Munculnya varian virus COVID-19, Omicron, memang telah meresahkan banyak pihak. Pasalnya, Omicron disebut resisten terhadap vaksin. Lantas, apa alasan atau penyebab Omicron disebut kebal vaksin?
Awalnya, Omicron terdeteksi di benua Afrika. Namun kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kehadiran Omicron di Tanah Air, disebut-sebut sebagai penyebab kembali naiknya angka kejadian COVID-19 baru-baru ini, setelah sebelumnya sempat melandai.
Mengutip CNBC, tercatat ada 748 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia, dengan 155 di antaranya merupakan transmisi lokal.
Omicron dinilai mampu menular lebih cepat daripada virus varian COVID-19 lainnya. Selain itu, konon Omicron juga tetap bisa menginfeksi seseorang meskipun individu tersebut sudah divaksin.
Artikel terkait: Kasus Kematian Pertama yang Disebabkan Varian Virus Omicron
Alasan atau Penyebab Omicron Kebal Vaksin
Apa alasan Omicron kebal vaksin? Dr dr Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) memberi penjelasan tentang seberapa kuat varian Omicron jika dibandingkan dengan varian Corona lainnya.
Dalam pemaparannya, seperti dikutip dari CNBC, dr Ceva menyebut varian Omicron ini tidak ternetralisasi dengan berbagai vaksin tunggal yang ada, baik yang bersifat mRNA maupun vaksin lainnya.
“Tampaknya memang Omicron masih relatif tidak ternetralisasi dengan berbagai vaksin tunggal yang sudah ada, baik yang sifatnya mRNA maupun pengobatan vaksin yang lainnya. Ini yang bisa menjelaskan kenapa ‘breakthrough‘ atau tetap terinfeksinya seseorang pasien walaupun sudah divaksinasi,” ujar dr. Ceva pada Minggu, 16 Januari 2022 mengutip CNBC.
Omicron Punya Kemampuan Menginfeksi Lebih Tinggi
Menurut dr. Ceva, pada modeling pertama varian Omicron, sudah bisa dilihat bahwa Omicron punya kemampuan menginfeksi 13 kali lebih tinggi daripada varian sebelumnya.
“Modeling pertama dari Omicron sudah bisa menduga bahwa infektivitas dari virus ini 13 kali lebih tinggi daripada sebelumnya. Paling tidak 2,8 sampai 5 kali lebih tinggi daripada Delta,” tuturnya.
dr. Ceva menambahkan, varian Omicron ini juga mengalami 30 perubahan atau mutasi pada spike protein. Perubahan inilah yang meningkatkan kemampuan Omicron dalam segi penularan dan cenderung menurunkan efektivitas pengobatan dan juga vaksin.
Artikel terkait: Liburan ke Amerika, Bunga Zainal Kisahkan Kasus Omicron di Sana yang Jumlahnya Fantastis!
Salah satu mutasi pada Omicron, yaitu K417N, juga diperkirakan menjadi penyebab seseorang bisa tetap terinfeksi meski sudah divaksinasi.
Umumnya, berbagai variant of concern (VoC), seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta memiliki mutasi D614G di spike protein. Mutasi inilah yang membuat sebuah varian 3-4 kali lebih resisten atau kebal terhadap netralisasi vaksin.
Tetapi, varian Omicron ternyata tidak memiliki mutasi D614G. Namun, peningkatan resistensi terhadap vaksinnya bisa sampai ratusan kali.
“Jadi, tampaknya berbagai varian VoC (Alpha, Beta, Gamma, dan Delta) itu menunjukkan adanya peningkatan 3-4 kali resistensi terhadap netralisasi vaksin. Dan varian omicron itu bisa dikatakan ratusan kali peningkatan resistensi terhadap vaksin,” ujar dr. Ceva.
Artikel terkait: Tidak Memiliki Gejala, Pasien Terinfeksi Omicron Ceritakan Pengalamannya hingga Sembuh
Pasien Omicron Menunjukkan Gejala Ringan atau Tanpa Gejala
Mengutip dari situs Covid19.go.id, menyebutkan bahwa Per 10 Januari, dari total 414 kasus terkonfirmasi varian Omicron, 99 persen di antaranya mengalami gejalanya ringan dan tanpa gejala.
Para pasien tidak membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit dan hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah.
Mengantisipasi gelombang kasus varian Omicron, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan 17 platform telemedicine untuk memberikan jasa konsultasi dokter dan jasa pengiriman obat secara gratis bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Penting untuk kita tetap disiplin protokol kesehatan dan segera divaksinasi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga pernah memberikan pernyataan:
“Kenaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi daripada delta, tetapi yang dirawat lebih sedikit. Sehingga strategi layanan dari Kemenkes dari yang sebelumnya ke rumah sakit, sekarang fokusnya ke rumah. Karena akan banyak yang terinfeksi namun tidak perlu ke rumah sakit.”
“Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron, jangan panik, kita sudah menyiapkan diri dengan baik. Pengalaman menunjukkan walaupun naiknya cepat, tapi gelombang Omicron turunnya juga cepat. Yang penting jaga prokes, disiplin melakukan surveilans dan percepat vaksinasi bagi yang belum dapat vaksinasi,” ungkapnya.
Itulah informasi seputar penyebab atau alasan Omicron disebut kebal vaksin. Senantiasa jaga kesehatan diri dan keluarga, ya, Parents!
***
Baca juga:
Kasus Omicron pada Anak di Amerika Kian Meningkat, Ini Pesan Ahli
Muncul Varian Baru COVID-19 IHU Setelah Omicron, Ini Faktanya
Ingin Memutus Rantai Virus Omicron, Suami Tega Bunuh Istri dan Anak