Berita anak 6 tahun yang menderita gangguan jiwa karena dipaksa belajar terus oleh ibunya telah menjadi viral di berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter ataupun Path.
Postingan itu berawal dari akun Facebook Andi Teposs tentang anak 6 tahun tersebut seperti ini:
“Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama.
Anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan. Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya..
” bu siti ya” ( bukan nama sebenarnya) “iya ” jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
” Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapaa?”
” Kalau do’a masuk kamar mandi?”
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas,
Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5×5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
” bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?”
– Lucu?? Pintar?? Cerdas??..
mungkin itu juga yang ada di benak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya.
Ÿä.. saya turut prihatin dg penyakit yg sedang diderita oleh anaknya…
Penyakit apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman teman… karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa…
Ya… sebuah Rumah Sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur.
Minggu2 terakhir ini sang anak sangat suka menangis.
Kalau ditanya apa saja…jawabnya sering ngelantur, “7” “24 : 6 = 4…””how are you” , dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.
Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika & k**** yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji.. “apa ini? huruf….hijaiyyah..” jadi dia menirukan gaya gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.
Yg lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang..”bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja..”
Dia memang tinggal di kamar VIP… jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari…
Dan ternyata ada 5 anak kecil yg masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi dia yg paling kecil…sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..
Intinya, postingan tersebut memaparkan kondisi memprihatinkan si anak yang menjadi gila karena sering dipaksa belajar oleh ibunya sendiri.
Berita anak 6 tahun ini hoax?
Di tahun 2014, berita yang sangat mirip pun beredar luas di media sosial. Hanya saja, nama “bu Siti” dulunya adalah “Bu Fulana”.
Anaknya pun sama, anak 6 tahun.
Kronologisnya pun sama, ada 42:6 dan doa masuk kamar mandi.
Hoax itupun diikuti dengan bualan bahwa anak 6 tahun ini adalah anak terkecil di RSJ tersebut. Lima anak lainnya adalah anak broken home.
Pada tahun 2014, berita ini menyebutkan RS Duren Sawit sebagai tempat berobat anak tersebut. Dan saat itu, banyak pihak yang meminta konfirmasi kepada RS Duren Sawit.
Jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada anak 6 tahun tersebut yang menjadi pasien RS Duren Sawit.
Ternyata kali ini hoaxer menghapus nama RS itu dan berhasil membuat berita itu jadi viral lagi.
Be smart!
Parents, hati-hatilah menyaring informasi yang tersebar luas di media sosial. Banyak sekali berita hoax yang beredar, bahkan bukan hanya di media sosial.
Blog-blog pribadi pun seringkali memuat berita ataupun informasi yang tidak benar.
Tips dari kami adalah, selalu mengecek kebenaran berita ke situs-situs yang terpercaya. Jangan asal percaya lalu terpancing emosi.
Banyak sekali penipuan melalui media sosial hanya karena penggunanya sangat mudah tertipu.
Walaupun berita tentang anak 6 tahun itu adalah berita bohong belaka, kita ambil saja hikmahnya bahwa anak tidak boleh terlalu stres akibat berbagai les.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Mereka belajar secara alami sambil bermain.
Baca juga:
Begini 4 cara ajarkan anak agar tidak mudah percaya berita hoax
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.