Anak berkelahi adalah hal biasa, baik anak laki-laki maupun perempuan
Biasanya anak berkelahi diawali dengan kakak merebut mainan adik, adik marah dan menjerit lalu memukul kakak, kemudian kakak membalas. Anak berkelahi adalah sesuatu hal yang biasa di kehidupan keluarga manapun.
Anak memukul kakak atau saudara sepupunya karena ia marah atau sedih. Ia tak tahu bahwa menyerang seseorang, baik yang usianya lebih tua atau lebih muda darinya mengakibatkan rasa sakit dan terluka.
Jika perilaku ini menjadi kebiasaan, lama kelamaan anak berpikir bahwa memukul saat ia berkelahi adalah cara untuk mengatasi kekesalan dan/atau mendapatkan perhatian. Dalam kasus yang lebih ekstrem, agresi fisik saat anak berkelahi dapat membentuk anak menjadi pelaku bullying.
Dalam sebuah riset yang dipublikasikan oleh jurnal Pediatric pada Juli 2013 menyimpulkan bahwa seorang anak yang terbiasa di-bully oleh kakak atau adik mengakibatkan gangguan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja.
Kapan saatnya Anda turun tangan saat anak berkelahi?
Maka, para pembuat riset tersebut menganjurkan para orang tua untuk mempertimbangkan anak berkelahi sebagai hal yang serius. Hal ini karena orang tua cenderung menganggap anak berkelahi sebagai sesuatu hal yang biasa.
Padahal, anak berkelahi dengan saudara kandung (apalagi terus menerus) dapat mempengaruhi perkembangan mental si anak.
Andakah yang mengilhaminya?
Ketika Anda memukul anak untuk mendisiplinkan mereka, maka anak-anak Anda akan berpikir bahwa merekapun dapat melakukan hal yang sama. Anak akan menganggap memukul, atau berkelahi, adalah sesuatu yang biasa dan satu-satunya cara menyelesaikan masalah.
Kini saatnya Anda mengubah pola asuh dengan menggunakan metode yang lebih positif untuk mendisiplinkan anak Anda!
Ajarkan anak tentang negosiasi untuk menghindarkan kejadian semacam ini
Ajarkan cara bernegosiasi dasar dan kemampuan menyelesaikan masalah
Ajarkan anak cara bernegosiasi sederhana untuk menghindarkan anak berkelahi dengan saudara kandung atau siapa saja. Sarankan tentang bergiliran memainkan suatu permainan, bertukar mainan, mengajukan kesepakatan (seperti, “Baik, kamu boleh main duluan, giliranku nanti habis kita makan siang,”) dan juga mengalah.
Sayapun sering kali harus menghadapi anak berkelahi ketika mereka berebut memainkan game konsol (karena kedua anak saya laki-laki dan sama-sama suka main game!).
Solusi dari saya adalah mengatur waktu memainkan game konsol, dimana mereka berdua harus mematuhinya, meski terpaksa berhenti saat game sedang seru-serunya.
Mengajarkan anak bungsu untuk mengalah memang sedikit sulit karena di rumah ia terbiasa menjadi pusat perhatian. Saat keponakan saya yang masih balita bermain ke rumah adalah saat yang tepat untuk mengajarkan si bungsu mengalah dan ‘bernegosiasi’ dengan sepupu kecilnya.
Ketika keponakan balita saya menginginkan buku pelajaran sekolahnya, si bungsu saya anjurkan untuk menawarkan buku lain, seperti majalah bergambarnya.
Ajarkan cara mengungkapkan perasaan
Anak-anak sama seperti orang dewasa, mereka memerlukan sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya. Anak berkelahi ketika mereka tak mempunyai pilihan lain, atau tidak mengetahui cara lain untuk mengungkapkan perasaannya.
Ketika si sulung merasa marah karena adik telah merusak mainan kesayangannya, Anda dapat mencegahnya melampiaskan kekesalan dengan memukul adik dengan memintanya menuliskan perasaannya pada selembar kertas.
Saya menganjurkan hal ini pada si sulung, dan hingga sekarang dia punya kebiasaan menuliskan rasa marahnya dalam pesan singkat di ponsel,
Jangan panik
Anda sedang merasa sangat lelah akibat beraktifitas seharian, dan tiba-tiba Anda mendengar anak berkelahi! Reaksi panik Anda akan memancing emosi, dan kemungkinan besar Anda akan mendamprat mereka habis-habisan.
Hindarilah hal ini, terutama jika anak masih balita. Mereka masih dalam tahap belajar membedakan hal yang benar dan salah, dan reaksi murka Anda hanya akan menyebabkan mereka merasa makin tertekan dan menyimpan dendam untuk dilampiaskan dengan memukul saudara kandungnya di saat Anda lengah.
Parents, adakah saran lainnya? Silakan tulis pengalaman Anda di kolom komentar di bawah ini.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.