di rumah.”
Dr. Conny mengingatkan, prinsipnya saat memberikan anak makan, memang perlu menciptakan situasi yang menyenangkan.
Jangan sampai memaksa anak untuk makan, sehingga membuat anak beranggapan waktu makan adalah momen yang tidak menyenangkan.
Durasi makan pun diperhatikan, yaitu maksimal 30 menit saja.
Meskipun dalam kurun waktu 30 menit anak hanya makan sedikit, dalam kondisi normal pada jam makan berikutnya anak akan merasa lapar sehingga timbul keinginan untuk makan.
“Jangan biasakan juga saat makan memberikan anak gadget, karena gadget itu kan sudah menyenangkan buat anak. Justru kalau makan sambil dikasih gadget, anak menganggap proses makan yang mengganggu kenikmatan melihat gadget. Jadi tidak perlu ada distraksi dari gadget.”
Faktor utama yang tidak boleh diabaikan tentu saja kualitas nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh anak. Jangan sampai kebutuhan nutrisinya tidak lengkap.
Faktanya, sampai saat ini memang masih ada orang tua yang keliru dalam memberikan komposisi makanan khususnya ketika anak mulai MPASI.
Padahal, praktik pemberian MPASI yang salah justru bisa membuat anak kekurangan gizi yang berujung dengan gagal tumbuh atau stunting.
Jadi, pastikan kebutuhan nutrisi dan zat penting lainnya yang mendukung tumbuh kembang anak tercukupi dengan baik, ya, Parents.
****
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.